TAHTA CINTA YANG KUPERTAHANKAN (2)



Cerita sebelumnya: 
https://misjulie.blogspot.com/2019/09/tahta-cinta-yang-kupertahankan-1.html?m=1

Terus terang untuk tunanganku Haryoko, aku tidak mau sebenarnya karena dia selain dijodohkan orang tua kami, juga sudah kuanggap sebagai kakakku. Tapi, begitu dia bersikap sebagai seorang laki-laki yang mencintaiku,  aku berontak. Aku memang aneh tidak suka bila teman, sahabat, atau kakak menjadikanku pacar. Walaupun mama berkali-kali mengatakan, 

"Dia bakal sukses loh mbak,"  meyakinkanku hanya karena dia bekerja di Telkom Kandatel Sulawesi dan pulang dua minggu sekali demi untuk menemuiku saja.

Bodo amat!   Kataku dalam hati. Hermanus gacoanku saat itu masih sering datang kerumah, begitu juga dengan Asikin, tapi perlahan aku bosan terhadap mereka. Terlebih aku pernah memergoki Hermanus berada di rumah seorang janda saat aku memintanya untuk mengantar mengambil raport. Rambutku yang panjang sampai harus kupotong pendek sebagai bentuk rasa kecewaku.

Tapi syukurlah tidak berlanjut,  justru kutahu kalau dia juga seorang pengkonsumsi narkoba setelah lepas darinya, tapi dia tak rela rupanya melepaskan aku. Berkali-kali aku terciduk olehnya saat bermain basket di GOR Jakarta Timur ditemani banyak sahabat laki-laki. Salah satunya ketua OSIS SMA ku, Made. Diam-diam dia juga mencintaiku.

Begitu juga dengan Asikin , Laki-laki Betawi yang tidak punya wibawa sama sekali hanya menang body tapi hanya mau nafsu sesaat saja, terlalu cepat untuk menyunting masa remajaku, dan aku menolak untuk itu. Aku memang supel tapi tidak mudah untuk ditaklukkan olehnya. Berapa kali kutolak keinginannya untuk menggauliku, 

"Bah, memangnya aku perempuan apa? Sampai dengan mudahnya dia memintaku melayani nafsu bejadnya" kataku kepada sahabatku Dede, waktu itu. Itu yang membuatku bosan, dan memintanya pergi dariku.

Kembali pada Reza , dia mulai rutin satu  bulan sekali mengunjungiku dari Lampung. Sebelum pulang menemui orang tuanya pasti disempatkan mampir ke rumahku dulu. Rupanya rasa remajanya telah timbul dan menginginkanku untuk  menjadi gadisnya. Tapi dia takut-takut untuk menyatakan itu, namun aku tahu dari gesturnya. Begitu juga kata-kata nya yang selalu penuh romansa.

Hingga naik kelas tiga SMA semester satu, aku masih menganggapnya sebatas teman. Gelinya, saat lebaran tiba, empat laki-laki itu datang walau tidak berbarengan, tapi, pada hari yang sama. Kakak dan adik perempuanku yang iri mengatakan aku perempuan gatel, entah karena rasa iri atau memang seperti itu keadaannya. Aku si tomboy yang punya banyak teman laki-laki.

Hal terpenting, bukan aku yang mengajak mereka datang ke rumah. Di lingkungan dan keluargaku, aku memang dikenal supel dan pintar bergaul, dan teman-teman laki kebanyakan. Mama sih bilang, bahwa aku ini tomboy senangnya bermain dengan laki-laki, karena mereka nggak suka nggosip pikirku. Tapi sayang beberapa dari mereka menyalah artikan sikapku.

Tiba di awal semester II kelas duabelas SMA, Reza tiba-tiba memintaku untuk menjadi bunga di hatinya. Saat itu siang hari sepi, hanya ada mama di balik lemari yang mendengarkan kami. Aku menolak dan mengatakan ingin menyelesaikan SMA dengan nilai terbaik dan lebih suka dia jadi teman ketimbang pacar. Sadisnya aku katakan padanya bahwa jangan pernah datang-datang lagi kerumahku karena tak ingin ia mengganggu konsentrasi ujianku.

Saat itu mukanya merah malu dan dengan tergagap segera pamit meninggalkanku.  Aku tak tahu kelak setelah menjadi suamiku, dia mengatakan bahwa setelah kutolak,  dia berjalan kaki pulang ke rumahnya.  Sepanjang jalan trotoar menangis karena malu kutolak dan sedih, tidak mendapatkan hatiku terlebih tak boleh menemuiku untuk sekian bulan sampai aku selesai ujian.

Hingga selesai ujian aku benar-benar tidak bertemu dengannya.   Sebenarnya aku kangen, aneh memang entah mengapa begitu, ini hal yang baru untukku. Sebelum-sebelumnya aku tidak pernah begitu terhadap laki-laki lain. Dan aku juga memegang nomor telpon kantornya yang di Jakarta, karena sebelum berpisah dulu ia baru saja dipindah tugaskan. Pekerjaannya yang bagus dan karirnya cepat sekali bersinar (Bangganya, ia mengatakan bahwa akulah sumber energi bagi karirnya yang moncer dan cemerlang,  bagian dari motivasinya lah kurang lebih..he he geer nich)

#ODOP
#EstrilookCommunity
#Day30

Posting Komentar

0 Komentar