Materi Persiapan UTS Matkul PSIKOLOGI SOSIAL


TEORI TEORI DALAM PSIKOLOGI SOSIAL

Psikologi adalah ilmu yang ilmiah yang mempelajari aktivitas/perilaku individu dalam hubungan dengan lingkungannya.
Sesuai dengan definisi di atas, maka psikologi itu memiliki 3 faktor penting :
o Ilmiah
o Individu
o Lingkungan
Macam-macam tingkah laku manusia :
 Yang tampak (tensible). eg. Berjalan, berbicara, dsb. : Tingkah laku ini merupakan manifestasi dari tingkah laku yang tidak tampak.
Yang tidak tampak (untensible). eg. Pikiran, rasa, emosi, dsb.
 Yang disadari
Yang tidak disadari.
Menurut Freud, daerah kesadaran itu cuma ± 5-6%, sisanya merupakan daerah bawah sadar.
Atau dengan kata lain, kesadaran itu bagaikan gunung es di tengah laut yang hanya bisa dilihat puncaknya saja. Sisanya tertanam dan tersembunyi di laut. Apabila manusia dapat memperpanjang konsentrasinya, maka ia memiliki potensi untuk mengembangkan potensinya. Meditasi adalah kesadaran penuh.
Meditasi merupakan dekosentrasi, yaitu pelepasan dari konsentrasi namun merupakan kesadaran penuh. Ini sulit dicapai.
Psikologi merupakan ilmu yang mengkaji tentang perilaku manusia dalam berbagai bidang
kehidupan (ipoleksosbudhankam).
Psikologi sosial adalah ilmu yang mempelajari perilaku individu sosial dalam hubungan dengan
situasi perangsang sosial.
Kita dapat merubah perilaku orang lain. eg. Perilaku orang yang sedang sendirian akan berbeda apabila kita hadir dan menemaninya. Kehadiran orang lain dapat dipersepsikan sebagai ancaman (punishment) maupun sebagai sesuatu yang menyenangkan (reward). Orang melakukan sesuatu karena ada motivasi, ada makna dan dipengaruhi lingkungannya. Manusia selalu menanggapi apa saja yang ada disekitarnya, dimaknai dulu baru kemudian dilakukan. Makna datang dari hasil interaksi. Manusia melakukan sesuatu adalah karena yang dilakukan itu nikmat (reward), walaupun reward untuk tiap-tiap orang berbeda. Dia tidak akan lagi melakukan hal tersebut apabila yang dilakukannya itu sudah tidak reward lagi. Manusia menjadi manusia karena ada dalam lingkungan manusia dan karena ia dimanusiakan oleh manusia lain.


I.            Grand-theories (teori utama)
A.  Psiko analisis  (Sigmund    Freud     1856-1939)
 B. Behaviorisme  (Ivan Pavlov, J.B. Watson;EdwardThondike,   B.F. Skinner, Albert Bandura
Jadi, Behavior = f (S X O X A ) [1] perilaku adalah akibat dari adanya Stimulus (S) yang digerakkan oleh Organisme (O) yang belajar dari Accomplishment (A)
Namun terkadang, perilaku itu terjadi sebagai akibat dari S dan O saja, S dan A saja
maupun O dan A saja. Tidak harus ketiga-tiganya sekaligus, melainkan tergantung pada
faktor mana yang dominant.
 C.  Psikologi Kognitif  (Plato, Descaartes, Immanuel Kant;  Koffka, Kohler, Abelson,  Rosenberg, Festinger, Harold Kelley   (Attribution theory)
D.    Psikologi  humanistik  ( Abraham Maslow, Antony Sutich, Charles Taart, Victor Frankl)
II. Middle-range theories (teori yang lebih spesifik)
Berusaha menerangkan fenomena tertentu dlm jangkauan yang terbatas,  misalnya:perubahan sikap, agresi, daya tarik interpersonal, tapi tetap dituntun oleh grand-theories.
—Beberapa pendekatan dalam Psikologi Sosial:
A.  Pendekatan Biologis
     pengaruh biologis terhadap perilaku manusia ditekankan
     oleh   Mc. Dougall, Freud, Lorenz, manusia dilahirkan dengan berbagai 
     karakteristik    biologis yg membedakan dengan hewan dan sesamanya.
—1. Naluri, Konrad Lorenz dorongan agresif adalah naluri manusia yang sudah ada semenjakmanusia lahir dan tidak dapat dirubah, hampir sama dengan Freud adanya dorongan bawaan yang mengarahkan manusia berprilaku destruktif (id thanatos), walaupun dorongan bawaan itu bisa diarahkan pada perilaku konstruktif.
2. Perbedaan genetik kromosom XYY lebih besar kemungkinan menjadi penjahat, kerusakanfisiologis lain seperti kerusakan otak tertentu (hipotalamus) dpt mengakibatkan agresivitas yg tak terkendali pada hewan.
B. Pendekatan Belajar
    Perilaku ditentukan oleh apa yang telah dipelajari sebelumnya. Pendekatan belajar populer di th 1920 yg  merupakan dasar Behaviorisme
—Ada Empat Mekanisme dalam Belajar sebagai asas perubahan perilaku:
—1.   Classical conditioning /asosiasi (Ivan Pavlov)
—2. Law of effect (hukum akibat) (Edward Thondike), perilaku yang memuaskan akancenderung diulangi
—3. Operant conditioning (pembiasaan operan) B.F. Skinner, teori peneguhan (reinforcement)
—4.   Modelling (Albert Bandura): imitation & identification, teori ini disebut Social Learning Theory
C. Pendekatan Insentif  , Teori-teori Insentif Utama:
1. Rational decision-making theory, teori ini mengemukakan bahwa orang memperhitungkan kerugian dan keuntungan berbagai tindakan berdasarkan rasional. Teori ini dikembangkan lebih khas yaitu: teori expectancy-value (Edward, 1954), teori ini menyatakan bahwa keputusan diambil atas dasar:
(a) nilai keuntungan dari akibat keputusan itu,
(b) derajat ekspektasi (dugaan) akibat yang akan ditimbulkan oleh setiap keputusan.
2.   Teori Pertukaran. Teori ini menganalisis interaksi interpersonal sebagai rangkaian keputusan rasional yang dibuat orang. Interaksi ini mempertimbangkan untung rugi.
3.   Pemuasan Kebutuhan, teori ini menyatakan bahwa individu memiliki kebutuhan atau motiv spesifik tertentu dan   berperilaku sedemikian rupa utuk memuaskan kebutuhanya.
Teori ke-1 & ke-2 lebih kepertimbangan rasional & ilmiah, sedangkan pilihan yang ke-3 menggambarkan  karakter inpulsif. Tapi pada umumnya teori insentif menekankan kerugian dan keuntungan yang diperoleh.
D. Pendekatan Kognitif
1.  Attribution theory  (Harold Kelley) bagaimana kita  menginterpretasikan kausalitas.
2. Cognitive dissonance (ketidakcocokan diantara dua pengetahuan), dalam keadaan disonan orang beruasaha mengurangi disonansi dengan berbagai cara. Disonansi membuat orang resah. Kognisi saya  tahu saya senang merokok”, disonan dengan : saya tahu rokok merusak kesehatan”. Dihadapkan pada situasi disonan seperti itu, maka saya mengubah perilaku, berhenti merokok atau merokok sedikit saja, atau mengubah kognisi tentang lingkungan, misalnya dg mengatakan perokok beratlah yang berbahaya.
—Penekanan teori kognitif pada interpretaasi dan persepsi mengenai kondisi sekarang bukan masa lalu seperti behaviorisme.

Persepsi Sosial

Persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan. Sebaliknya alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi. Artinya, persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Pengindraan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerimaan yaitu alat indera. Namun proses tersebut tidak berhenti di situ saja, pada umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh saraf otak sebagai pusat susunan saraf dan proses itu selanjutnya disebut sebagai proses persepsi.
Jadi, persepsi dapat diartikan sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Atau dengan kata lain persepsi merupakan proses memberikan makna pada stimuli yang ditangkap oleh inderawi. Dalam hal ini, stimulus yang mengenai inderawi individu itu kemudian diorganisasikan, diinterprestasikan, sehingga individu menyadari tentang apa yang diinderakannya itu. Proses inilah yang dimaksud dengan persepsi. Jadi stimulus diterima oleh alat indera, kemudian proses persepsi sesuatu yang diindera tersebut menjadi sesuatu yang berarti setelah diorganisasikan dan diinterpestasikan. Selanjutnya, persepsi juga dianggap sebagai  proses yang integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan proses pengorganisasian, penginterprestasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Karena merupakan aktivitas yang integrated, maka seluruh pribadi, seluruh apa yang ada dalam diri individu ikut aktif berperan dalam proses persepsi.
Dengan persepsi, individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya dan juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan. Dengan demiklan dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi stimulus dapat datang dari luar diri individu, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan. Bila yang dipersepsi dirinya sendiri sebagai objek persepsi inilah yang disebut persepsi diri (self perception). Karena dalam persepsi itu merupakan aktivitas yang integrated, maka seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berfikir, kerangka acuan dan aspek-aspek lain yang ada dalam diri individu akan ikut berperan dalam persepsi tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi itu sekalipun stimulusnya sama, kerangka acuan tidak sama, adanya kemungkinan hasil persepsi antara individu satu dengan individu yang lain tidak sama. Keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa persepsi itu memang bersifat individual.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada Persepsi
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa apa yang ada dalam diri individu akan mempengaruhi individu dalam mengadakan persepsi, ini merupakan faktor internal. Disamping itu masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi dalam proses persepsi, yaitu faktor stimulus itu sendiri dan faktor lingkungan dimana persepsi itu berlangsung dan ini merupakan faktor eksternal. Stimulus dan lingkungan sebagai faktor eksternal dan individu sebagai faktor internal saling berinteraksi dalam individu mengadakan persepsi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain :
1.   Objek  yang dipersepsi
2.   Alat Indera, termasuk syaraf dan pusat susunan syaraf.
Persepsi sosial
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa objek persepsi dapat berada di luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat berada dalam diri individu yang mempersepsi. Dalam mempersepsi diri sendiri orang akan dapat melihat bagaimana keadaannya dirinya sendiri, orang akan dapat mengevaluasi tentang dirinya sendiri.
Bila objek persepsi terletak di luar orang yang mempersepsi, maka objek persepsi dapat bermacam-macam, yaitu dapat berwujud benda-benda situasi dan juga berwujud manusia. Bila objek persepsi berwujud benda-benda disebut persepsi benda (things perception) atau juga disebut non-social perception, sedangkan objek persepsi berwujud manusia atau orang disebut persepsi sosial atau social. perception. Namun disamping istilah-istilah tersebut, khususnya mengenai social perception masih terdapat istilah-istilah lain yang digunakan, yaitu persepsi orang atau person perception.
Dalam individu mempersepsi benda-benda mati bila dibandingkan dengan mempersepsi manusia, terdapat segi-segi persamaan di samping terdapat segi-segi perbedaan. Adanya persamaan bila dilihat bahwa manusia atau orang itu dipandang sebagai benda fisik seperti benda-benda fisik lainnya yang terikat pada waktu dan tempat, pada dasarnya tidak berbeda. Namun karena manusia itu semata-mata bukan hanya benda fisik saja, tetapi mempunyai kemampuan- kemampuan yang tidak dipunyai oleh benda fisik lainnya, maka hal ini akan membawa perbedaan antara mempersepsi benda-benda dengan mempersepsi manusia.
Mempersepsi seseorang, individu yang dipersepsi itu mempunyai kemampuan-kemampuan, perasaan, harapan, walaupun kadarnya berbeda seperti halnya individu yang mempersepsi. Orang yang dipersepsi dapat berbuat sesuatu terhadap orang yang mempersepsi, sehingga kadang-kadang atau justru sering hasil persepsi tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Orang yang dipersepsi dapat menjadi teman, namun sebaliknya juga dapat menjadi lawan dari individu yang mempersepsi. Hal tersebut tidak akan dijumpai bila yang dipersepsi itu bukan manusia atau orang. Ini berarti orang yang dipersepsi dapat memberikan pengaruh kepada orang yang mempersepsi.
Persepsi sosial merupakan suatu proses seseorang untuk mengetahui, menginterprestasikan dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, tentang sifat-sifatnya, kualitasnya dan keadaan yang lain yang ada dalam diri orang yang dipersepsi, sehingga terbentuk gambaran mengenai orang yang dipersepsi. Namun demikian seperti telah dipaparkan diatas, karena yang dipersepsi itu manusia seperti halnya dengan yang mempersepsi, maka objek persepsi dapat memberikan pengaruh kepada yang mempersepsi. Dengan demikian dapat dikemukakan dalam mempersepsi manusia atau orang (person) adanya dua pihak yang masing-masing mempunyai kemampuan-kemampuan, perasaan-perasaan, harapan-harapan, pengalaman-pengalaman tertentu yang berbeda satu dengan yang lain, yang akan dapat berengaruh dalam mempersepsi manusia atau orang tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka  ada beberapa hal yang dapat ikut berperan dan dapat berpengaruh dalam mempersepsi manusia yaitu:
1. Keadaan stimulus, dalam hal ini berwujud manusia yang akan dipersepsi.
2. Situasi atau keadaan sosial yang melatar-belakangi stimulus.
3. Keadaan orang yang mempersepsi.
Walaupun stimulus personnya sama, tetapi jika situasi sosial yang melatar belakangi stimulus person berbeda akan berbeda hasil persepsinya. Pikiran, perasaan, kerangka acuan, pengalaman-pengalaman atau dengan kata lain keadaan pribadi orang yang mempersepsi akan berpengaruh dalam seseorang mempersepsi orang lain. Hal tersebut disebabkan karena persepsi merupakan aktivitas yang integrated. Bila orang yang dipersepsi atas dasar pengalaman merupakan seseorang yang menyenangkan bagi orang yang mempersepsi akan lain hasil persepsinya bila orang yang dipersepsi itu memberikan pengalaman yang sebaliknya. Demikian pula dengan aspek-aspek lain yang terdapat dalam diri orang yang mempersepsi.
Demikian pula situasi sosial yang melatar-belakangi stimulus person juga akan ikut berperan dalam hal mempersepsi seseorang. Bila situasi sosial yang melatar belakangi berbeda, hal tersebut akan dapat membawa perbedaan hasil persepsi seseorang. Orang yang biasa bersikap keras, tetapi karena situasi sosialnya tidak memungkinkan untuk menunjukkan kekerasannya, hal tersebut akan mempengaruhi dalam seseorang berperan sebagai stimulus person. Keadaan tersebut dapat mempengaruhi orang yang mempersepsinya. Karena itu situasi sosial yang melatar belakangi stimulus person mempunyai peran yang penting dalam persepsi, khususnya persepsi social.
Sarwono (2002) juga menjelaskan bahwa individu dapat mempunyai persepsi social yang sama dan juga ada kemungkinan mempunyai persepsi social yang berbeda tentang stimulus yang ada dilingkungannya. Hal ini disebabkan antara lain oleh pengaruh social budaya dari lingkungan individu, objek yang dipersepsi, motiv individu, dan kepribadian individu. Lebih jauh, sarwono (2002) menambahkan bahwa persepsi social juga sangat tergantung pada komunikasi. Artinya, bagaimana komunikasi yang terjadi antara satu individu dengan individu lainnya akan mempengaruhi persepsi diantara keduanya. Komunikasi disini menurut Sarwono (2002) bukan hanya sebatas komunikasi verbal melainkan juga komunikasi non-verbal yang terjadi antara keduanya, seperti gerak tubuh, ekspresi wajah dan lain sebagainya.
Selanjutnya, persepsi sosial juga dianggap sebagai bagian dari kognisi social (akan dibahas selanjtnya), yaitu pembentukan kesan-kesan tentang karakteristik-karakteristik orang lain. Kesan yang diperoleh tentang orang lain tersebut biasanya didasarkan pada tiga dimensi persepsi, yaitu:
1.  Dimensi evaluasi yaitu penilaian untuk memutuskan sifat baik buruk, disukai-tidak disukai, positif-negatif pada orang lain.
2.  Dimensi potensi yaitu kualitas dari orang sebagai stimulus yang diamati (kuat-lemah, sering-jarang, jelas-tidak jelas).
3.  Dimensi aktivitas yaitu sifat aktif atau pasifnya orang sebagai stimulus yang diamati.
Berdasarkan tiga dimensi tersebut, maka persepsi sosial didasarkan pada dimensi evaluatif, yaitu untuk menilai orang. Penilaian ini akan menjadi penentu untuk berinteraksi dengan orang selanjutnya. Artinya, persepsi sosial timbul karena adanya kebutuhan untuk mengerti dan meramalkan orang lain. Maka dalam persepsi sosial tercakup tiga hal yang saling berkaitan, yaitu:
1.  Aksi orang lain, yaitu tindakan individu yang berdasarkan pemahaman tentang orang lain yang dinamis, aktif dan independen.
2.   Reaksi orang lain,  merupakan aksi individu menghasilkan reaksi dari individu, karena aksi individu dan orang lain tidak terpisah. Pemahaman individu dan cara pendekatannya terhadap orang lain mempengaruhi perilaku orang lain itu sehingga timbul reaksi.
3.  Interaksi dengan orang lain, yaitu reaksi dari orang lain mempengaruhi reaksi balik yang akan muncul.
Bias dalam Persepsi Sosial
Ada beberapa bias atau kesesatan dalam persepsi sosial, antara lain yaitu:
1.   Hallo Effect
Merupakan kecenderung untuk mempersepsi orang secara konsisten. Hallo effect ini secara umum terjadi karena individu hanya mendasarkan persepsinya hanya pada kesan fisik atau karakteristik lain yang bisa diamati.
2.   Forked Tail Effect (negative hallo)
Merupakan lawan dari hallo effect, yaitu melebih-lebihkan kejelekan orang hanya berdasarkan satu keadaan yang dinilai buruk.

PENGERTIAN KOMUNIKASI NON VERBAL
Bahasa non verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam presentasi, dimana penyampaiannya bukan dengan kata-kata ataupun suara tetapi melalui gerakan-gerakan anggota tubuh yang sering dikenal dengan istilah bahasa isyarat atau body language. Selain itu juga, penggunaan bahasa non verbal dapat melalui kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan penggunaan simbol-simbol.
Komunikasi Non Verbal memiliki beberapa pengertian, antara lain merupakan sebuah proses interaksi sosial antara dua atau lebih individu yang mencoba saling mempengaruhi dalam hal ide, sikap, pengetahuan, dan tingkah laku. Selain itu komunikasi juga di definisikan sebagai proses memberitahukan dan menyebarkan pikiran-pikiran, nilai-nilai dengan maksud untuk menggugah partisipasi, agar hal-hal yang diberitahukan itu menjadi milik bersama.
Para ahli di bidang komunikasi non verbal biasanya menggunakan definisi "tidak menggunakan kata" dengan ketat, dan tidak menyamakan komunikasi non-verbal dengan komunikasi nonlisan. Contohnya, bahasa isyarat dan tulisan tidak dianggap sebagai komunikasi nonverbal karena menggunakan kata, sedangkan intonasi dan gaya berbicara tergolong sebagai komunikasi nonverbal. Komunikasi non verbal juga berbeda dengan komunikasi bawah sadar, yang dapat berupa komunikasi verbal ataupun nonverbal.

Sejak lahir hingga akhir hayat manusia, komunikasi non verbal merupakan sistem simbol yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bayi mulai memahami kata-kata ketika umur 6 bulan, akan tetapi sebelum usia tersebut sebenarnya ia sudah mengerti komunikasi non verbal. Walaupun komunikasi nonverbal bersifat omnipresent (ada di mana-mana) namun ia merupakan resep penting dalam interaksi manusia.
Komunikasi nonverbal adalah cara dasar untuk menyatakan apa yang dipikirkan dan dirasa seseorang. Untuk itu, ada beberapa penggunaan tindakan non verbal yang penting untuk disebutkan, yaitu :
Mengartikan Keadaan Internal
Komunikasi non verbal merupakan media untuk mengekspresikan emosi dan juga informasi yang spesifik.Seperti yang dikatakan Morreale, Spitzberg dan barge bahwa “Manusia menggunakan pesan non verbal untuk menjelaskan keadaan sosial dan emosi dari hubungan dan interaksi.
Menciptakan Kesan
Komunikasi non verbal penting karena dapat menciptakan kesan. Misalnya dengan memperhatikan penampilan ketika hendak melakukan sesuatu, seperti hedak wawancara atau kencan penting dan lain-lain. Dan bagaimana cara kita menilai orang dari warna kulit, usia, gender, ekspresi wajah, cara berpakaian dan aksen dan bahkan cara berjabat tangan adalah salah satu peran penting dari komunikasi nonverbal dalam menciptakan kesan.
Mengatur Interaksi
Tindakan non verbal baik disengaja atau pun tidak dapat memberikan petunjuk mengenai percakapan kita yakni tentang bagaimana seseorang memulai percakapan dan mengakhiri pembicaraan atau bagaimana urutan atau giliran berbicara dan bagaimana seseorang dapat memiliki kesempatan berbicara dan lain sebagainya.
Komunikasi non verbal meliputi semua stimulus non verbal dalam sebuah situasi komunikasi yang dihasilkan, baik oleh sumbernya maupun penggunanya dalam lingkungan dan yang memiliki nilai pesan yang potensial untuk menjadi sumber atau penerima. Adapun batasan, proses serta peranannya dapat disederhanakan sebagai berikut:
Pesan yang disengaja dan yang tidak disengaja
Terkadang kita mengirimkan pesan non verbal secara tidak sengaja, misalnya mengerutkan dahi karena silaunya matahari, mungkin membuat seseorang salah mengerti bahwa anda marah.

Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Komunikasi non verbal merupakan aktivitas multidimensi artinya komunikasi non verbal tidak terjadi sendiri, namun biasanya dengan pesan verbal, misalnya tindakan menggeleng disertai dengan kata-kata tidak dan lain sebagainya.
Karena pembelajaran komunikasi non verbal sudah menjadi bagian dari “budaya popular” maka akan dibahas beberapa masalah penting dan konsep yang potensial tentang komunikasi non verbal ini, Yaitu:
Komunikasi Nonverbal dapat Bersifat Ambigu
Terkait dengan pesan yang disengaja dan tidak disengaja, kita perlu menyadari bahwa komunikasi nonverbal dapat memiliki derajat ambiguitas –bermakna ganda- dimana tindakan nonverbal yang kita ekpresikan dapat ditafsirkan berbeda oleh orang lain. Sebagian ambiguitas ini terjadi karena komunikasi non verbal berdasarkan konteks.Misalnya ketika kita sedang berjalan dan tiba-tiba seseorang menyenggol kita dari arah belakang dan untuk motifnya kita sendiri tidak bisa langsung mengetahui apakah hal tersebut merupakan tindakan yang disengaja atau tidak.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal dapat dipengaruhi oleh banyak factor diantaranya: latar belakang budaya, latar belakang sosial ekonomi, pendidikan, gender, usia, dan juga kecenderungan pribadi. Artinya tidak semua orang dalam budaya tertentu melakukan tindakan non verbal yang sama.
Komunikasi nonverbal bersifat kontekstual
Situasi atau informasi yang berbeda akan menghasilkan pesan non verbal yang bebeda pula. Misalnya bagaimana kita bertingkah laku ketika sedang berada di rumah akan berbeda dengan tindakan yang kita lakukan ketika sedang berada di tempat umum, dan lain sebagainya.
Komunikais non verbal ( non verbal communicarion) menempati porsi penting. Banyak komunikasi verbal tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan komunikasi non verbal dengan baik dalam waktu bersamaan. Melalui komunikasi non verbal, orang bisa mengambil suatu kesimpulan mengenai suatu kesimpulan tentang berbagai macam persaan orang, baik rasa senang, benci, cinta, kangen dan berbagai macam perasaan lainnya. Kaitannya dengan dunia bisnis, komunikasi non verbal bisa membantu komunikator untuk lebih memperkuat pesan yang disampaikan sekaligus memahami reaksi komunikan saat menerima pesan.

BENTUK KOMUNIKASI NON VERBAL
Bentuk-bentuk komunikasi non verbal terdiri dari tujuh macam yaitu:
1.     Komunikasi visual
Komunikasi visual merupakan salah satu bentuk komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan berupa gambar-gambar, grafik-grafik, lambang-lambang, atau simbol-simbol.Dengan menggunakan gambar-gambar yang relevan, dan penggunaan warna yang tepat, serta bentuk yang unik akan membantu mendapat perhatian pendengar. Dibanding dengan hanya mengucapkan kata-kata saja, penggunaan komunikasi visual ini akan lebih cepat dalam pemrosesan informasi kepada para pendengar.
2.    Komunikasi sentuhan
Ilmu yang mempelajari tentang sentuhan dalam komunikasi non verbal sering disebut Haptik. Sebagai contoh: bersalaman, pukulan, mengelus-ngelus, sentuhan di punggung dan lain sebagainya merupakan salah satu bentuk komunikasi yang menyampaikan suatu maksud/tujuan tertentu dari orang yang menyentuhnya.
3.    Komunikasi gerakan tubuh
Kinesik atau gerakan tubuh merupakan bentuk komunikasi non verbal, seperti, melakukan kontak mata, ekspresi wajah, isyarat dan sikap tubuh. Gerakan tubuh digunakan untuk menggantikan suatu kata yang diucapkan. Dengan gerakan tubuh, seseorang dapat mengetahui informasi yang disampaikan tanpa harus mengucapkan suatu kata. Seperti menganggukan kepala berarti setuju.
4.    Komunikasi lingkungan
Lingkungan dapat memiliki pesan tertentu bagi orang yang melihat atau merasakannya. Contoh: jarak, ruang, temperatur dan warna. Ketika seseorang menyebutkan bahwa ”jaraknya sangat jauh”, ”ruangan ini kotor”, ”lingkungannya panas” dan lain-lain, berarti seseorang tersebut menyatakan demikian karena atas dasar penglihatan dan perasaan kepada lingkungan tersebut.
5.    Komunikasi penciuman
Komunikasi penciuman merupakan salah satu bentuk komunikasi dimana penyampaian suatu pesan/informasi melalui aroma yang dapat dihirup oleh indera penciuman. Misalnya aroma parfum bulgari, seseorang tidak akan memahami bahwa parfum tersebut termasuk parfum bulgari apabila ia hanya menciumnya sekali.

6.    Komunikasi penampilan
Seseorang yang memakai pakaian yang rapi atau dapat dikatakan penampilan yang menarik, sehingga mencerminkan kepribadiannya. Hal ini merupakan bentuk komunikasi yang menyampaikan pesan kepada orang yang melihatnya. Tetapi orang akan menerima pesan berupa tanggapan yang negatif apabila penampilannya buruk (pakaian tidak rapih, kotor dan lain-lain).
7.    Komunikasi citrasa
Komunikasi citrasa merupakan salah satu bentuk komunikasi, dimana penyampaian suatu pesan/informasi melalui citrasa dari suatu makanan atau minuman. Seseorang tidak akan mengatakan bahwa suatu makanan/minuman memiliki rasa enak, manis, lezat dan lain-lain, apabila makanan tersebut telah memakan/meminumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa citrasa dari makanan/minuman tadi menyampaiakan suatu maksud atau makna
FUNGSI KOMUNIKASI NONVERBAL
a.    Fungsi pertama : Repetisi
Perilaku nonverbal dapat mengulangi perilaku verbal. Misalnya, Anda menganggukkan kepala ketika mengatakan "Ya," atau menggelengkan kepala ketika mengatakan "Tidak," atau menunjukkan arah (dengan telunjuk) ke mana seseorang harus pergi untuk menemukan WC.
b.    Fungsi Kedua : Subtitusi
Perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal, jadi tanpa berbicara Anda bisa berinteraksi dengan orang lain. Misalnya, seorang pengamen mendatangi mobil Anda kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun Anda menggoyangkan tangan Anda dengan telapak tangan mengarah ke depan (sebagai kata pengganti "Tidak").Isyarat nonverbal yang menggantikan kata atau frasa inilah yang disebut emblem.
c.    Fungsi Ketiga : Kontradiksi
Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal dan bisa memberikan makna lain terhadap pesan verbal . Misalnya, Anda memuji prestasi teman sambil mencibirkan bibir.
d.    Fungsi Keempat : Aksentuasi
Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal. Misalnya, menggunakan gerakan tangan, nada suara yang melambat ketika berpidato. Isyarat nonverball tersebut disebut affect display.

e.    Fungsi Kelima : Komplemen
Perilaku Nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal. Misalnya, saat kuliah akan berakhir, Anda melihat jam tangan dua-tiga kali sehingga dosen segera menutup kuliahnya.

KLASIFIKASI KOMUNIKASI NONVERBAL
Pesan yang dihasilkan oleh setiap kategori tidak berdiri sendiri, namun hadir bersamaan dengan pesan dari kategori yang lain yakni seprti pesan verbal, konteks, dan manusia sebagai penerima pesan.Banyak klasifikasi membagi pesan non verbal ke dalam dua kategori komprehensif yaitu yang dihasilkan oleh tubuh (penampilan, gerakan, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, dan parabahasa) dan hal-hal seperti ruang lingkup (tempat, waktu dan sikap diam).
Ø  Perilaku Tubuh
Komunikasi nonverbal yang dihasilkan oleh pengaruh tubuh ini antara lain mencakup:
pengaruh penampilan yakni kekuatan komunikasi untuk mendekatkan atau menjauhkan orang lain berasal dari bagaimana kita berpenampilan juga dari bahasa yang kita pergunakan,
menilai keindahan artinya apa yang dianggap indah pada suatu budaya belum tentu bagi budaya lainnya,
Ø  pesan dari warna kulit yamh bisa dijadikan penanda ras,
pesan dari pakaian, selain sebagai pelindung pakaian juga bentuk komunikasi. Pakaian dapat digunakan untuk menampilkan status ekonomi, pendidikan, status sosial, standar moral, dll,
gerakan tubuh (kinesik) yaitu bagaimana manusia berdiri, duduk dan berjalan memiliki pesan non verbal yang kuat atau juga dengan menyilangkan jari, mengacungkan jempol ke atas atau ke bawah, membuat lingkaran dengan tangan, menunjuk seeorang dll dapat memberikan arti tertentu sesuai konteksnya, postur, postur sama pentingnya dengan wajah dalam menyatakan emosi seperti rasa takut. Di Jepang bungkukan yang sangat dalam menandakan rasa hormat.
Ø  Ekspresi wajah
Bayipun sebelum mengenal kata-kata pada usia 6 bulan sudah mampu membedakan ekspresi dengan melihat perubahan wajah orang tuanya.
Ø  Kontak mata dan tatapan

Mata sangat penting dalam komunikasi. Bahkan kalau di Amerika Serikat kurangnya kontak mata antara pasien dan penyedia jasa kesehatan akanmenimpulkan protes atau komplain. Budaya yang menggunakan kontak mata langsung antara lain seperti:Negara-negara Timur Tengah, Perancis, Jerman, dll. Sedangkan budaya yang menggunakan kontak mata sedikit antara lain seperti Korea, Jepang, Afrika, Pribumi Amerika, India Timur, dll.
Ø  Sentuhan
Sentuhan pun merupakan sarana komunikasi baik disentuh maupun menyentuh suatu objek tertentu.
Ø  Parabahasa
Nada suara manusia lebih dahsyat dari dawai atau seruling untuk menggerakkan jiwa terutama dalam 3 kategori berikut: (1). Kualitas vocal, (2). Karakteristik vocal dan (3). Pembeda vokal
Ø  Ruang dan Jarak
Budaya memiliki pandangan dan penggunaan yang berbeda terhadap ruang gerak pribadi, tempat duduk dan pengaturan perabotan (mebel).
Ø  Waktu
Kita dapat memahami nilai budaya menegnai waktu dengan mempelajari bagaimana anggota suatu budaya memandang waktu seperti kecepatan dan ketepatannya terhadap waktu yang sangat jarang diajarkan secara eksplisit, melainkan berjalan di bawah alam sadar. Suatu konsepsi budaya mengenai waktu dapat diuji dari 3 (tiga) perspektif berbeda:
1.     waktu informal,
2.    Persepsi mengenai masa lalu, masa kini, dan masa depan,
3.    Klasifikasi monocronic dan polychronic milik Hall.
Sikap diam
Peribahasa Afrika menyatakan “Dalam diam kita dapat berkata-kata” artinya sikap diam dapat mengirimkan petunjuk nonverbal mengenai situasi komunikasi dimana anda berpartisipasi.Sikap diam juga membantu menyediakan umpan balik, menginformasikan baik penerima maupun pengirim mengenai kejelasan ide atau pentingnya hal tersebut dalam interaksi interpersonal secara keseluruhan.Penggunaan keheningan ini juga bervariasi dari satu budaya dengan budaya lainnya. Misalnya di Inggris, sikap diam akan diartikan sebagai ketidakyakinan, sedangkan di Igbo dianggap sebagai suatu penolakan.
PENTINGNYA KOMUNIKASI NON VERBAL DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
komunikasi non-verbal memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Leathers (1976):
Faktor-faktor non-verbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal
Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi tatap muka, kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan non-verbal. Pada gilirannya orang lain pun lebih banyak membaca pikiran-pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk non-verbal. Menurut Birdwhistell tidak lebih dari 30%-35% makna sosial percakapan atau interaksi dilakukan dengan kata-kata, dan sisanya dilakukan dengan pesan non-verbal.
Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan non-verbal ketimbang pesan verbal.
Menurut Mahrabian (1967), hanya 7% perasaan kasih sayang dapat dikomunikasikan dengan kata-kata. Selebihnya, 38% dikomunikasikan lewat suara, dan 55% dikomunikasikan melalui ungkapan wajah (senyum, kontak mata, dan sebagainya).
Pesan non-verbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancauan
Pesan non-verbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar. Misalnya sejak zaman prasejarah, wanita selalu mengatakan “tidak” dengan lambing verbal, tetapi pria jarang tertipu. Mereka tahu ketika “tidak” diucapkan, seluruh anggota tubuhnya menyatakan “ya”. Kecuali actor-aktor yang terlatih, kita semua lebih jujur berkomunikasi melalui pesan non-verbal. Hal yang kadang kemudian terjadi adalah double binding dimana ketika pesan non-verbal bertentangan dengan pesan verbal, orang pada akhirnya akan bersandar pada pesan non-verbal.
Pesan non-verbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi
Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan yang memperjelas maksud dan makna pesan. Di atas telah dipaparkan mengenai fungsi repetisi, substitusi, kontradiksi, komplemen, dan aksentuasi. Semua ini menambah kadar informasi dalam penyampaian pesan.
Pesan non-verbal merupakan cara berkomunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan pesan verbal.
Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien. Dalam paparan verbal selalu terdapat redundansi (lebih banyak lambang dari yang diperlukan), repetisi, ambiguity, dan abstraksi. Diperlukan lebih banyak waktu untuk mengungkapkan pikiran kita secara verbal daripada secara nonverbal. Pesan non-verbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat
Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan atau emosi secara tidak langsung. Sugesti di sini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implicit. Leathers (1976) menyatakan bahwa jika anda meminta pelayanan seksual dari anak di bawah umur secara verbal, anda dapat menerima hukuman pernjara. Jika anda melakuka hal yang sama secara non-verbal, anda bebas dari hukuman. Kita dapat memuji seseorang secara verbal, tetapi mengecamnya secara non-verbal. Inipun sulit dituntut secara hukum.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KOMUNIKASI NON VERBAL
Kelebihan komunikasi nonverbal
Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan noverbal ketimbang pesan verbal.
Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan. Sehingga pesan nonverbal memiliki kesahihan ( realiabilitas) tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap kebenaran pesan-pesan yang disampaikan.
Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan yang memeperjelas maksud dan makna pesan.
Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan pesan verbal. Karena pesan non verbal tidak harus berpikir panjang dan para audiens dapat menangkap artinya dengan cepat.
Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat.
Memberi sifat, melengkapi, menentang atau mengembangkan pesan-pesan verbal.
Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal.
Pesan verbal mempunyai fungsi repetisi, substitusi, kontradiksi, komplemen, dan aksentuasi.
Kekurangan komunikasi nonverbal
Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar.
Komunikasi nonverbal memiliki sifat yang kurang terencana atau terstruktur sehingga sulit dipelajari.

Proses belajar yang dialami seseorang untuk dapat mealkukan perilaku nonverbal sulit dijelaskan.

Posting Komentar

2 Komentar