Tiga Jam 500rb Vs Berbagi


Kemarin saya datang ke rumah guru, belajar banyak tentang ilmu hipnotis dan hipnoterapi.  Awalnya saya mengira keduanya sama, ternyata nggak😭

Bedanya hipnotis itu di ilmu kedokteran untuk membuat dan menaklukkan orang supaya tunduk demi pengambilan sebuah tindakan, biasanya juga disertai obat  penenang (positif). Di ilmu kejahatan hipnotis digunakan untuk menguasai seseorang atau hartanya (negatif). 

Tapi ilmu hipnotherapi itu adalah kita masuk ke dalam situasi atau saat seseorang dalam gelombang tetha (jelang tertidur). Bisa juga saat seseorang dalam posisi terpuruk dan GEGANA (Gelisah galau merana). Nah, saat itulah kita bisa memasukkan alam bawah sadarnya sebuat nasihat atau perintah positif yang tidak mengandung kata JANGAN. Setelah terbangun biasanya terekam apa yang terjadi saat dia masuk gelombang tersebut. 

Hal ini banyak digunakan dan diajarkan dalam ilmu parenting, pendidikan, atau konseling. 

Alhamdulillah, ilmu ini memang saya butuhkan banget.  Saya pengen banget ketika ada yang curhat, seperti sahabat-sahabat saya ini bisa membantu. Memberikan suntikan energi agar kehidupan mereka jadi lebih baik. Lebih berwarna dan semangat menjalani hidup, di universitas kehidupannya yang selalu melewati ujian. Tidak seperti sekolah, ujian kehidupan setiap waktu, dan nggak bisa copas jawaban masalah dari manusia atau Mbah Google ... Tidak terjadwal harus terus standby, dan belajar evaluasi diri.  

Saya praktikan ilmu guru saya ini, awalnya ragu, mana bisa menghipnotis untuk hipnotherapi.  Saya renungkan sejenak. Semakin saya renungkan tambah percaya diri bahwa ini bisa dilakukan.  

Alhamdulillah sahabat itu mengikuti perintah saya, masuk ke alam bawah sadarnya. Saya bilang ke sahabat, ikhlaskan masalah lalu, kalau itu membuat terpuruk, lepaskan, dan mulai kembali dengan penuh semangat, raih impian. Kamu kreatif, pasti bisa. I believe that. 

Alhasil, MasyaAllah ... 

Jadi senang saja bisa membantu orang lain dengan apa yang kita bisa lakukan, terus berbagi, walaupun ke depan pasti berhadapan dengan banyak rintangan. Ini adalah bagian dari berbagi. Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat, dengan berbagi dan memotivasi menjadi bekal kelak dibawa pulang saat menghadap-Nya. 

Menjadi bermanfaat dan memotivasi manusia untuk kebaikan tanpa harus mendikte  atau menggurui, memang tidak semudah membalik telapak tangan. Jangan berhenti berbagi dan berbuat, karena syaiton nggak pernah sedetikpun diam, selalu mengajak manusia untuk berbuat keburukan atau kejahatan. Jadi, rela kebaikan ditelikung syaiton di pertigaan jalan? Nggak kaan? 

Bicara berbagi memang tidak sama dengan TARIF 3 jam berbiaya 500rb. Nilai nya lebih dari tarif yang manusia bayarkan. 

Kalau konseling  per 30 menit biayanya 500rb minimal. Coaching lebih mahal lagi, 1 jam bertarif 2 juta, di luar negri. Tapi, ajibnya tahu nggak sih? Kebutuhan coaching jaman sekarang lebih tinggi dibanding konseling. Karena sesungguhnya manusia itu butuh dituntun, dibimbing, untuk meraih sukses apalagi kalau lagi lock down eeh break down atau terpuruk. Bedanya, kalau konseling kita mengintervensi, mendikte, tanpa memberi kesempatan pasien untuk merencanakan dan mengambil tindakan ke depan. 

Nah, coaching, coach menuntun, membimbing coachy (pasien, pengguna jasa) untuk mengidentifikasi masalah, mengembangkan, merencanakan tindakan, dan mengarahkan, justru berangkat dari dia sendiri. Coach hanya mengarahkan melalui pertanyaan, tantangan, keyakinan yang dibangun si coachy itu sendiri. Jika tidak tercapai, sesuai target, apa plan berikutnya, dan sebagainya. Bukan coach yang mendikte. Itu kenapa coaching sekarang berkembang pesat melebihi konselling.

Jadi, kita mau bagaimana untuk berbagi? Semua terserah kita, ... Pilihan ada di tangan kita sendiri. Kita adalah apa yang kita pikirkan. Dan Allah sesuai prasangka dan pikiran kita. Sudahkah berbagi hari ini?  


Posting Komentar

0 Komentar