Bayi prihatinku itu Bungsuku Kini . . .



40 hari setelah meninggalnya ibu mertuaku di jelang pertengahan tahun 1998 , aku mendapat kado istimewa dari Allah , subhanallah . Ya dirahimku kini ada bayiku yang ke tiga , padahal awalnya aku menggunakan pil KB dengan tujuan agar jarak kelahiran anak- anakku bisa lebih jauh. Ternyata rencana manusia tidak seindah kehendak Allah , kenapa begitu saat itu anakku masih kecil kecil , dan keuangan keluarga mulai goyah setelah Krisis Moneter dan suamiku harus membiayai rumah sakit ibu mertuaku sejak dirawat di RSCM Jakarta . Walaupun tetap kusyukuri , namun sedih juga rasanya . Saat itu hidup kami mulai tidak menentu . Sebentar sebentar harus terus berjaga jaga bila ada penagih atau debt Collector yang menagih kami . Suamiku sering tidak ada ditempat , dan aku tidak berani menghadapi , karena tidak mengerti permasalahan yang terjadi . Suamiku memang kerja di Perusahaan Kontraktor besar di Indonesia , tapi juga memiliki sub pekerjaan dimana mana yang ditangani . Aku tidak pernah dilibatkan urusan urusan suami , tugasku hanya mengurus anak anak dan keluarga titik !! itu katanya . Aku menghindari ribut dengannya .

Aku juga tidak ingin dikatakan istri tidak tahu diri , ketika suami mapan membela suami , sedangkan saat suami terpuruk aku ikut menyalahkan dan lari dari kenyataan . Kujalani kehamilanku ini dengan keadaan yang tidak nyaman , karena sering aku ditinggal pergi olehnya , sementara beberapa orang tak kukenal menagih kerumah . Ketika aku ketakutan dan merasa keluargaku tidak aman lagi aku minta tinggal di rumah ibu mertuaku kini yang hanya ditinggali adik perempua dan adik laki lakinya . Sedangkan ayah mertuaku lebih banyak tinggal dikampung , di Sumatra Barat sana. Walau disana aku juga sering ditinggal tapi paling tidak ada teman dibandingkan tinggal dirumahku sana , sudah banyak yang meninggalkan kami sejak keuangan keluarga berantakan . Biasalah ada gula ada semut , saat susah siapa yang mau bersama , teman teman juga memilih menghindar , aku mengerti hal itu .

Hingga pernah saat suamiku pergi ke Cilacap , ada penagih yang datang juga ke rumah almarhum ibu mertuaku itu , aku sangat ketakutan dan bingung , adik iparkupun menghindar tidak mau dilibatkan . Masyaallah , kemana lagi aku berharap ? Padahal dulu banyak yang sebentar sebentar pasti mendukung kami , dan aku tahu suamiku juga royal ke keluarganya , tapi aku tidak ambil pusing . Namanya perempuan , tidak bekerja bisa apa sih ? (hanya mengajar kecil kecilan ) . Emosiku jadi sering labil , dengan keadaan hamil , anak anakku yang masih kecil kecil sangat aktif sehingga sering membuatku lelah dan mulai memukul mereka walau setelah itu kutangisi . Tapi aku mulai membiasakan bicara dari hati ke hati bersama mereka . Malam itu setelah kuajak makan mie ayam didepan dan kupakaikan jaket kembar berdua , sementara aku hanya menggunakan jilbab panjang untuk menutupi tubuhku . Aku dalam keadaan linglung mengajak jagoanku ke Me jid Istiqlal . Entah apa yang mendorongku aku tidak tahu . Rasa takut dan sendiri mungkin itu penyebabnya. Sempat kukabari suamiku via pager skylink bahwa aku di Istiqlal tapi tanpa detil dimana .

Malam semakin larut , jagoanku mulai mengantuk , satpam mulai mengusir , aku menolak dan mengatakan tidak ingin kembali dirumah itu karena takut dengan debt collector . Satpam tidak tega hanya berkata masuklah kedalam bu kasian ibu sedang hamil dan anak anak masih kecil . Aku menangis dan segera menuju ke dalam masjid .

Kasihan nak kamu , aku mengelus perutku yang sudah besar , ibu tidak pernah membawamu periksa keadaanmu . Ayahmu sedang guncang nak keuangannya , sabar yaa, ibu berharap kamu sehat disana doaku . Bayiku ini tidak pernah kutahu jenis kelaminnya , karena boro boro untuk USG , untuk kontrol saja kami tidak punya uang . Untuk makan aku harus berhemat hemat uang yang diberikan suami sebagai pegangan . Kini aku hanya bisa memandangi jagoan jagoanku yang tertidur pulas , berkali kali aku menyeka air mataku . Aku menyesali kelemahanku yang tidak bisa berbuat apa apa dan tidak bekerja dengan gaji yang cukup untuk keuangan keluarga saat ini , tapi suamikupun sering menyalahkan aku yang katanya tidak mendukungnya dalam keadaan keluarga seperti ini , aku bingung harus apa lagi ?? aku mengerti dia linglung masalah keuangannya , tapi terlalu banyak yang disembunyikan olehnya .

Hingga menjelang pagi , kutahan kantukku aku takut terjadi apa apa dengan anakku , apalagi nyamuk begitu banyak . Tidak nyaman memang tapi buatku itu lebih baik . Hingga usai sholat subuh , yang untuk wudlu kugunakan tayamum agar aku tidak meninggalkan anak anakku . Kulihat suamiku dari kejauhan dengan wajah yang sangat khawatir . Tangisku meledak dibahunya , setelah setengah berbisik dia marah kepadaku karena takut terjadi apa apa denganku dan dua anaknya . Aku tak mampu bicara apa apa , hanya kukatakan ,ayah aku ingin pulang kerumah mama dan papa jelang kelahiran adek begitu bahasaku pada calon bayiku . Suamiku menyerah dia minta aku telpon dulu agar orang tuaku siap menerima kami . Akupun melakukannya .

Setelah berkemas kemas dengan barang seadanya yang memang kami tidak membawa barang banyak , hanya pakaian aku menuju kerumah orang tuaku di Babelan Bekasi dengan keluarga kecilku ini. Sampainya kami disana mama menangisi keadaanku , tapi aku berusaha tegar dan menutupi keadaan suamiku . Aku hanya minta ijin pada mama dan papa untuk tinggal sampai anakku lahir nantinya . Dan kami diberi satu kamar besar , kamar mbakku yang pertama dan belum menikah yang saat ini bekerja sebagai dosen dan tinggal di Tanggerang . Aku bersyukur dan malu karena harus menyusahkan orang tuaku saat itu . Tapi mamaku bijak dan senang sekali cucunya bisa tinggal bersamanya , sejak papa pensiun mereka sering hanya berdua . Ya dua adikku yang belum menikah punya kesibukan masing masing . Papaku juga tidak banyak bicara , terlihat mereka begitu menjaga perasaan mantunya .

Namun sering bila suamiku pergi mencari nafkah , orang tuaku bertanya pelan pelan ada apa sebenarnya dengan Rumah Tangga kami , aku hanya bicara seadanya lebihnya aku tidak berani cerita . aku tidak ingin mereka berfikir tentang keadaan kami , kasian mereka sudah tua . Prinsipku mereka hanya boleh dengar aku senang , sedang susahku biarlah jadi fikiranku sendiri . Aku tahu mereka selalu memikirkanku , tapi mereka tahu aku anak yang tangguh dan terbiasa mandiri masalah seberat apapun . Karena saat keadaan kami tenang , aku selalu menjadi tempat mereka untuk diskusi , sharing atau membantu permasalahan mereka dikeuangan . Suamiku memang mengerti aku sudah tidak diijinkan bekerja , jadi dia harus siap juga bila sewaktu waktu keluargaku punya masalah.

Kehamilanku sudah masuk 9 bulan lewat 2 minggu , seperti biasa belum juga ada tanda tanda bayiku akan lahir . Hanya mulas dan tarikan sakit yang selalu coba kutahan dengan latihan nafasku . Aku berharap tidak operasi Caesar lagi , suamiku hanya siap 1 juta di dompetku . Aku selalu mengatakan agar lahiran dibidan saja . Suamiku tidak mau , dia merasa tidak adil dengan 2 anakku sebelumnya yang juga lahiran di rumah sakit langganan kami . Kukatakan keuangan kita tidak memungkinkan yah . Tapi dia berkeras , dan yakin ada jalan keluar .

Tiba waktunya aku begitu kesakitan , sehingga mama segera memanggil adik bungsuku yang juga belum lama istrinya melahirkan . Ya baru aku dan adik bungsuku yang sudah menikah . Itupun dulu aku yang menikahkan mereka pada tahun 1997 sesaat setelah aku melahirkan anak keduaku , karena mama papa sempat kecewa dan berharap adikku kuliah dulu . Tapi aku tahu , kalau tidak segera kunikahkan , adikku semakin liar dan jauh dari orang tua. Atau lebih dari itu . . .

Dan aku kini sudah berada dirumah sakit , aku minta kelas 3 yang paling murah aku takut biayanya jadi besar . Aku minta dokter untuk membantuku lahiran normal . Tetapi keadaan lain berbicara , jarakku lahiran operasi Caesar terlalu dekat dengan jarak hamil dan lahiranku sekarang , 2 tahun rahimku belum kuat dan harus kembali di Caesar . Aku sempat bingung dan menangis , bagaimana dengan biayanya nanti ya Allah batinku . Adikku sempat menelpon suamiku , suamiku hanya berkata untuk tetap dilaksanakan , dia berjanji akan mencari biayanya. Saat itu suamiku memang sedang mencari uang entah bekerja sebagai apa , aku tidak berani bertanya , takut menyinggung perasaannya.

Ketakutanku menjadi kenyataan , bukan selalu berfikir negative , aku tahu bukan hal yang mudah buat suamiku untuk meminta bantuan . Namun pekerjaannya pun keuangannya belum menjanjikan . Suamiku terlalu gengsi tinggi . Benar saja , aku tertahan selama hampir 2 minggu , karena suamiku tak kunjung mendapatkan uang . Aku bingung , padahal kalau semua gotong royong untuk dipinjam uangnya tidak akan seperti ini keadaannya , bayikupun sempat kena kuning , aku sampai stress dan beratku turun hampir 5 kg. Aku keluar tidak diijinkan walau jaminannya KTP . Akhirnya aku berinisiatif untuk menelpon sahabat kami berdua saat pramuka dengan bantuan sahabatku juga Ade . Dulu kami sering bertiga menghabiskan SD sampai SMA kami di sanggar pramuka PPFN Jakarta Timur . Ade pula yang membuat aku dan suamiku terhubung kembali setelah sempat terpisah 3 tahun karena dia bekerja di Lampung itu sebelum kami menikah dan aku memiliki tunangan mas Haryoko namanya anak teman mama yang sama sama dari jawa . Jodoh itu memang rahasia Allah , suamiku yang kini memiliki aku .

Singkat kata Dewi dan suaminya datang kerumah sakit , dan aku menyampaikan permasalahanku dengan sedikit malu. Tapi mau gimana lagi , kasian anakku yang dua terlalu lama kutinggal . Alhamdulillah suami Dewi spontan mengatakan akan membantu dengan menggunakan kartu kriditnya . Ya biaya kami kurang 4,5 juta lagi , subhanallah aku sujud syukur dengan jalan keluar ini dan berjanji akan segera mengganti bila keuangan kami membaik . Begitulah kelahiran si bungsu , yang kusebut sebagai bayi prihatinku saat itu . Dan bungsu sangat mengerti bahkan jarang rewel , seakan mengerti dengan keadaan orang tuanya. Kami sempat mengembalikan 500 ribu ketika ada biaya lebih , tapi sisanya hingga suamiku meninggal belum sempat kubayarkan , karena saat keuanganku ada , aku kehilangan jejaknya . Tapi begitu bertemu keadaan keuanganku sedang tidak bagus . Aku sempat memintakan maafnya Dewi atas suamiku itu . Dan Dewi yang kini sudah menikah lagi sejak bercerai dengan suaminya yang dulu membantu kami , kini berada di Kalimantan. Mengikhlaskan dan memaafkan kami berdua. Persahabatan kami sempat begitu kental dahulu , bahkan saat aku dahulu kuliah di Bogor mereka berdua ( Dewi dan Ade ) mengunjungiku dan menghadiahi ulang tahunku . Tapi memang nasib setiap manusia tidak bisa kutebak ya.

Kini bungsuku sudah hampir 16 tahun nanti 13 Februari 2015 , kelas XI SMK jurusan TKJ , dia ganteng , pintar dan sholeh buatku . Aku bersyukur diberi karunia 3 anak sholeh yang justru mereka jadi semangatku yang membuatku kuat dan bertahan . Bagiku seberat apapun masalahku dengan keadaan keluarga ini , merekalah yang membuatku menjadi kuat . Bahkan mereka pula yang selalu menjagaku kini setelah ayahnya meninggal . Muhammad Malik Hussein begitu namanya , dan panggilan kesayanganku adalah adek atau Hussein. Walau kecilnya sempat diramalkan raja tega karena memiliki garis tangan lurus ditengahnya , aku selalu mendoakannya untuk menjadi anak sholehku . Dan mengajarkannya sejak kecil untuk menghafal asmaul Husna untuk melawan godaannya untuk menjadi anak yang keras hati dan suka memukul . Ya, dulu kalau memukul walau anak anak , terasa sakit juga rasanya . Dan tetangga sering mengolok oloknya dengan raja tega , membuatku marah untuk tidak mendoakannya seperti itu . Karena kuyakin ucapan itu adalah doa . Dan terbukti doaku didengar Allah. Anak bungsuku itu kini jagoan sholehku yang sangat santun , pintar , agamis dan rajin membantu ibunya dirumah. Rumah kami ini tidak ada perempuan , tapi Alhamdulillah tangannya selalu ringan untuk bersih bersih .

Sejak kecil hampir tidak pernah sakit apalagi masuk rumah sakit . Makannya gampang sekali Alhamdulillah . Sukanya kerupuk dan kacang , makan adalah obat sakitnya . Sekalinya masuk rumah sakit adalah ketika kena demam berdarah , 8 bulan setelah ayahnya meninggal jelang usianya 15 tahun . Dan itu jadi awal tekadnya untuk hidup lebih sehat . Berat badannya memang sempat besar setelah ayahnya wafat , yaitu 105 kg. Tapi begitu keluar dari rumah sakit sempat 95 kg , bungsu senang sekali dan kumotivasi untuk terus menurunkan berat badannya. Alhamdulillah kini sudah 73 kg , sudah kelihatan langsing , karena posturnya cenderung tinggi mengikuti almarhum ayahnya . Prestasinya juga membanggakan , semesteran kemarin dia meraih rangking 1 dikelasnya ,subhanallah . Terimakasih ya Allah , kau berikan mereka sebagai Qurrota A’yyunku , penghibur dan kebanggaanku. Kutitipkan segala penjagaan , keamanan , kesehatan dan keimanan mereka padaMu , jadikan mereka Qurrota A’yyunku dunia akhirat . Amiin ya robbal a’lamiiin.

Griya Tambun 12 Februari 2015

Posting Komentar

1 Komentar