Akhirnya tiba juga di hampir 10 Ramadan terakhir. Tak terasa mis Juli melewati Ramadan ini serasa cepat waktu berlalu, padahal sebagai guru banyak loh waktu liburnya, sesuai kebijakan pemerintah 2025 ini.
Menyesuaikan jam kerja yang banyak kosong, part time kerjaan, dan kegiatan-kegiatan tambahan memang perlu managemen waktu. Hal yang sudah mis Juli latih sejak 2003 kembali dari Semarang untuk mengajar di Bekasi. Sadar sekali, demi masa, investasi waktu tenaga dan kesehatan melewati perjalanan hidup memang nggak bisa diabaikan. Jangan bilang seperti air mengalir, atau kumaha enge wae. Its No! Harus benar-benar dirancang dengan baik.
Di umur yang nggak lagi sama seperti 22th lalu saat pulang dari Semarang untuk kembali menata hidup yang hampir koyak, bersama 3 jagoan yang saat itu sulung baru kelas 4 SD dan bungsu baru mau masuk TK. Alhamdulillah kini tinggal melihat perjalanan 3 jagoan menjemput masa depan bersama keluarganya masing-masing mashaAllah.
Kembali mengatur waktu, sejak mulai bangun jelang sahur hingga kembali istirahat malamnya, mis Juli merasa waktu seakan masih kurang. Paling berat itu adalah melawan segala rasa, seperti malas, mager, capek, detoksifikasi tubuh akibat adaptasi shaum Ramadan, ibadah yang inginnya lebih dari hari sebelumnya. Belum lagi merancang menu sahur dan berbuka yang ga ngebosenin dan merangsang nafsu makan untuk tenaga bekal melewati hari-hari. MashaAllah nggak mudah, tapi bukan tidak bisa.
Harus ekstra mikir, tenaga, semangat, seolah-olah umur masih akan panjang dilewati. Tapi saat tersungkur di sajadah dan ibadah lainnya, serasa cuma ini momen terbaik yang ingin diberikan sebelum Allah meminta pulang. Samaan nggak sih sahabat? Mis Juli benar-benar waktu seperti silet. Sedikit saja terlewat karena alasan waktu apapun, akhirnya waktu yang lain terseret-seret kena imbasnya, astaghfirullah.
Bersyukur sekali Allah masih berikan umur dan hidup berkesempatan bertemu lagi Ramadan, segala halnya bernilai ibadah seberat apapun. Hal yang tak akan kita jumpai jika sudah kembali ke hadapan-Nya. Riak, kendala, tantangan, hanyalah bumbu untuk mencapai tujuan yang hendak kita raih. Inamal akmalu binniyat, semua kembali kepada niat kita. Allah sesungguhnya melihat usaha dan niat kita, soal hasil biarlah DIA yang memutuskan layak atau tidaknya tujuan kita. Allah nggak akan pernah tidur, itu kenapa hasil inshaAllah tidak akan menghianati usaha.
Pemenang adalah, mereka yang selalu sibuk mencari solusi atas kendala menuju keberhasilan. Pemenang juga adalah menyelesaikan apa yang kita sudah mulai sampai garis akhir usaha.
Meraih kemenangan adalah keyakinan dan afirmasi positif yang kita yakini, jika kita DUIT doa usaha ikhtiar, setelah itu tawakalkan dengan keyakinan kuat. Seberapa istiqomah kita berkomitmen menyelesaikan perjalanan di kawah candra dimuka yang namanya bulan Ramadan. #Jalanin saja dulu, begitu prinsipnya. InshaAllah, kemenangan sesungguhnya akan kita raih, begitu malam takbiran kita bisa bersholawat dan bertakbir bertasbih bertahmid dengan rasa syukur tak terkira. Seraya melantunkan Istighfar memohonkan ampunan Allah. Fabbiayi ala irobbikuma tukadziba, ketika besok pagi bisa melaksanakan sholat IedFitri bersama keluarga. Allahu akbar, ini bukan halu dan mimpi ya moms, tapi nyata adanya bila kita jalani semua dengan kepasrahan sebagai hamba-Nya.
Siap meraih kemenangan kah, Moms dan sahabat mis Juli?
#day25
#misJuli
#MeraihKemenangan
#TantanganMenulisRamadan2025
#NurulAmanahPublishing
#SalamRamadandanLiterasi
0 Komentar