Filosofi, Tujuan, dan Manfaat
Pembelajaran Terpadu
Secara
filosofis kemunculan pembelajaran terpadu sangat dipengaruhi oleh tiga aliran
berikut :
(1)
progresivisme / Behavioristik ,
(2)
konstruktivisme, dan
(3)
humanisme
.
Progesivisme
secara singkat beranggapan bahwa proses pembelajaran pada umumnya perlu
menekankan pada:
(a)
pembentukan kreativitas,
(b)
pemberian sejumlah kegiatan,
(c)
suasana yang alamiah, dan
(d)
memperhatikan pengalaman siswa.
Konstruktivisme
beranggapan bahwa pengalaman langsung siswa adalah kunci dalam pembelajaran.
Dengan kata lain, aliran konstruktivisme mengatakan bahwa pengetahuan,
keterampilan dan perilaku seseorang diperoleh dari pembentukan (konstruksi)
hal-hal tersebut melalui interaksi dengan obyek itu sendiri atau melalui
pengalaman langsung.
Humanisme
menganggap bahwa siswa adalah:
(a)
memiliki keunikannya sendiri,
(b)
potensi, dan
(c)
motivasi masing-masing.
Pembelajaran
terpadu dikembangkan selain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat:
- meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna.
- mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah dan memanfaatkan informasi.
- Menumbuh kembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan.
- Menumbuh kembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain.
- meningkatkan gairah dalam belajar.
- memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
Beberapa
manfaat yang dapat diperoleh ketika menggunakan pembelajaran terpadu:
- Banyak topik-topik yang tertuang disetiap mata pelajaran mempunyai keterkaitan konsep dengan yang dipelajari siswa.
- Pada pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memanfaatkan keterampilannya yang dikembangkan dari mempelajari keterkaitan antar mata pelajaran.
- Pembelajaran terpadu melatih siswa untuk semakin banyak membuat hubungan inter dan antar mata pelajaran, sehingga siswa mampu memproses informasi dengan cara yang sesuai daya pikirnya dan memungkinkan berkembangnya jaringan konsep-konsep.
- Pembelajaran terpadu membantu siswa dapat memecahkan masalah dan berpikir kritis untuk dapat dikembangkan melalui keterampilan dalam situasi nyata.
- Daya ingat (retensi) terhadap materi yang dipelajari siswa dapat ditingkatkan dengan jalan memberikan topik-topik dalam berbagai ragam situasi dan berbagai ragam kondisi.
- Dalam pembelajaran terpadu transfer pembelajaran dapat mudah terjadi bila situasi pembelajaran dekat dengan situasi kehidupan nyata.
Implikasi
diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 32 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan ialah
perubahan model pendekatan pembelajaran yang dilakukan di Sekolah Dasar.
Pendekatan pembelajaran tersebut adalah pendekatan pembelajaran tematik terpadu
atau yang seringkali disebut sebagai tematik integratif. Pembelajaran tematik
terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai
kompetensi dari berbagai mata pelajaran dalam berbagai tema. Pendekatan
pembelajaran ini digunakan untuk seluruh kelas pada sekolah dasar. Pembelajaran
dengan pendekatan tematik ini mencakup seluruh kompetensi mata pelajaran yaitu:
PPKn, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika, Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan, Seni Budaya dan Prakarya kecuali mata pelajaran Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti. Kompetensi mata pelajaran IPA pada kelas I – III diintegrasikan
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika, sedangkan untuk mata
pelajaran IPS diintegrasikan ke mata pelajaran Bahasa Indonesia, PPKN dan
Matematika. Kompetensi dasar IPA dan IPS di kelas IV-VI masing-masing berdiri
sendiri.
Pendekatan
ini dimaksudkan agar peserta didik tidak belajar secara parsial sehingga
pembelajaran dapat memberikan makna yang utuh pada peserta didik seperti yang
tercermin pada berbagai tema yang tersedia. Tematik terpadu disusun berdasarkan
berbagai proses integrasi yaitu integrasi intra-disipliner, inter-disipliner,
multi-disipliner dan trans-disipliner.
Ruang
lingkup pembelajaran tematik meliputi semua KD dari semua mata pelajaran
kecuali agama. Mata pelajaran yang dimaksud adalah: Bahasa Indonesia, PPKn,
Matematika, IPA, IPS, Penjasorkes dan Seni Budaya dan Prakarya.
Model-model
Keterpaduan
Pembelajaran
tematik dapat dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran. Forgaty
(1991, 61) menyebut sepuluh model, yaitu fragmented, connected, nested,
sequenced, shared, webbed, threaded, integrated, immersed, dan networked. Pada
tahun 1997, Tim Pengembang D-II PGSD memilih tiga model untuk dikembangkan
yaitu Model Jaring laba-laba (Spider Webbed) – selanjutnya disebut Jaring,
Model Terhubung (connected), dan Model Terpadu (integrated). Model Jaring
Laba-laba (Spider Webbed) ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema.
Setelah tema disepakati, jika dirasa perlu, maka dikembangkan menjadi subtema
dengan tetap memperlihatkan keterkaitan antar mata pelajaran lain. Setelah itu
dikembangkan berbagai aktivitas pembelajaran yang mendukung.
Dalam
prosesnya, jika perencanaan tematik ini ada KD yang tidak terakomodasi oleh
tema manapun, maka ada cara lain yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan
dua tipe, yaitu tematik hanya berisi satu mata pelajaran, dan tematik yang
berpusat pada materi tertentu dalam satu pelajaran. Teknik ini hanya digunakan
bagi KD yang tidak dapat masuk dalam tema dan perlu waktu khusus untuk
membelajarkannya. Contoh dalam matematika dapat dilihat seperti berikut ini :
Keunggulan
model Jaring Laba-laba antara lain faktor motivasi berkembang karena adanya
pemilihan tema yang didasarkan pada minat peserta didik. Mereka dapat dengan
mudah melihat bagaimana kegiatan dan ide yang berbeda dapat saling berhubungan
dan memiliki kemudahan untuk lintas semester.
Kelemahan
model ini antara lain kecenderungan untuk mengambil tema sangat dangkal
sehingga kurang bermanfaat bagi peserta didik. Selain itu seringkali guru
terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan. Perlu
ada keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan materi pelajaran.
Model
Jaring Laba-laba ini menggunakan pendekatan tematik untuk mengintegrasikan
beberapa pelajaran. Tema yang ditetapkan memberi kesempatan kepada guru untuk
menemukan konsep, keterampilan atau sikap yang akan diintegrasikan.
Langkah-langkah
pembelajaran yang dapat diterapkan dengan menggunakan Model Jaring Laba-laba
(Webbed) :
Menentukan
tema (bisa diperoleh dari hasil diskusi antar guru, diskusi dengan peserta
didik atau berdasarkan ketetapan sekolah atau ketentuan yang lain). Tema
ditulis di bagian tengah jaring.
Menentukan
tujuan/kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang dapat dicapai melalui
tema yang dipilih. Misalnya, apabila tema cuaca yang dipilih, maka guru perlu
memikirkan apa yang dapat membantu peserta didik dalam tema tersebut untuk
memahami konsep-konsep yang ada. Kompetensi Dasar ini bisa diletakkan/ditulis
di jaring-jaring tema sesuai mata pelajaran yang ditentukan.
Memilih
kegiatan awal untuk memperkenalkan tema secara keseluruhan. Hal ini dilakukan
agar peserta didik memiliki pengetahuan awal yang akan meningkatkan rasa ingin
tahu mereka sehingga peserta didik terdorong untuk mengajukan banyak pertanyaan
terhadap materi yang sedang dibahas. Kegiatan awal yang dapat dilakukan,
misalnya guru membacakan buku tentang cuaca atau mengajak peserta didik untuk
menonton film tentang cuaca.
Mendesain
pembelajaran dan kegiatan yang dapat mengaitkan tema dengan kompetensi
(pengetahuan, keterampilan dan sikap) yang ingin dicapai. Contoh kegiatan
seperti peserta didik ditugaskan untuk mengamati cuaca selama satu minggu,
setiap hari peserta didik mengambil gambar yang sudah disiapkan sesuai dengan
keadaan cuaca misalnya cuaca mendung, cerah atau berawan. Setelah satu minggu
berjalan, peserta didik menghitungnya dan mengambil kesimpulan tentang cuaca
dari data yang ada.
Menghubungkan
semua kegiatan yang telah dilakukan agar peserta didik dapat melihat dari
berbagai aspek sehingga memperoleh pemahaman yang baik.
Kegiatan
yang dapat dilakukan misalnya, mendatangkan nara sumber untuk memberi informasi
tentang cuaca atau melihat papan pajangan hasil pekerjaan peserta didik untuk
dibahas bersama. Di bawah ini disajikan contoh pajangan hasil karya peserta
didik pada tema cuaca.
Berikut
adalah langkah – langkah kegiatan dari model terpadu (integrated):
Membaca
dan memahami Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dari seluruh mata pelajaran.
Memahami
Membaca baik-baik Standar Isi mata pelajaran IPS dan IPA serta mengkaji makna
dari Kompetensi Inti dan kompetensi-kompetensi dasar dari tiap mapel tersebut.
Mencari
kompetensi-kompetensi dasar IPS dan IPA yang bisa disatukan dalam tema-tema
tertentu (dari hasil eksplorasi tema) yang relevan. Proses ini akan
menghasilkan penggolongan KD-KD dalam unit-unit tema.
Menuliskan
tema yang telah dipilih dan susunan KD-KD IPS dan IPA yang sesuai di bawah tema
tersebut.
Melakukan
hal yang sama untuk Standar Isi Bahasa Indonesia dan Matematika.
Meletakkan
Kompetensi dasar yang tidak dapat dimasuk kedalam tema di bagian bawah.
Langkah-langkah
tersebut menghasilkan skema berikut:
Model-model
Keterpaduan
Pembelajaran Tematik Terpadu
dalam Kurikulum 2013
Pembelajaran
tematik terpadu yang diterapkan di SD dalam kurikulum 2013 berlandaskan pada
Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah yang menyebutkan, bahwa “Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan
Standar Isi, maka prinsip pembelajaran yang digunakan dari pembelajaran parsial
menuju pembelajaran terpadu.” Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada SD/MI dilakukan
melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik-terpadu dari Kelas I sampai
Kelas VI.
Pendekatan
pembelajaran tematik terpadu diberikan di sekolah dasar mulai dari kelas I
sampai dengan kelas VI.
Pendekatan
yang dipergunakan untuk mengintegrasikan kompetensi dasar dari berbagai mata
pelajaran yaitu; intra-disipliner, inter-disipliner, multi-disipliner dan
trans-disipliner. Intra Disipliner adalah Integrasi dimensi sikap, pengetahuan
dan keterampilan secara utuh dalam setiap mata pelajaran yang integrasikan
melalui tema. Inter Disipliner yaitu menggabungkan kompetensi dasar-kompetensi
dasar beberapa mata pelajaran agar terkait satu sama lain seperti yang
tergambar pada mata pelajaran IPA dan IPS yang diintegrasikan pada berbagai
mata pelajaran lain yang sesuai. Hal itu tergambar pada Struktur Kurikulum SD
untuk Kelas I-III tidak ada mata pelajaran IPA dan IPS tetapi muatan IPA dan
IPS terintegrasi ke mata pelajaran lain terutama Bahasa Indonesia. Multi
Disipliner adalah pendekatan tanpa menggabung-kan kompetensi dasar sehingga
setiap mapel masih memiliki kompetensi dasarnya sendiri. Gambaran tersebut
adalah IPA dan IPS yang berdiri sendiri di kelas IV-VI. Trans Disipliner adalah
pendekatan dalam penentuan tema yang mengaitkan berbagai kompetensi dari mata
pelajaran dengan permasalahan yang ada di sekitarnya.
Pendidikan IPS di SD
kurikulum
pendidikan IPS di SD, esensi kurikulum IPS SD tahun 2006 untuk kelas 3-6, isu
dan masalah sosial budaya dalam pembelajaran IPS, pendekatan yang digunakan
dalam pembelajaran IPS di SD, metode dan media serta pemanfaatan sumber belajar
IPS kelas 3-6, evaluasi pembelajaran IPS SD, serta model-model pembelajaran IPS
terpadu. Melalui mata kuliah ini diharapkan mahasiswa S1 PGSD mempunyai
kemampuan untuk menganalisis fakta, konsep, generalisasi, isu-isu, dan masalah
sosial budaya yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran IPS.
Pengertian Pendidikan IPS
Pelajaran
IPS di SD mengajarkan konsep- konsep
esensi ilmu social untuk membentuk
subyek didik menjadi warga negara yang
baik
Istilah
IPS mulai dipergunakan secara resmi di Indonesia sejak tahun 1975. adalah istilah Indonesia
untuk Social Studies di Amerika . Kita mengenal beberapa
istilah seperti ilmu social, studi social
dan ilmu pengetahuan social.
Pengertian Ilmu Sosial
Ilmu
sosial tekanannya kepada keilmuan yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat atau kehidupan social.Secara khusus
dipelajari dan dikembangkan di tingkat
pendidikan tinggi dan dikembangkan di beberapa fakultas.
Ilmu
social adalah ilmu yang berkenaan dengan
manusia dalam kontek social dengan kata lain semua bidang ilmu yang mempelajari manusia
sebagai anggota masyarakat
Aspek manusia sebagai anggota
masyarakat antara lain :
aspek antar hubungan manusia dalam kelompok;
aspek
kejiwaan;
aspek
kebutuhan materi;
aspek
norma,peraturan dan hokum;
aspek
pemerintahan dan kenegaraan;
aspek
kebudayaan;
aspek
kesejahteraan;
aspek
komunikasi;
aspek
kebijaksanaan dan kesejahteraan social;
aspek
hubungan manusia dengan alam lingkungan;
aspek pengelolaan pengurusan,pengaturan dan
lain-lain;
Aspek
pendidikan; Dan aspek-aspek lainnya.
Bidang ilmu yang termasuk dalam ilmu social itu adalah:
a.sosiologi
berkenaan dengan aspek antar hubungan manusia dengan kelompok;
b.psikologi social berkenaan dengan
aspek kejiwaan manusia sebagai anggota masyarakat;
c.ilmu
hokum berkenaan dengan norma,peraturan
dan hokum;
d.ilmu
politik berhubungan denga kebijakan dan
kesejahteraan social;
e.ilmu
pemerintahan berkenaan dengan aspek pemerintah dan kenegaraan;
f.antropologi
budaya berkenaan dengan aspek kebudayaan;
g.ilmu
sejarah bekenaan dengan waktu dan
ruang dengan aspek kesejarahan;
h.ilmu geografi berkenaan dengan keruangan antara factor manusia dengan factor
alam dan lingkungan;
i.
ilmu ekonomi berkenaan dengan pemenuhan
kebutuhan manusia dan kelangkaan;
j.ilmu manajemen berkenaan dengan aspek pengelolaan ,pengorganisasian, pengurusan
, peraturan dsb;
k.ilmu
pendidikan berkenaan dengan pendidikan.
Karena
luasnya cakupan ilmu social pembinaan
harus dilakukan secara berkesinambungan
mulai dari tingkat terendah sampai
ketingkat yang lebih tinggi . Oleh karena itu pengajaran tentang kehidupan manusia di
masyarakat harus dimulai dari tingkat
sekolah dasar bahkan sebelum SD.
Perkembangan dan Pengertian Studi Sosial
Istilah
social studies mulai dikenal di
Amerika sekitar tahun 1913 nama ini
digunakan oleh komisi pendidikan .Komisi ini bertugas untuk merumuskan dan membina kurikulum sekolah untuk mata pelajaran sejarah dan geografi
dan komisi ini yang memberikan nama
resmi kepada kurikulum sekolah untuk
kedua mata pelajaran tersebut.
Pada
tahun 1921 ,di Washington DC
dibentuklah National Counsel for the
Social Studies, dengan tugas
mengengembangkan pendidikan social studies.Sebagai medium komunikasi ,lembaga
ini menerbitkan jurnal yang diberi nama Social Education.
Tuntutan
masyarakat pada waktu itu terhadap social studies sebagai program pendidikan adalah untuk
dapat memberikan bekal kepada
siswa agar dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan masyarakat Amerika yang pluralistis dan sangat komplek.
Setelah
tahun 1955 terjadi perkembangan baru dalam kurikulum social studies di AS,karena persaingan tehnologi
denga Rusia.Kurikulum sekolah
menjadi tuntutan utama dalam mengejar ketinggalan Amerika Serikat.Situasi ini dibantu pula oleh perhatian yang besar terhadap penelitian interaksi
kelas sehingga kelas di sekolah tidak menjadi sesuatu yang tabu
bagi penelitian pendidikan.
Tetapi kemajuan
pendidikan di sini di titik
beratkan pada kurikulum matematika dan IPA . Kedua program ini perlu diperbaiki
untuk mengejar ketinggalan Amerika
Serikat dengan Rusia.
Pada
tahun 1967 perhatian yang besar terhadap
kurikulum social studies
mulai diberikan oleh masyarakat.
Jarolimek
(1977) mengisyaratkan bahwa studi social
lebih bersifat praktis , yaitu memberikan kemampuan kepada anak didik dalam mengelola dan memanfatkan
kekuatan
–kekuatan fisik dan social dalam
menciptakan kehidupan yang serasi,juga mempersiapkan anak didik untuk mampu memecahkan masalah social dan memiliki keyakinan akan kehidupan masa mendatang.
A.Sanusi (1971) melihat perbedaan antara ilmu social dengan studi social berkenaan
dengan tempat diajarkan dan
dipelajarinya.Jika ilmu sosial hanya di ajarkan di perguruan tinggi
,sedangkan studi sosial diajarkan dan dipelajari sejak dari pendidikan rendah SD/SMA.Artinya
,kalau ilmu sosial lebih menitik beratkan
kepada teori dan konsep keilmuannya maka ,studi sosial lebih menitik
beratkan pada masalah –masalah yang dapat dibahas dengan meninjau berbagai sudut yang ada hubungannya satu sama lain.
Jadi
pengertian studi sosial adalah bidang pengetahuan dan penelaahan
gejala dan masalah sosial di masyarakat yang ditinjau dari bergagai aspek
kehidupan sosial,dalam usaha mencari jalan keluar dari masalah-masalah tersebut.
Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
IPS seperti halnya bidang studi IPA,Matematika,
Bahasa Indonesia ,IPS sebagai bidang studi memiliki garapan yang dipelajari
cukup luas.Bidang garapannya meliputi gejala-gejala dan masalah kehidupan manusia di masyarakat .Tekanan yang dipelajari
IPS berkenaan dengan gejala dan masalah kehidupan masyarakat yang nyata.
Dari
gejala dan masalah tadi di telaah ,dianalisa
factor-faktornya sehingga dapat dirumuskan jalan pemecahannya
Jadi
pengertian IPS adalah bidang studi yang
mempelajari ,menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat
dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan
atau satu perpaduan.
Pertanyaan;
Apakah bedanya studi sosial dengan IPS ?
Sifat
IPS sama dengan studi sosial ,yaitu praktis,interdisipliner dan diajarkan
mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.
IPS
yang diajarkan pada pendidikan dasar dan
menengah menjadi dasar pengantar bagi
mempelajari IPS/Studi sosial maupun
ilmu sosial di perguruan tinggi . Bahkan dalam kerangka kerjanya dapat saling
melengkapi . Hasil penelaahan IPS dapat dimanfaatkan oleh ilmu sosial,dan sebaliknya hasil
kajian ilmu sosial dapat dimanfaatkan
oleh IPS .
TUJUAN DAN MANFAAT PENDIDIKAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) DI SEKOLAH
DASAR
Setiap
bidang studi yang tercantum dalam
kurikulum sekolah ,telah dijiwai oleh
tujuan yang harus dicapai oleh
pelaksanaan Proses Belajar Mengajar
(PBM)bidang studi tersebut secara keseluruhan .Tujuan ini disebut tujuan
kurikuler yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan institusional dan tujuan Pendidikan Nasional.
Tujuan
kurikuler yang dimaksud adalah tujuan
pendidikan IPS . Secara
keseluruhan tujuan
pendidikan IPS di SD membekali anak didik dengan sbb.
1.
pengetahuan
social yang berguna dalam kehidupannya.
2.kemampuan
mengidentifikasi ,menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah nasional yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.
3.Kemampuan
berkomunikasi denga sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian .
4.Kesadaran
,sikap mental yang positif dan keterampilan
terhadap pemanfaatan lingkungan
hidup yang menjadi bagian dari kehidupan
tersebut.
5.Kemampuan mengembangkan
pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan ,masyarakat
,ilmu pengetahuan dan tehnologi.
Kurikulum IPS tahun 2006 bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan :
1.Mengenal
konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan.
2.Memiliki
kemampuan dasar untuk berfikir logis dan
kritis,rasa ingin tahu,inkuiri,memecahkan masalah ,dan keterampilan dalam kehidupan social.
3.Memiliki
komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai social dan kemanusiaan.
4.Memiliki
kemampuan berkomunikasi,bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang
majemuk,di tingkat lokal ,nasional,dan global.
Dalan
pembelajaran IPS siswa dapat dibawa langsung ke dalam lingkungan alam
dan masyarakat.
Pada ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai
berikut.
1.Manusia
,tempat dan lingkungan.
2.
Waktu,keberlanjutan dan perubahan.
3.Sistem
Sosial dan Budaya .
4.Perilaku
Ekonomi dan Kesejahteraan.
Khusus mata pelajaran IPA di SD,
sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
termasuk ke dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kelompok mata pelajaran ini pada SD /MI / SDLB dimaksudkan untuk mengenal,
menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan tekhnologi, serta menanamkan
kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri.
Pembelajaran
IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek
penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan
pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang
secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam
pengembangan kurikulum disetiap tahun pendidikan. Pencapaian SK dan KD
didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja
ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.
Tujuan
dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPA SD
Di dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006
telah ditetapkan, bahwa mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan
Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam
ciptaan-Nya.
b.Mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c.Mengembangkan
rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang
saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
d.Mengembangkan
keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan
membuat keputusan.
e.
Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan
melestarikan lingkungan alam.
f.Meningkatkan
kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu
ciptaan Tuhan.
g.Memperoleh
bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke SMP/MTs.
Ruang
Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:
1. Makhluk
hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya
dengan lingkungan, serta kesehatan.
2.
Benda /materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan
gas.
3. Energi
dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan
pesawat sederhana.
4. Bumi dan
alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tak akan diajarkan lagi di tingkat Sekolah
Dasar tahun depan. Keputusan ini berdasarkan pada pengembangan kurikulum baru
yang bakal diterapkan mulai tahun ajaran 2013-2014.
"Bukan berarti tidak ada pelajaran IPA
dan IPS, tetapi metodenya sudah diubah menjadi metode tematik integratif,"
kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, di kantor wakil presiden,
Jakarta, Selasa, 13 November 2012.
Menurut Nuh, metode tematik integratif
merupakan salah satu ciri kurikulum baru untuk SD. Melalui metode ini, IPA dan
IPS dijadikan sebagai materi pembahasan pada semua mata pelajaran.
"Prosesnya, tema-tema yang ada pada dua pelajaran itu diintegrasikan ke
dalam sejumlah mata pelajaran," ujarnya.
Saat ini, terdapat 10 mata pelajaran untuk
SD, yaitu pendidikan agama; pendidikan kewarganegaraan; bahasa Indonesia;
matematika; IPA; IPS; seni budaya dan keterampilan; pendidikan jasmani,
olahraga, dan kesehatan; muatan lokal; serta pengembangan diri (Eskul /
Leadership )
Adapun tahun depan, hanya tersisa 6 mata
pelajaran, yakni pendidikan agama; pendidikan pancasila dan kewarganegaraan;
bahasa Indonesia; matematika; seni budaya dan prakarya; serta pendidikan
jasmani, olahraga, dan kesehatan.
"IPA menjadi materi pembahasan
pelajaran bahasa Indonesia, matematika, dan lain-lain. IPS menjadi materi
pembahasan pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan, bahasa
Indonesia, dan lain-lain," ucap Nuh.
Ia mencontohkan, seorang guru bahasa
Indonesia bisa menjelaskan fenomena alam yang kemudian dikaitkan dengan IPA.
Misalnya tema tentang sungai. "Sungai itu ada airnya, rumusnya H2O, bisa
mengalir karena ada perbedaan tekanan, memiliki derajat kejernihan, tercemar
kotoran, dan seterusnya" kata Nuh. "Satu mata pelajaran bisa
dikaitkan kemana-mana."
Dengan begitu, menurut Nuh, anak-anak didik di tingkat SD akan memiliki kemampuan yang utuh. " Anak-anak SD tidak akan mendapat pendekatan yang terpisah
0 Komentar