Bersyukur Saat NkmatNya, Tawadlu saat ujianNya

Sesudah berbuka puasa malam ini ada kata kata renungan yang cukup membuatku untuk merenung dan mengamini apa yang telah disampaikan sang ulama sebagai muhasabahku di radio. Aku ingin berbagi, bukan untuk menggurui. Karena aku yakin setiap manusia , allah telah beri porsinya masing masing. Namun bagiku, yang merasa berkali kali di uji terkadang hal ini terpungkiri. 

Mengapa bisa kukatakan seperti itu ? Terkadang aku sering bertanya , ya allah , dosa apa rasanya ujian tiada henti sejak 15 tahun belakangan ini. Terkadang saat syaiton lewat dihatiku, aku serasa bosan dan mengapa kemalangan demi kemalangan tak pernah berhenti. Namun saat akal sehatku muncul, aku merasa bangga dan berkata dalam hati bahwa aku adalah manusia terpilih yang selalu tak henti diuji, karena allah yakin aku mampu melewati ujian demi ujian ini. Bukankah allah tidak akan menguji diluar kemampuan makhluknya ?. Rasanya pro dan kontra terus tarik menarik dalam hatiku.

Namun dimalam jumat ini, malam persis awal dirancangnya naskah teks proklamasi kemerdekaan , malam ramadhan yang juga menjadi kekuatan bagi para pejuang untuk terus menggalang kekuatan bersama agar besok pada tgl 17 agustus menjadi tonggak awal kemerdekaan bangsa ini.  Apa hubungannya denganku ? Malam ini juga menjadi start awal kesadaranku akan hadirnya pengertian dan perumpamaan, kalau kita mau menerima siang , harus juga mau menerima malam. Apa artinya ? , manusia terkadang hanya mau dianugerahi  dan mengharap kenikmatan yang diberikan  allah. Tapi tidak pernah mau menerima anugrah ujian allah atau bila keinginan tidak selalu mulus idealnya ,  bahkan mengingkari sebagai kesalahan diri dan mencari kambing hitam atas apa yang menimpa diri.

Begitu juga denganku, seharusnya aku merenung dan menghitung apakah 15 tahun ini hanyalah ujian demi ujian. Tapi tidak melihat hal hal lain, bahkan yang terkecil sebagai bentuk nikmat yang allah berikan untukku. Seperti kukatakan diawal pro dan kontra serasa tarik menarik dalam hatiku, sehingga membutakan mata hatiku untuk melihat nikmat allah yang lain.

Bukankan ketika allah menawarkan rosul  harta dan dunia dalam genggaman sebagai pengobat dan penghibur atas apa yang telah menimpa kekasih allah (habiballah) ini. Atau mengubah bukit bukit di Mekah menjadi tambang emas untuknya ,  rosul menolak dan mengatakan, bahwa beliau lebih suka kenyang hari ini sehingga selalu ingin bersyukur akan nikmat  allah dan lapar dikeesokan harinya agar selalu dapat mengingat allah saat lapar datang/ kekurangan . Itulah makna yang diberikan sang ulama pada renungan yang kudengarkan dan menjadi muhasabah bagi diriku di malam ini. 


Subhanallah sang rosul yang sudah dijamin surga saja selalu ingin bersyukur  akan nikmat allah dan tetap ingin mengingat  allah saat ujian menimpanya ! Mengapa aku yang hanya manusia biasa tidak hendak meniru contoh yang diberikan rosul, sebagai ladang amal untuk bisa meraih surga diriku nanti. Karena ku yakin janji allah itu pasti, balasan atas keridhoan hambanya atas segala ujian kenaikan kelas keimanan adalah surga ? Ya , aku harus mulai malam ini.

Dan malam ini menjadi tonggak awal diri menyusun naskah teks kemerdekaan diri mulai esok hari dan seterusnya. Teks baku yang akan terus menjadi pedoman diri hingga nyawa berpisah dari raga ini. Bahwa apapun aku harus siap menerima siang dan malam apapun kondisinya . Artinya, sebagaimana aku mau menerima nikmat allah sebagai bentuk rasa bersyukur seorang hamba, aku juga harus mau menerima Ujian allah agar aku selalu mengingat allah. Sehingga keseimbangan itu akan terjadi dan terus meningkatkan keimanan diri. 

Bayangkan kalau allah hanya memberi nikmat untukku ? Bukankah aku tak akan pernah mau lagi mengingat allah, karena percaya diri, kenikmatan allah terutama dalam hal duniawi akan melenakanku ? Ya allah semoga malam ini menjadi tonggak diri agar aku selalu menjadi manusia yang terus meningkatkan nilai ketaq

Posting Komentar

0 Komentar