Masih Berhak Bahagia

                           google.com

Merenda amarah tanpa letupan gejolak jiwa. Merajut kecewa tanpa air mata kesedihan membahana. Bagai menyulam hati tanpa tragedi elegi. Membingkai senyum tanpa noda menyeringai

Menahan luka tak meminta dihianati. Sakitnya tak terperi bagai sembilu tak bertepi. Maha daya cinta menoreh biduknya dengan dusta. Laksana hujan di tengah panas tak membasahi penuh nestapa. 

Bagaimana bisa membagi harapan dengan banyak mawar merona. Sementara melati yang kau genggam masih kekurangan. Sekian janji masih jauh dari harapan. Bila mampu adil membagi kehangatan kasih sayangnya? 

Bisa apa menjalani, sementara keadaan seakan mengamini. Bukan mampu berbagi yang dihindari. Tapi besar pasak dari tiang yang harus tegak menyangga. Tanpa sedikitpun bisa menolak dan bicara. 

Sampai kapan keruntuhan dipertahankan jika tak mampu menyatukan. Melebihkan satu dari lainnya mempertontonkan kedigjayaan. Memperjuangkan lebih dari kenyataan akhirnya mengorbankan. Jangan salahkan akarpun tumbang perlahan dalam kekecewaan. 

Menanggung luka dan beban tak berkesudahan, sementara para kesayangan tertidur dengan kebahagiaan tanpa beban. Bagai Upik abu meranggas meronta tak mampu bertahan. Untuk apa disunting bila untuk ditumbalkan? 

Menolak untuk perjalanan berikutnya, naif!
Bahagia di atas penderitaan yang dibingkai lewat biduk pencitraan. Menanti ketegasan diperjuangkan sama atau . . . Tidak sama sekali. 

Tambun Bekasi, 20-02-2020

#tugasakhirkelaspuisi
#themapenolakan
#episodeterakhir

Posting Komentar

0 Komentar