Pixabay |
Moni adalah gadis mungil yang sejak kecil sudah ditinggal ibunya ketika lahir. Karena ayahnya harus bekerja, Moni tumbuh bersama neneknya yang hidup dengan sangat sederhana di desa.
Walau hidup dengan nenek, karena kesederhanaan tidak lantas membuat Mini tumbuh menjadi anak yang manja.
Justru, nenek melatihnya untuk menjadi anak yang kuat dan siap dalam kondisi apapun.
Ayah Moni adalah anak tunggal dari nenek dan alm kakeknya, yang juga hidup dengan sederhana. Beliau terpaksa meninggalkan Moni di desa untuk tinggal bersama ibunya. Ayah percaya, Moni akan baik-baik saja dalam pengasuhan ibunya. Terbukti, ayah adalah contoh asuhan nenek yang menjadikannya laki-laki yang kuat walau istrinya meninggalkan dirinya dan Moni.
Ternyata, keyakinan ayah Moni tepat, karena nenek selain memiliki teman dalam pengasuhannya setelah ditinggal alm suaminya. Moni benar-benar dididik seperti anaknya sendiri, hanya berbeda dipanggilannya saja. Dulu ayah memanggil nenek ibu, kini Moni memanggilnya nenek sebagai orang tua pengganti ibunya yang sudah meninggal.
Nenek adalah perempuan tangguh, walau umurnya sudah hampir 60 tahun masih mampu melakukan pekerjaan sendiri walau tanpa bantuan siapapun. Kecuali saat sakit, tetanggalah yang menjadi teman, saudara sekaligus kerabatnya yang mau membantu keseharian nenek. Hadirnya Moni juga menjadi pelipur lara nenek setelah ditinggal alm suaminya, dan ayahnya Moni yang setelah menikah harus tinggal di kota sebagai tempat mencari penghidupan lebih baik.
Saat ini Moni sudah berusia 6 tahun. Kemandirian sangat terpancar di sikap kesehariannya dengan tingkahnya yang selalu riang. Setiap pagi begitu mendengar suara azan dan bunyi alat masak di dapur berbunyi, bagai suara merdu alarm bagi Moni untuk bangun. Setelah mandi dan sholat subuh, Moni segera membantu neneknya di dapur. Nenek keseharian berjualan nasi liwet sederhana, untuk dijual lagi kepada para buruh pabrik yang sudah sepuluh tahun ini berdiri megah di desa.
Rumah nenek yang strategis sangat mudah dilewati para buruh yang terkadang tidak sempat sarapan dari rumah. Para buruh kebanyakan adalah ibu-ibu muda dan gadis-gadis putus sekolah. Moni sudah sangat cekatan membantu nenek berjualan. Tidak jarang, pembeli dibuat gemas dengan tingkahnya yang lucu tapi sangat mandiri.
Hampir tidak pernah merepotkan nenek, di saat pembeli berebut untuk minta dilayani. Bahkan, Monilah yang membantu agar nenek tidak kewalahan menghadapi pembeli yang terdiri dari perempuan itu.
Sore hari menjelang maghrib, biasanya Moni bersama teman-teman desa lainnya berangkat pergi mengaji. Sering Moni melihat, banyak temannya yang membawa PR saat menunggu antrian membaca dari ustazahnya.
Hati Moni sering iri dan ingin bersekolah seperti teman-teman lainnya. Tapi Moni tahu, hal itu tidak mungkin. Keuangan nenek sangatlah pas-pasan untuk hidup mereka berdua. Ayah Moni belum tentu pulang sebulan sekali, hanya sebagai buruh tukang di proyek pembangunan di kota besar.
Ayah Moni pernah berjanji padanya, kelak ingin Moni bersekolah lebih tinggi jika sudah terkumpul rezekinya.
Namun, hingga sebesar ini janji itu belum juga terwujud. Yang bisa Moni lakukan hanyalah belajar mandiri dengan melihat teman-temannya saat mengaji. Ustazah pernah bilang padanya, bila dia bersungguh-sungguh berdoa akan dikabulkan Allah di saat yang tepat.
Maka yang Moni lakukan adalah sholat dengan sungguh-sungguh dan berdoa dengan khusuk. Berdoa untuk kesehatan nenek dan ayah yang dicintainya, juga rezeki agar ayahnya segera bisa menyekolahkannya seperti teman-teman di desa lainnya.
Suatu hari, tak disangka ayahnya pulang dari kota. Wajahnya sangat bahagia, seakan tidak sabar untuk bertemu dengan anak semata wayangnya.
Ternyata, ayah memberi kejutan pada Moni selama ini. Ayah sudah menghitung umur Moni, dan kapan harus mulai bersekolah tanpa diminta. Beliau tahu, Moni anak yang baik dan tidak pernah menyusahkan dirinya dan nenek yang sudah membesarkannya selama ini.
Moni memang tidak memiliki kalender atau televisi di rumah. Jadi jarang bagi Moni mengerti hati dan tanggal. Hati Moni sangat bahagia, ayah membawa perlengkapan sekolah dan uang untuk mendaftar ke sekolah besok. Ayah sengaja mengambil cuti beberapa hari untuk menemani nenek ke sekolah dekat pabrik satu-satunya di desa ini. Rupanya, nenekpun sengaja merahasiakan rencana ini sebagai hadiah bagi gadis mungil ini. Tak terasa air mata Moni menetes tanpa bisa ditahan.
Moni berjanji, akan berusaha dan belajar dengan giat. Agar ayah dan nenek bangga dengannya, dan bisa membahagiakan mereka berdua. Saatnya Moni sekolah, dalam mimpinya Moni sudah memakai seragam sekolah yang dibelikan ayahnya.
Postingan ini diikutsertakan dalam One Day One Post bersama Estrilook Community'.
0 Komentar