Menjalin
komunikasi bukanlah hal yang mudah.
Butuh kemauan dan kesungguhan agar komunikasi seseorang terlebih seorang wanita
dalam rumahtangganya, dalam berlangsung dua arah. Wanita dalam hal ini sebagai
ibu atau istri memiliki peran penting sebagai penyambung lidah yang mewakili
keluarga.
Jika
ada surga di dunia , maka itu adalah pernikahan yang bahagia. Tetapi jika ada
neraka di dunia itulah rumah tangga yang penuh pertengkaran. Semua pasangan
yang menikah tentu mengidamkan keluarga sakinah yang dikaruniai Allah SWT mawaddah dan rahmah. Maka
merealisasikan moto baiti jannati
(rumahku surgaku) tak pelak lagi menjadi impian pasangan suami istri. Komunikasi suami istri akhirnya menjadi
bagian yang sangat penting
Sering
kita dapati, suami yang pendiam, istrinya bisa menjembatani komunikasi tersebut
kepada anak-anaknya, atau kepada keluarga besar. Komunikasi ini sangat penting karena dengan
komunikasi akan meningkatkan sikap saling cinta antar pasangan. Komunikasi juga
untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman. Karena beberapa keluarga yang
tetap harmonis kuncinya adalah komunikasi yang tetap terjaga dan tidak pernah
putus. Apalagi bagi suami dan istri yang memiliki kesibukan masing-masing,
sehingga dengan komunikasi ini memberikan rasa perhatian, saling mendengar, dan
memberikan respon. Zaman sekarang komunikasi sudah cukup canggih bisa via
telephone, email, whats app, skype, dan sebagainya.
Budaya
berkomunikasi, saling berdiskusi dan bermusyawarah dalam rumah tangga, juga
harus dibiasakan. Salah satu penyebab konflik biasanya dikarenakan adanya miss-communication
antara kedua belah pihak. Hendaknya bila ada sesuatu hal, istri hendaknya
membicarakan hal itu kepada suami. Agar suami tidak curiga, was-was dan
prasangka lainnya. Dalam Islam, seorang istri jika ingin keluar rumah maka
harus seizin suaminya. Ini memberikan gambaran bahwa komunikasi diantara suami
dan istri harus terus berjalan, walaupun itu pada hal-hal yang dianggap sepele.
Komunikasi
tidak hanya berperan penting terhadap kebahagian atau keretakan keluarga tetapi
juga mempunyai pengaruh-walaupun bukan sebagai the only factor- terhadap
pendidikan anak. Kebutuhan akan komunikasi kita menghabiskan sebagian besar jam
jaga kita dengan berkomunikasi. Mengapa? Karena berkomunikasi sebuah kebutuhan
.Dengan komunikasi kita mengekspresikan apa yang kita rasakan atau pikirkan,
dengan komunikasi kita memahami cara pandang pasangan kita, ikut merasakan
kesedihan atau kegembiraan anak kita, utamanya dengan komunikasi, kita saling
bertukar informasi. Akan tetapi seringkali dalam kehidupan suami-istri,
komunikasi lebih bertujuan untuk memenuhi kebutuhan psikis daripada informatif.
Seorang
ibu yang mau mendengarkan apa yang dikemukakan anaknya, menerima pendapatnya,
dan mampu menciptakan komunikasi secara terbuka dengan anak, dapat
mengembangkan perasaan anak untuk dihargai, diterima, dan diakui keberadaanya.
Untuk selanjutnya anak akan mengenal apa arti hubungan di antara mereka, dan
akan mewarnai hubungan anak dengan lingkungannya.
Anak
akan tahu bagaimana cara menghargai orang lain, tenggang rasa dan
berkomunikasi. Sehingga dalam kehidupan dewasanya ia tak akan mengalami
kesulitan dalam bergaul. Sebagai teladan atau model bagi anak. Dalam mendidik
anak, seorang ibu harus mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya. Mengingat
bahwa perilaku orangtua, khususnya ibu, akan ditiru yang kemudian akan
dijadikan panduan dalam perlaku anak, maka ibu harus mampu menjadi teladan bagi
anak-anaknya.
“Wahai
Tuhan kami, anugerahkanlah kami istri-istri dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami). Dan jadikanlah kami imam bagi golongan orang-orang yang
bertakwa.” (Qs. al-Furqân [25]: 74).
Islam
memuliakan wanita dan percaya, wanita dalam keluarganya, bisa berkomunikasi dan
menjadi penyambung lidah keluarga, dalam menciptakan baiti jannati, menjadi
keluarga yang sakinnah mawaddah warohmah. Yuk meraih surganya dalam keikhlasan
kita sebagai wanita, dengan menegakkan komunikasi dalam setiap dialog kita
dengan keluarga.
2 Komentar
Rizky fahla XII TKJ 3
BalasHapusSimon 12 Tkj 3
BalasHapus