Di Semarang Akupun Terdampar

Lawang Sewu Semarang, pixabay


Hai, Sahabat.

Menjalani kehidupan berpindah tempat adalah pengalaman tak terlupakan sekaligus mengharukan buatku. Sejatinya, sebagai seorang perempuan inginnya hanya menetap di satu tempat saja. Tapi, dengan bangga selalu kubisikkan kepada anak-anak lakiku yang kini beranjak dewasa. Dulu saat mereka kecil selalu bertanya mengapa kita pindah lagi Bu? Kukatakan pada mereka, kita ini kontraktor anakku, yang kaya hati dan ilmu pengalaman mengelola masalah di lab kehidupan nyata.

Walau sejak kecil tinggal di Jakarta, dan selalu pulang ke Semarang kota kelahiran keduaku. Tetapi kali ini adalah hijrah dalam artian sesungguhnya ke Semarang. Setelah krisis moneter menghantam kami sekeluarga dan menanggung akibat risiko melewatinya, membuat segalanya porak-poranda.

Sejak kecil hidup teratur bersama mama-papaku kali ini begitu krismon kami banyak berpindah tempat. Kita hitung yuk berapa kali ya kamo pindah tempat, sejak menikah.

1. Bumi Sani Permai Bekasi

Pertama menikah meninggalkan rumah mama di Babelan Bekasi, aku tinggal di Perumahan Bumi Sani Permai. Tempat di mana aku merintis dakwah pendidikan di perumahan ini setelah keluarga tidak mengijinkan untuk menjadi CPNS di Bengkulu SMPN 5 Kapahiang Bengkulu Sumatera, sebagai guru Matematika.

Di sana aku mendirikan TPA (Taman Pendidikan Alquran) dimulai dari 10 anak yang mengaji dirumah. Begitu juga ibu-ibu yang ingin belajar membaca Alquran. Alhamdulillah mereka merasa termotivasi dan bisa sharing banyak, TPA anak berkembang selama dua tahun hingga jumlahnya mencapai 400 siswa. Pagi, siang, sore, dan malam. Ada empat sesi, saat itu belum memiliki momongan, jadi waktu yang tersita cukup banyak tidak terlalu mengganggu keluarga kecilku.

Sayang, krismon merusak niat dakwahku di sini. Aku harus membela keluarga daripada kepentingan dan ego atas niat dakwahku ini. Mulailah kami berkelana untuk mencari tempat hijrah memperbaiki keadaan keluarga yang porak poranda.

2.  Ibukota Jakarta

Kecil hingga dewasaku besar di kota ini. Namun, begitu 1990 aku harus merantau untuk menjemput ilmu Pendidikan Matematika di IPB Bogor. Tiga tahun, berbarengan orang tuaku pindah ke Babelan Bekasi.

Begitu krismon ternyata kali ini aku harus menetap lagi sekian bulan. Kehamilanku yang terakhir begitu terguncang akibat krismon. Tekanan debt colector dan krisis keuangan membuatku harus bertahan di sini, di tempat yang sesungguhnya juga membuatku tak nyaman. Mereka yang dulu menikmati manisnya keuangan kami sebelum krismon, kini berbanding terbalik. Seolah kami adalah parasit yang hanya menyusahkan. Sempat terpikir untuk mengakhiri hidup bersama kedua jagoan.

3. Babelan Kabupaten Bekasi

Alhamdulillah Allah masih menyayangiku . . .menggerakkan aku untuk kembali ke mama orang tuaku di Babelan, memintaku pulang. Ketika anak perempuan mereka dalam keadaan sulit, orang tua lah tempat kembali. Sayang, saudara-saudara ku tak mengijinkan aku dipeluk mama papa lebih lama. Begitu juga Allah mengujiku dengan mengambil mereka berdua meninggalkan aku yang masih membutuhkan bimbingan mereka terlebih dalam keadaan susah seperti ini.

4. Kota Semarang

Akhirnya aku terdampar di kota Semarang. Kota kelahiran ku kedua dan dibesarkan. Tempat kelahiran mama-papaku. Selain harus hijrah karena kasus perdata keluarga yang mengorbankan kami di dalamnya, juga untuk menyambung silaturahmi sesuai amanah papa sebelum meninggal.

Aku harus berkeliling ke Jawa Tengah untuk menyambungkan dan menyampaikan maaf papa dan mama. Agar tidak terputus silaturahmi kami keturunan mereka dengan keluarga besar Semarang yang kini sudah menyebar ke seluruh Jawa Tengah. Dalam keadaan terbatas keuangan, aku berusaha menyambungkan amanah orang tua ku. Alhamdulillah keikhlasanku membuka pintu-pintu hati mereka semua, keluarga besar Semarang.

5. Tambun Kabupaten Bekasi

Setelah 3 tahun terdampar,  memperbaiki, serta refleksi hati dan niat, Allah ijabah doa-doa ku untuk bisa kembali ke Bekasi setelah hijrah. Allah menggerakkan aku untuk mengabdikan diri dan sisa umurku di Bekasi ini, sampai Allah memanggilku kelak. Walau dimulai dengan perjuangan keras membuka hutan perbaikan ekonomi keluarga mulai dari nol kembali.
Tapi pengalaman di Semarang membuat mentalku harus kuat demi ketiga jagoan yang menjadi kekuatanku untuk bertahan. Merekalah alasan mengapa aku harus terus sehat dan hidup. Biarkan waktu menjawab apakah kelak aku masih bisa menjemput bahagiaku di sisa waktuku.

Alhamdulillah begitu fokus pada passion pendidikan, jalan demi jalan terbuka lebar. Bahkan aku bisa menyelesaikan pendidikan ku yang tertunda di D-3 sampai ke S-2 di Unindra Pasar Minggu. Setelah S-2 pertamaku di UMJ yang hanya tinggal tesis saja harus kukorbankan, merawat keluarga walau hati sakit karena yang tersisa tinggal sakitnya dan susahnya.

Saat senang, serupiahpun tak kudapatkan darinya. Karena ada hati yang telah dibagi dan aku terhianati hingga 11 tahun lamanya, aku pertahankan keluarga ini demi tiga anak lakiku yang masih punya masa depan dan jalan panjang.  Tapi Allah maha adil, menguatkan aku dengan tiga anak Sholeh ku, karir di dunia pendidikan yang pelan-pelan membersamaiku dalam pembelajaran seumur hidup. Sebagai bekal di hari tua, dengan atau tanpa siapapun. Memutuskan untuk menjalani dunia pendidikan, menulis, dan organisasi sebagai ladang amalku untuk bekal pulang nanti.

Jika ini kelak menjadi kota terakhirku menetap, ijinkan ya Allah agar hanya kebaikan yang kupeluk dengan Husnul khatimah. Lumpuhkan segala ingatanku tentang sakit hati, dendam, dan memory yang tidak baik saat aku tergoda untuk khilaf. Biarkan aku hanya mengingat kebaikan siapapun saat aku terpuruk, dan melakukan hal yang positif untuk menyapu segala dosa yang pernah tersirat dan tersurat. Baik sengaja atau tidak kulakukan, berharap keridhoan Allah yang akan kujemput nanti saat berpulang.

Sahabat, demikian kisah tempat yang pernah kusinggahi seumur hidupku. Ambil hikmah perjalananku saja yaa, yang kurang baik abaikan. Aku adalah sahabatmu yang ingin terus berbagi untuk menulis.

#Bekasiakhirnovember2018
#bloggerperempuan #BPN30dayChallenge2018
#daynine

Posting Komentar

0 Komentar