PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU PADA KURIKULUM
2013
A. Konsep
Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran Tematik Terpadu
merupakan suatu
pendekatan dalam pembelajaran
yang secara sengaja
mengaitkan beberapa aspek
baik dalam intra mata
pelajaran maupun antar
mata pelajaran. Dengan
adanya pemaduan itu, peserta
didik akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi
bermakna bagi peserta didik.
Makna pembelajaran Tematik
Terpadu adalah pendekatan pembelajaran yang
melibatkan beberapa mata
pelajaran untuk memberikan
pengalaman yang bermakna kepada
peserta didik. Dikatakan
bermakna pada pembelajaran Tematik
Terpadu artinya, peserta
didik akan memahami konsep-konsep yang
mereka pelajari melalui
pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep yang lain
yang sudah mereka pahami.
B.
Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran Tematik Terpadu
dikembangkan selain untuk
mencapai tujuan pembalajaran yang telah ditetapkan,
diharapkan siswa juga dapat :
1. Meningkatkan pemahaman konsep
yang dipelajarinya secara lebih bermakna
2. Mengembangkan keterampilan
menemukan, mengolah, dan memanfaatkan nformasi
3.
Menumbuhkembangkan sikap positif,
kebiasaan baik, dan
nilai-nilai luhur yang
diperlukan dalam kehidupan
4. Menumbuhkembangkan keterampilan
sosial seperti kerja
sama, toleransi, komunikasi,
serta menghargai pendapat orang lain
5. Meningkatkan minat dalam
belajar
6. Memilih kegiatan yang sesuai
dengan minat dan kebutuhannya
C.
Karakteristik Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran Tematik Terpadu
memiliki beberapa macam
karakteristik, diantaranya
(Panduan Pengembangan Pembelajaran Tematik Terpadu Depdiknas, 2004)
1. Berpusat pada peserta didik
2. Memberi pengalaman langsung pada peserta didik
3. Pemisahan antar mata pelajaran tidak begitu jelas
4. Menyajikan konsep dari
berbagai mata pelajaran
dalam suatu proses pembelajaran
5. Bersifat luwes.
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang
sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik
7. Holistik, artinya
suatu peristiwa yang
menjadi pusat perhatian
dalam pembelajaran Tematik
Terpadu diamati dan
dikaji dari beberapa
mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.
8. Bermakna, artinya pengkajian
suatu fenomena dari
berbagai macam aspek memungkinkan terbentuknya semacam
jalinan skemata yang dimiliki peserta didik.
9. Otentik,
artinya informasi dan
pengetahuan yang diperoleh
sifatnya menjadi otentik.
10. Aktif, artinya peserta
didik perlu terlibat
langsung dalam proses pembelajaran mulai
dari perencanaan, pelaksanaan hingga
proses penilaian.
11. Wujud
lain dari implementasi Tematik Terpadu yang bertolak dari tema,
D.
Penilaian Pembelajaran Tematik Terpadu
Objek dalam penilaian
pembelajaran terpadu mencakup
penilaian terhadap proses dan
hasil belajar peserta didik. Penilaian
proses belajar adalah upaya pemberian
nilai terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta
didik, sedangkan penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai
terhadap hasil-hasil belajar
yang dicapai dengan
menggunakan kriteria tertentu. Habelajar
tersebut pada hakikatnya merupakan pencapaian kompetensi-kompetensi yang
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak.
Kompetensi tersebut dapat
dikenali melalui sejumlah
hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan
diamati. Penilaian proses dan hasil belajar itu saling berkaitan satu dengan
lainnya, hasil belajar merupakan akibat dari
suatu proses belajar
E. Strategi Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
Terpadu
Kompetensi Inti (KI)
dan Kompetensi Dasar
(KD) yang tersusun
secara Tematik Terpadu di dalam kurikulum 2013 adalah mata pelajaran IPA
dan IPS.
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran Tematik
Terpadu bergantung pada
kesesuaian rencana yang
dibuat dengan kondisi
dan potensi peserta
didik (minat, bakat, kebutuhan,
dan kemampuan).
Penentuan Tema Pembelajaran IPA/IPS Terpadu
1. Tidak
terlalu luas, namun
dengan mudah dapat
digunakan memadukan banyak
banyak indicator
2. Tema
harus bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar
selanjutnya
3. Tema
harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak.
4.
Tema yang dipilih
hendaknya
mempertimbangkan
penstiwa peristiwa otentik yang
terjadi dalam rentang waktu belajar,
5.
Tema yang dipilih
hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
Untuk menyusun perencanaan pembelajaran Tematik Terpadu perlu dilakukan
langkah-langkah seperti berikut
Langkah-langkah perencanaan pembelajaran
tematik terpadu seperti yang disajikan pada diagram di atas, dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Menganalisis KI dan KD
mata pelajaran IPA atau IPS
2. Menentukan Tema yang sesuai dengan konsep konsep yang
ada dalam setiap nomor KD
IPA atau IPS
3.
Penjabaran (perumusan) Kompetensi
Dasar ke dalam indikator sesuai topik/tema
4.
Membuat peta hubungan antar indikator dengan judul tema
5.
Pengembangan Silabus
6.
Menyusun RPP Tematik Terpadu
F. Model
Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran Tematik Terpadu antar mata peserta didik Menurut Fogarty dalam
bukunya How to Integrate the
Curricula (Fogarty,1991:XV) ada
sepuluh macam model pembelajaran
Tematik Terpadu, yaitu :
1) Model Terhubung (The Connected Model),
2) Model Jaring Laba-Laba (The Webbed
Model),
3)
Model KeTematik Terpaduan
(The Integrated Model),
4)
Model Sarang (The Nested Model),
5) Model Penggalan (The Fragmented Model ),
6) Model Terurut (The Sequenced Model),
7) Model Irisan (The Shared Model ),
8)
Model Galur (The Threaded Model),
9)
Model Celupan (The Immersed Model). Dan
10)
Model Jaringan Kerja (The Networked
model)
II.
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
Kepala sekolah merupakan kunci
keberhasilan dalam memberdayakan masyarakat dan lingkungan
sekolah untuk itu sebagai seorang pemimpin kepala sekolah diharapkan mampu
untuk berusaha membina, mengelola dan mengembangkan sumber daya-sumber daya
yang ada di sekolah.
Kepala Sekolah mempunyai tugas pokok mengelola penyelenggaraan kegiatan
pendidikan dan pembelajaran di
sekolah. Secara lebih
operasional tugas pokok kepala sekolah
mencakup kegiatan menggali
dan mendayagunakan seluruh sumber daya sekolah secara
Tematik Terpadu dalam kerangka pencapaian tujuan sekolah secara efektif dan
efisien.
A.
Peran Kepala sekolah dalam Perencanaan Pembelajaran
Dalam perencanaan , kepala
sekolah perlu melibatkan sejumlah orang. Bukan hanya orang-orang dalam sekolah
yang dilibatkan, tetapi juga orang-orang di
luar sekolah. Dengan
melibatkan sejumlah orang
dalam perencanaan, di samping cukup banyak
yang ikut serta
berpikir, juga semua
aspirasi dan kebutuhan sekolah
dan masyarakat akan tertampung
B. Peran Kepala Sekolah dalam Pelaksanaan
(Actuating) Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan dimana seorang guru diharapkan
dapat memotivasi, mendorong dan
memberi semangat/inspirasi kepada
siswa,
sehingga siswa dapat mencapai tujuannya. Kegiatan pelaksanaan
pembelajaran di sekolah terutama ditujukan kepada guru sebab merekalah yang
terlibat lagi dalam proses
pendidikan dan pembelajaran. Kepala
sekolah dalam hal
ini menekankan
kegiatannya pada usaha
mempengaruhi guru-guru dalam melaksanakan tugas mengajar
Pelaksanaan adalah kegiatan
memimpin bawahan dengan
jalan memberi perintah, memberi
petunjuk, mendorong semangat kerja, menegakkan disiplin, memberikan berbagai
usaha lainnya hingga mereka dalam melaksanakan tugas mengikuti arah yang telah
ditetapkan dalam petunjuk, peraturan atau pedoman yang telah ditetapkan
Diantara tugas tugas
pokok kepala sekolah
Ada yang berkaitan
dengan kepemimpinan pembelajaran yaitu
1. Pendidik (Educator)
2. Pemimpin (leader)
3. Pengelola (manajer)
4. Administrator
5. Penyelia (Supervisor).
C. Tahap Pengelolaan Program Pembelajaran
Tahapan pengelolaan kegiatan pembelajaran tematik Tematik Terpadu dapat dilakukan sebagai berikut:
1.
Perencanaan , Perencanaan meliputi :
a. Menetapkan apa
yang mau dilakukan,
kapan dan bagaimana
cara melakukannya
b.
Membatasi sasaran dan
menetapkan pelaksanaan kerja
untuk mencapai hasil yang maksimal melalui proses penentuan
target
c. Mengembangkan alternatif-alternatif
d. Mengumpulkan
dan menganalisis informasi
e.
Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana dan keputusan- keputusan.
2.
Pengorganisasian , Pengorganisasian, meliputi:
a. Menyediakan fasilitas,perlengkapan dan
tenaga kerja yang diperlukan untuk melaksanakan rencana-rencana melalui proses
penetapan kerja
b.
Pengelompokan komponen kerja
ke dalam struktur
organisasi secara teratur
c.
Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi
d.
Memutuskan dan menetapkan metode dan prosedur
e.
Memilih, mengadakan pelatihan
dan pendidikan guru
serta mencari sumber-sumber lain
yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
3.
Pengarahan , Pengarahan meliputi:
a. Menyusun kerangka waktu dan biaya secara terperinci
b. Memprakarsai dan
menampilkan kepemimpinan dalam
melaksanakan rencana dan pengambilan keputusan
c. Mengeluarkan
instruksi–instruksi yang spesifik
d. Membimbing, memotivasi dan melakukan supervisi.
4.
Pengawasan , Pengawasan meliputi:
a. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan yang mengacu pada rencana
b. Melaporkan penyimpangan untuk
tindakan koreksi dan
merumuskan tindakan koreksi,
menyusun standar-standar dan saran-saran
c. Menilai
pekerjaan dan melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan-penyimpangan.
SUMBER
:Pusbang
Tendik : Komplek Kemdikbud
Gedung D Lantai 17
Jl. Jenderal Sudirman Pintu 1 Senayan Jakarta
Pusat, 10270Telp./Fax. (021) 57946110Kampus
Pusbang TendikJln. Raya Cinangka Km. 19 Bojongsari, Depok, 16517Telp. (021) 7490411, Faks. (021) 7491174 , Website:
http://www.tendik.kemdiknas.go.idemail : diklattendik@gmail.com
Model Pembelajaran IPS Terpadu
Bagi siswa Sekolah Dasar (SD), belajar akan
lebih bermakna jika apa yang dipelajari berkaitan dengan pengalaman hidupnya
sehingga mereka dapat memandang suatu objek yang ada dl lingkungannya segera.
Pemahaman seperti ini maka pendekatan yang
digunakan dalam proses belajar adalah pendekatan kurikulum terpadu dimana
berbagai materi akan dipadukan menjadi sajian materi yang kemudian akan
diberikan kepada siswa.
Pembelajaran terpadu merupakan paket
pengajaran yang menghubungkan berbagai konsep dari beberapa disiplin ilmu.
Metode pembelajaran terpadu berorientasi pada keaktifan siswa, pengetahuan awal
siswa sangat membantu dalam memahami konsep dan keberhasilan belajar.
Berdasarkan pengamatan dalam mengamati
proses pembelajaran di SD, guru masih berorientasi pada siswa yang dijadikan
objek bukan sebagai subjek dalam pembelajaran. Sehingga guru dalam proses ini
mendominasi aktivitas belajar sedangkan siswa hanya menerima informasi dari
guru secara pasif.
Keterlibatan siswa dalam proses belajar hanya
sekadar mendengarkan dan bertanya apabila tulisarn atau suara guru kurang
terdengar, tanpa dapat dengan aktif ikut mengembangkan materi yang didapatnya
di sekolah dan menghubungkan materi tersebut dengan kejadian yang dialami
sehari- hari.
Hal ini seringkali terjadi pada proses
pembelajaran materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Guru mengajarkan materi
dengan metode yang monoton, tanpa alat peraga, dan berkesan sangat membosankan
sehingga siswa tidak tertarik untuk memperhatikannya. Terlebih lagi siswa terbiasa
dengan pandangan bahwa materi dalam pelajaran IPS harus dihafalkan di luar
kepala.
Dalam Kurikulum Pendidikan Dasar tahun 2006
dicanangkan fungsi dan tujuan ilmu sosial antara lain mengembangkan nilai dan
sikap serta keterampilan sosial siswa untuk dapat menelaah kehidupan sosial
yang dihadapi sehari-hari serta menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap
perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini.
Berdasarkan fungsi dan tujuan di atas
pembelajaran IPS sebaiknya dimulai dari lingkungan terdekat yang ada di sekitar
siswa, mulai dari dirinya sendiri, keluarga, tetangga, lingkungan sekolah,
masyarakat setempat kehidupan bernegara sampai menjadi bagian dari dunia.
Tentunya dengan materi yang disesuaikan dengan dunia anak yang memandang
dirinya sebagai pusat lingkungan yang merupakan suatu keseluruhan dengan
pemaknaan secara holistik yang berangkat dari hal yang bersifat konkrit.
Untuk itu guru harus kreatif dalam
mendesain metode pembelajaran yang disenangi dan bermakna bagi siswa sehingga
siswa dapat menghubungkan konsep yang dipelajarinya dengan dunia anak dalam
kehidupannya sehari-hari. Dengan demikian diharapkan siswa dapat lebih mudah
memahami materi yang diberikan.
Model pembelajaran terpadu sebagai suatu
konsep dapat dikatakan sebagai pendekatan belajar mengajar yang melibatkan
beberapa mata pelajaran memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Dalam
pembelajaran terpadu siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari
melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah
mereka pahami.
Pelaksanaan pendekatan pembelajaran terpadu
bertolak dari suatu topik atau tema yang dipilih dan dikembangkan bersama oleh
guru dan siswanya. Tujuan dari tema ini bukan untuk literasi mata pelajaran
akan tetapi sebagai konsep-konsep dari mata pelajaran terkait dan dijadikan
sebagai alat dan wahana untuk mempelajari dan mempelajari materi tertentu.
Menurut Fogarty (1991) pembelajaran terpadu
dibedakan atas tiga model yaitu (1) model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi
tipe Connected dan Nested, (2) model antar bidang studi yang meliputi tipe
Sequenced, Shared, Webbed, Threaded, dan Integrated, (3) model dalam lintas
bidang studi yang meliputi tipe Immersed dan Networked. Metode pembelajaran
terpadu memiliki ciri seperti (1) berpusat pada anak, (2) memberikan pengalaman
langsung pada anak, (3) pemisahan antar bidang studi tidak begitu jelas, (4)
menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam satu proses pembelajaran,
(5) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai minat dan kebutuhan anak.
Berdasarkan pemahaman tersebut, metode
pembelajaran terpadu menjadi suatu pilihan terbaik dalam memberikan materi
pembelajaran bagi siswa ditingkat SD. Penggunaan metode ini pada tingkat SD
membantu siswa membiasakan diri untuk melihat, menanggapi, dan memecahkan
masalah yang dihadapinya secara komprehensif.
Pembelajaran ini dapat dilaksanakan dalam
intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Perlu suatu penelitian yang
dilakukan dalam bentuk kaji tindakan kelas (action research) bertujuan untuk
memperbaiki kegiatan belajar mengajar di kelas dan mengembangkan pembelajaran
terpadu model gabungan dalam pembelajaran IPS di SD dan aktivitas belajar
siswa.
Proses Pembelajaran IPS di SD
Pembelajaran menurut Resnik yang dikutip
oleh Martorella 1991, dijelaskan sebagai berikut : Pembelajaran tidak dapat
diartikan secara sederhana sebagai alih informasi pengetahuan dan ketrampilan
ke dalam benak siswa. Pembelajaran yang efektif seyogyanya membantu siswa
menempatkan diri dalam situasi di mana mereka mampu melakukarn
konstruksi-konstruksi pemikirannya dalam situasi wajar, alami, dan mampu
mengekpresikan dirinya secara tepat apa yang mereka rasakan dan mampu
melaksanakannya.
Hal tersebut mengandung pengertian bahwa
pembelajaran selain harus mampu memotivasi siswa untuk aktif, kreatif dan
inovatif, juga hams disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa itu sendiri.
Oleh karena itu dalam kurikulum pendidikan IPS sekolah dasar tahun 1994 butir 9
tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan GBPP (Depdikbud,
1993) dijelaskan bahwa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru hendaknya
menerapkan prinsip belajar aktif, yakni pembelajaran yang melibatkan siswa
secara fisik, mental (pemikiran, perasaan dan sikap sosial) serta sesuai dengan
tingkat perkembangan anak.
Kenyataan di lapangan menunjukkan hal yang
berbeda dengan konsep di atas, sehingga Sunal tahun 1990 menyimpulkan bahwa
buku-buku teks IPS yang telah ditulis oleh para ahli, tidak menyajikan proses
pembelajaran IPS yang dituntut oleh apa yang seharusnya dilakukan guru dan apa
yang diinginkan siswa. Menurut Schug, Todd dan Beery, siswa menghendaki
pembelajaran yang bersifat: group projects, field trips, independent work, less
reading, discussions, clear examples, students planning, and challenging,
learning experiences. Class activities, role playing; and stimulation. Proses
pembelajaran IPS di sekolah dasar selama ini lebih ditekankan kepada penguasaan
bahan/materi pelajaran sebanyak mungkin, sehingga suasana belajar bersifat
kaku, dan terpusat pada satu arah serta tidak memberikan kesempatan bagi siswa
untuk belajar lebih aktif. Budaya belajar lebih ditandai oleh budaya hafalan
dari pada budaya berfikir, akibatnya siswa menganggap bahwa pelajaran IPS
adalah pelajaran hapalan saja.
Proses pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
terutama di kelas VI, tampak semakin kuat pengaruh untuk mempersiapkan siswa
supaya berhasil dalam Ujian Nasional (UN) dengan mendapatkan skor yang tinggi.
Kondisi itu tidak hanya tampak pada perilaku siswa, akan tetapi terutama pada
guru dan kebijakan pimpinan sekolah, serta harapan orang tua. Akibatnya proses
pembelajaran ditekankan kepada penguasaan bahan sebanyak-banyaknya, sehingga
penggunaan metode ceramah lebih banyak dilakukan dan dipandang lebih efektif
untuk mencapai tujuan tersebut, sedangkan penggunaan metode inkuiri yang
dipandang sebagai inovasi dalam pembelajaran IPS terutama di Sekolah Dasar
belum banyak dimasyarakatkan.
Menurut catatan penulis ada beberapa
hambatan, mengapa sampai saat ini inovasi dalam pembelajaran IPS belum dapat
dilaksanakan dengan baik.
Hambatan-hambatan tersebut antara lain,
adalah:
1) Hambatan keahlian dan akademik,
2) Hambatan fasilitas pendidikan,
3) Hambatan mutu buku pendidikan, dan
4) Hambatan administrasi dan manajemen.
Oleh karena itu, walaupun penggunaan model
pembelajaran terpadu dipandang sebagi salah satu inovasi dalam pembelajaran
IPS, akan tetapi guru tetap saja belum dapat melaksanakannya secara optimal.
Adapun keuntungan penggunaan model
pembelajaran terpadu dalam pembelajaran IPS khususnya di sekolah dasar menurut
Tim Pengembang PGSD (1996) adalah :
(a)
Pengalaman dan kegiatan belajar anak akan selalu relevan dengan tingkat
perkembangan anak,
(b) Kegiatan
yang dipilih sesuai dan bertolak dari minat dan kebutuhan anak,
(c) Seluruh
kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak, sehingga hasil belajar akan dapat
bertahan lebih lama,
(d) Menumbuh
kembangkan ketrampilan berfikir anak,
(e)
Menyajikan kegiatan bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering
ditemui dalam lingkungan anak,
(f) Menumbuh
kembangkan ketrampilan sosial anak seperti, kerja sama, toleransi, komunikasi,
dan respek terhadap gagasan orang lain. Pendapat di atas mengindikasikan bahwa
penggunaan model pembelajaran terpadu selain sesuai karakteristik siswa sekolah
dasar, juga sesuai dengan jati diri IPS dan peranan guru dalam proses
pembelajaran.
Tujuan
Pembelajaran terpadu
Pembelajaran terpadu dikembangkan selain
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, diharapkan siswa juga
dapat:
1. meningkatkan pemahaman konsep yang
dipelajarinya secara lebih bermakna.
2. mengembangkan ketrampilan menemukan,
mengolah dan memanfaatkan informasi.
3. menumbuhkembangkan
sifat positif, kebiasaan baik dan nilai nilai luhur yang diperlukan dalam
kehidupan
4. menumbuhkembangkan
ketrampilan sosial seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, serta menghargai
pendapat orang lain.
5. meningkatkan
gairah dalam belajar.
MODEL
PEMBELAJARAN IPA TERPADU
Model pembelajaran terpadu merupakan salah
satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada
semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
(SD/MI) sampai dengan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Model
pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif
mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan
otentik (Depdikbud, 1996:3). Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba
memadukan beberapa pokok bahasan (Beane, 1995:615).
Melalui pembelajaran IPA terpadu, peserta didik dapat memperoleh
pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima,
menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian,
peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang
dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna, otentik dan aktif. Pembelajaran
terpadu dalam IPA dapat dikemas dengan
TEMA atau TOPIK tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang
atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal peserta didik. Dalam
pembelajaran IPA terpadu, suatu konsep atau tema dibahas dari
berbagai aspek bidang kajian dalam bidang kajian IPA. Misalnya tema
lingkungan dapat dibahas dari sudut makhluk hidup dan proses kehidupan, energi
dan perubahannya, dan materi dan sifatnya. Pembahasan tema juga dimungkinkan
hanya dari aspek makhluk hidup dan proses kehidupan dan energi dan
perubahannya, atau materi dan sifatnya dan makhluk hidup dan proses kehidupan,
atau energi dan perubahannya dan materi dan sifatnya saja. Dengan demikian
melalui pembelajaran terpadu ini beberapa konsep yang relevan untuk dijadikan
tema tidak perlu dibahas berulang kali
dalam bidang kajian yang berbeda, sehingga penggunaan waktu untuk pembahasannya
lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajaran juga diharapkan akan lebih efektif.
Pengertian
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri
dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
terpadu meliputi bidang kajian energi dan perubahannya, bumi antariksa, makhluk
hidup dan proses kehidupan, dan materi dan sifatnya yang sebenarnya sangat
berperan dalam membantu peserta didik untuk memahami fenomena alam. Ilmu
Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan
ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode
ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis, universal, dan tentatif.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan
segala isinya.
Carin dan Sund (1993) mendefinisikan
IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun
secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil
observasi dan eksperimen”.
Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat
disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi
empat unsur utama yaitu:
sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup,
serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang
benar; IPA bersifat open ended;
proses: prosedur pemecahan masalah
melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis,
perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan
kesimpulan;
produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;
aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan
sehari-hari.
Keempat unsur itu merupakan
ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama
lain.
Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul,
sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh,
memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan
meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru.
Kecenderungan pembelajaran IPA pada masa kini adalah peserta didik hanya
mempelajari IPA sebagai produk,
menghafalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran
yang beriorientasi pada tes/ujian. Akibatnya IPA sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak
tersentuh dalam pembelajaran.
Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan
IPA dan teknologi dalam berbagai bidang
kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan komunikasi. Oleh
karena itu, diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik
untuk melek IPA dan teknologi, mampu
berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar. Dalam
kenyataan, memang tidak banyak peserta didik yang menyukai bidang kajian IPA,
karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan peserta didik, atau karena mereka tak berminat menjadi
ilmuwan atau ahli teknologi. Namun demikian, mereka tetap berharap agar
pembelajaran IPA di sekolah dapat
disajikan secara menarik, efisien, dan efektif.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
yang akan dicapai peserta didik yang dituangkan dalam empat aspek yaitu,
makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan
perubahannya, serta bumi dan alam semesta.
Indikator pencapaian kompetensi
dikembangkan oleh sekolah, disesuaikan dengan lingkungan setempat, dan media
serta lingkungan belajar yang ada di sekolah. Semua ini ditujukan agar guru
dapat lebih aktif, kreatif, dan melakukan inovasi dalam pembelajaran tanpa
meninggalkan isi kurikulum.
Melalui pembelajaran IPA terpadu,
diharapkan peserta didik dapat membangun pengetahuannya melalui cara kerja
ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi,
serta bersikap ilmiah
Karateristik
Bidang Kajian IPA
Ilmu
Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui
pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan
suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya.
Ada tiga
kemampuan dalam IPA yaitu:
(1) kemampuan untuk mengetahui apa yang
diamati,
(2)
kemampuan untuk memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji
tindak lanjut hasil eksperimen,
(3)
dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan
kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban,
menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala
alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan
diterapkan dalam lingkungan dan teknologi.
Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
metode ilmiah. Metode ilmiah dalam
mempelajari IPA itu sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo
Galilei dan Francis Bacon) yang meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun
hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen untuk
menguji prediksi, dan merumuskan hukum umum yang sederhana yang diorganisasikan
dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen.
Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan
untuk membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode
ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta
didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang
didasarkan pada metode ilmiah.
Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses
“mencari tahu” dan “berbuat”, hal ini akan membantu peserta didik untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.
Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan dengan
keterampilan proses penyelidikan atau “enquiry skills” yang meliputi mengamati,
mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis,
merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan
ide pada situasi baru, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan
informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan
sebagainya. Melalui keterampilan proses
dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar,
terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli
terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan
orang lain.
Oleh karena itu pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya:
(1)
memberikan pengalaman pada peserta didik sehingga mereka kompeten melakukan
pengukuran berbagai besaran fisis,
(2) menanamkan pada peserta didik pentingnya
pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis
ini dapat berasal dari pengamatan terhadap kejadian sehari-hari yang memerlukan
pembuktian secara ilmiah,
(3) latihan
berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu sebagai
penerapan matematika pada masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa
alam,
(4)
memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan
perancangan dan pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala
dan keampuhan IPA dalam menjawab berbagai masalah.
Tujuan
Pembelajaran IPA Terpadu
1.
Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran
Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar yang harus dicapai peserta didik masih dalam lingkup bidang kajian energi
dan perubahannya, materi dan sifatnya, dan makhluk hidup dan proses kehidupan.
Banyak ahli yang menyatakan pembelajaran IPA
yang disajikan secara disiplin keilmuan dianggap terlalu dini bagi anak
usia 7-14 tahun, karena anak pada usia ini masih dalam transisi dari tingkat
berpikir operasional konkret ke berpikir abstrak. Selain itu, peserta didik
melihat dunia sekitarnya masih secara holistik. Atas dasar itu, pembelajaran
IPA hendaknya disajikan dalam bentuk
yang utuh dan tidak parsial. Di samping itu pembelajaran yang disajikan
terpisah-pisah dalam energi dan perubahannya, makhluk hidup dan proses
kehidupan, materi dan sifatnya, dan bumi-alam semesta memungkinkan adanya
tumpang tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan waktu dan energi yang
lebih banyak, serta membosankan bagi peserta didik. Bila konsep yang tumpang
tindih dan pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efisien
dan efektif.
Keterpaduan bidang kajian dapat mendorong guru untuk
mengembangkan kreativitas tinggi karena adanya tuntutan untuk memahami
keterkaitan antara satu materi dengan materi yang lain. Guru dituntut memiliki
kecermatan, kemampuan analitik, dan kemampuan kategorik agar dapat memahami
keterkaitan atau kesamaan materi maupun metodologi.
2.
Meningkatkan minat dan motivasi
Pembelajaran terpadu memberikan peluang
bagi guru untuk mengembangkan situasi pembelajaan yang utuh, menyeluruh,
dinamis, dan bermakna sesuai dengan harapan dan kemampuan guru, serta kebutuhan
dan kesiapan peserta didik. Dalam hal ini, pembelajaran terpadu memberikan
peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tema yang
disampaikan.
Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah
dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami
keterkaitan atau hubungan antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan
yang termuat dalam tema tersebut. Dengan
model pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari,
peserta didik digiring untuk berpikir luas dan mendalam untuk menangkap dan
memahami hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya peserta didik
akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistimik, dan
analitik. Peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar bila mereka merasa
bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, dan bila mereka berhasil menerapkan
apa yang telah dipelajarinya.
3. Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus
Model pembelajaran IPA terpadu dapat menghemat waktu, tenaga, dan
sarana, serta biaya karena pembelajaran beberapa kompetensi dasar dapat
diajarkan sekaligus. Di samping itu, pembelajaran terpadu juga menyederhanakan
langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi karena adanya proses pemaduan dan
penyatuan sejumlah standar kompetensi, kompetensi dasar, dan langkah
pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan atau keterkaitan.
Konsep
Pembelajaran Terpadu Dalam IPA.
1. Kekuatan dan Kelemahan Pembelajaran
Terpadu
Walaupun standar kompetensi dan kompetensi
dasar IPA dikembangkan dalam bidang kajian, pada tingkat pelaksanaan guru
memiliki keleluasaan dalam membelajarkan peserta didiknya untuk mencapai
kompetensi tersebut. Salah satu contoh yang akan dikembangkan dalam model ini
adalah guru dapat mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
dekat dan relevan untuk dikemas dalam satu tema dan disajikan dalam kegiatan
pembelajaran yang terpadu. Yang perlu dicatat ialah pemaduan kegiatan dalam
bentuk tema sebaiknya dilakukan pada jenjang kelas yang sama dan masih dalam
lingkup IPA .
Kekuatan/manfaat yang dapat dipetik melalui
pelaksanaan pembelajaran terpadu antara lain sebagai berikut.
(a) Dengan
menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan waktu, karena
ketiga bidang kajian tersebut (Energi dan perubahannya, Materi dan sifatnya,
dan Makhluk hidup dan proses
kehidupan) dapat dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi juga dapat
dikurangi bahkan dihilangkan.
(b) Peserta
didik dapat melihat hubungan yang bermakna antar konsep Energi dan
perubahannya, Materi dan sifatnya, dan Makhluk hidup dan proses kehidupan.
(c) Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta
didik, karena peserta didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih
luas dan lebih dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran.
(d) Pembelajaran
terpadu menyajikan penerapan/aplikasi tentang dunia nyata yang dialami dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan
pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi IPA.
(e) Motivasi belajar peserta didik dapat
diperbaiki dan ditingkatkan.
(f) Pembelajaran
terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara
pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman belajar yang terkait, sehingga pemahaman menjadi lebih
terorganisasi dan mendalam, dan memudahkan memahami hubungan materi IPA dari satu konteks ke konteks lainnya.
(g) Akan
terjadi peningkatan kerja sama antarguru
bidang kajian terkait, guru dengan
peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan
narasumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata,
dan dalam konteks yang lebih bermakna.
Di samping kekuatan/manfaat yang
dikemukakan itu, model pembelajaran IPA Terpadu juga memiliki kelemahan. Perlu
disadari, bahwa sebenarnya tidak ada
model pembelajaran yang cocok untuk semua konsep, oleh karena itu model
pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang akan diajarkan. Begitu pula
dengan pembelajaran terpadu dalam IPA memiliki beberapa kelemahan sebagai
berikut ini.
(a) Aspek Guru: Guru harus berwawasan
luas, memiliki kreativitas tinggi,
keterampilan metodologis yang handal,
rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan
materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan materi
yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak
terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran
terpadu dalam IPA akan sulit terwujud.
(b) Aspek peserta didik: Pembelajaran
terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik
dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model
pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan
asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif
(menemukan dan menggali). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model
pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
(c) Aspek sarana dan sumber pembelajaran:
Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup
banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan
menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini
tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
(d) Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes,
berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada
pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam
mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta
didik.
(e) Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu
membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan
keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang
dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan
prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut
untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru
yang berbeda.
(f) Suasana pembelajaran: Pembelajaran
terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan
‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan
sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi
gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang
pendidikan guru itu sendiri.
Sekalipun pembelajaran terpadu mengandung
beberapa kelemahan selain keunggulannya, sebagai sebuah bentuk inovasi dalam
implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar perlu dikembangkan lebih
lanjut. Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan di atas, perlu dibahas bersama
antara guru bidang kajian terkait dengan sikap terbuka. Kesemuanya ini
ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pembelajaran IPA.
Pemaduan Konsep Dalam Pembelajaran IPA.
Salah satu kunci pembelajaran terpadu yang
terdiri atas beberapa bidang kajian adalah menyediakan lingkungan belajar yang
menempatkan peserta didik mendapat pengalaman belajar yang dapat
menghubungkaitkan konsep-konsep dari berbagai bidang kajian. Pengertian terpadu
di sini mengandung makna menghubungkan IPA
dengan berbagai bidang kajian (Carin 1997;236). Lintas bidang kajian dalam IPA adalah mengkoordinasikan berbagai disiplin
ilmu seperti makhluk hidup dan proses kehidupan, energi dan perubahannya,
materi dan sifatnya, geologi, dan astronomi. Sebenarnya IPA dapat juga dipadukan dengan bidang kajian
lain di luar bidang kajian IPA dan hal ini lebih sesuai untuk jenjang
pendidikan Sekolah Dasar. Mengingat pembahasan materi IPA pada tingkat lebih
tinggi semakin luas dan mendalam, maka pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar,
akan lebih baik bila keterpaduan dibatasi pada bidang kajian yang termasuk
bidang kajian IPA saja. Hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu banyak guru yang
terlibat, yang akan membuka peluang timbulnya kesulitan dalam pembelajaran dan
penilaian, mengingat semakin tinggi jenjang pendidikan, maka semakin dalam dan
luas pula pemahaman konsep yang harus diserap oleh peserta didik.
Pembelajaran terpadu diawali dengan
penentuan TEMA, karena penentuan tema akan membantu peserta didik dalam
beberapa aspek yaitu:
(a) peserta
didik yang bekerja sama dengan kelompoknya akan lebih bertanggung jawab,
berdisiplin, dan mandiri;
(b) peserta
didik menjadi lebih percaya diri dan termotivas dalam belajar bila mereka
berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya;
(c) peserta didik lebih memahami dan lebih mudah
mengingat karena mereka ‘mendengar’, ‘berbicara’, ‘membaca’, ‘menulis’ dan
‘melakukan’ kegiatan menyelidiki masalah yang sedang dipelajarinya;
(d) memperkuat kemampuan berbahasa peserta
didik;
(e) belajar akan lebih baik bila peserta didik
terlibat secara aktif melalui tugas proyek, kolaborasi, dan berinteraksi dengan
teman, guru, dan dunia nyata.
Oleh karena itu, jika guru hendak melakukan
pembelajaran terpadu dalam IPA, sebaiknya memilih tema yang menghubungkaitkan
antara IPA–lingkungan- teknologi-masyarakat.
Berikut ini diberikan contoh pembelajaran IPA Terpadu dengan tema yang bernuansa IPA-lingkungan-teknologi-masyarakat.
Contoh 1
: Strategi Pelaksanaan
Pembelajaran IPA Terpadu.
Perencanaan.
Secara konseptual yang dimaksud terpadu
pada pengembangan pembelajaran IPA dapat berupa contoh, aplikasi, pemahaman,
analisis, dan evaluasi dalam mata pelajaran IPA. Konsep-konsep yang dapat dipadukan pada
semester yang berlainan pembelajarannya dapat dilaksanakan pada semester yang
sama (tertentu) dengan tidak
meninggalkan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada semester
lainnya. Keberhasilan pembelajaran
terpadu akan lebih optimal jika perencanaan mempertimbangkan kondisi dan
potensi peserta didik (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik sudah
tercantum dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA.
Ada berbagai model dalam mengembangkan
pembelajaran IPA Terpadu yang dapat dilihat pada alur penyusunan perencanaan
pembelajaran terpadu berikut ini: Lampiran 2
Langkah
(1):
Menetapkan bidang kajian yang akan
dipadukan. Pada saat menetapkan beberapa bidang kajian yang akan dipadukan
sebaiknya sudah disertai dengan alasan atau rasional yang berkaitan dengan
pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar oleh peserta didik dan
kebermaknaan belajar
Langkah
(2):
Langkah berikutnya dalam pengembangan model
pembelajaran terpadu adalah mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar
dari bidang kajian yang akan dipadukan dan melakukan pemetaan pada semua
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar bidang kajian IPA per kelas yang dapat
dipadukan. Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara
menyeluruh dan utuh.
Beberapa ketentuan dalam pemetaan
Kompetensi Dasar dalam pengembangan model pembelajaran IPA terpadu adalah
sebagai berikut.
a.
Mengidentifikasikan beberapa Kompetensi Dasar dalam berbagai Standar
Kompetensi yang memiliki potensi untuk
dipadukan.
b. Beberapa
Kompetensi Dasar yang tidak berpotensi dipadukan, jangan dipaksakan untuk
dipadukan dalam pembelajaran. Kompetensi Dasar yang tidak diintegrasikan
dibelajarkan/disajikan secara tersendiri.
c.
Kompetensi Dasar dipetakan tidak harus berasal dari semua Standar Kompetensi
yang ada pada mata pelajaran IPA pada kelas yang sama, melainkan memungkinkan
hanya dua atau tiga Kompetensi Dasar saja.
d.
Kompetensi Dasar yang sudah dipetakan dalam satu topik/tema masih bisa
dipetakan dengan topik/tema lainnya.
Langkah
(3):
Setelah pemetaan Kompetensi Dasar selesai,
langkah selanjutnya dilakukan penentuan tema pemersatu antar-Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar. Tema yang dipilih
harus relevan dengan Kompetensi Dasar yang telah dipetakan dan dapat dirumuskan
dengan melihat isu-isu yang terkini, misalnya penyakit demam berdarah,
HIV/AIDS, dan lainnya, kemudian baru dilihat koneksitasnya dengan kompetensi
dasar dari berbagai bidang kajian IPA.
Dengan demikian, dalam satu mata pelajaran IPA pada satu tingkatan kelas
terdapat beberapa topik yang akan dibahas. Contoh lihat lampiran
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penentuan topik/tema pada pembelajaran IPA Terpadu antara lain meliputi hal-hal
berikut.
a. Tema,
dalam pembelajaran IPA Terpadu, merupakan perekat antar-Kompetensi Dasar yang
terdapat dalam bidang kajian IPA.
b. Tema
yang ditentukan selain relevan dengan Kompetensi-kompetensi Dasar yang terdapat
dalam satu tingkatan kelas, juga sebaiknya relevan dengan pengalaman pribadi
peserta didik, dalam arti sesuai dengan keadaan lingkungan setempat.
c. Dalam
menentukan topik, isu sentral yang sedang berkembang saat ini, dapat menjadi
prioritas yang dipilih dengan tidak mengabaikan keterkaitan antar-Kompetensi
Dasar pada bidang kajian yang telah dipetakan.
Langkah
(4):
Membuat
matriks keterhubungan kompetensi dasar dan tema/topik pemersatu.
Tujuannya adalah untuk menunjukkan kaitan antara tema/topik dengan kompetensi dasar yang dapat
dipadukan.
Langkah
(5):
Setelah membuat matriks keterhubungan
kompetensi dasar dan tema pemersatu, maka Kompetensi-kompetensi Dasar tersebut
dijabarkan ke dalam indikator pencapaian hasil belajar yang nantinya digunakan
untuk penyusunan silabus.
Langkah
(6):
Menyusun silabus pembelajaran IPA terpadu,
dikembangkan dari berbagai indikator bidang kajian IPA menjadi beberapa
kegiatan pembelajaran yang konsep keterpaduan atau keterkaitan menyatu antara beberapa bidang kajian IPA.
Komponen penyusunan silabus terdiri dari Standar Kompetensi IPA, Kompetensi
Dasar, Indikator, Kegiatan Pembelajaran, Alokasi Waktu, Penilaian, dan Sumber
Belajar.
Langkah
(7):
Setelah teridentifikasi peta Kompetensi
Dasar dan tema yang terpadu, selanjutnya
adalah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada pembelajaran IPA
Terpadu, sesuai dengan Standar Isi, keterpaduan terletak pada strategi
pembelajaran. Hal ini disebabkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar telah
ditentukan dalam Standar Isi.
Rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut
merupakan realisasi dari pengalaman belajar peserta didik yang telah ditentukan
pada silabus pembelajaran terpadu. Komponennya terdiri atas: identitas mata
pelajaran, Kompetensi Dasar yang hendak dicapai, materi pokok beserta
uraiannya, langkah pembelajaran, alat media yang digunakan, penilaian dan
tindak lanjut, serta sumber bahan yang digunakan.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Model pembelajaran dalam hal ini adalah menjabarkan silabus
menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran terpadu, dikemas dalam kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup/tindak lanjut.
1. Kegiatan Awal/Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan
awal yang harus ditempuh guru dan peserta didik pada setiap kali pelaksanaan
pembelajaran terpadu. Fungsinya terutama untuk menciptakan suasana awal
pembelajaran yang efektif, yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti
proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan awal ini perlu
diperhatikan, karena waktu yang tersedia relatif singkat yaitu antara 5-10
menit. Dengan waktu yang relatif singkat tersebut, diharapkan guru dapat
menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan baik sehingga peserta didik siap
mengikuti pembelajaran dengan seksama.
Kegiatan
utama yang dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini di antaranya untuk
menciptakan kondisi-kondisi awal
pembelajaran yang kondusif, melaksanakan kegiatan apersepsi (apperception), dan
penilaian awal (pre-test). Penciptaan kondisi awal pembelajaran dilakukan
dengan cara: mengecek atau memeriksa kehadiran peserta didik (presence,
attendance), menumbuhkan kesiapan belajar peserta didik (readiness),
menciptakan suasana belajar yang demokratis, membangkitkan motivasi belajar
peserta didik, dan membangkitkan perhatian peserta didik. Melaksanakan
apersepsi (apperception) dilakukan dengan cara: mengajukan pertanyaan tentang
bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya dan memberikan komentar
terhadap jawaban peserta didik, dilanjutkan dengan mengulas materi pelajaran
yang akan dibahas. Melaksanakan penilaian awal dapat dilakukan dengan cara
lisan pada beberapa peserta didik yang dianggap mewakili seluruh peserta didik,
bisa juga penilaian awal ini dalam prosesnya dipadukan dengan kegiatan
apersepsi.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan kegiatan
pelaksanaan pembelajaran terpadu yang menekankan pada proses pembentukan
pengalaman belajar peserta didik (learning experience). Pengalaman belajar
dapat terjadi melalui kegiatan tatap muka dan kegiatan non-tatap muka. Kegiatan tatap muka dimaksudkan
sebagai kegiatan pembelajaran yang peserta didik dapat berinteraksi langsung
dengan guru maupun dengan peserta didik lainnya. Kegiatan nontatap muka
dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan peserta didik dengan
sumber belajar lain di luar kelas atau di luar sekolah.
Kegiatan inti pembelajaran terpadu bersifat
situasional, yakni disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Terdapat
beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan inti pembelajaran
terpadu, di antaranya adalah sebagai berikut ini.
a) Kegiatan
yang paling awal: Guru memberitahukan
tujuan atau kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik beserta
garis besar materi yang akan disampaikan. Cara yang paling praktis adalah
menuliskannya di papan tulis dengan penjelasan secara lisan mengenai pentingnya
kompetensi tersebut yang akan dikuasai oleh peserta didik.
b)
Alternatif kegiatan belajar yang akan dialami peserta didik. Guru menyampaikan
kepada peserta didik kegiatan belajar yang harus ditempuh peserta didik dalam
mempelajari tema atau topik yang telah ditentukan. Kegiatan belajar hendaknya
lebih mengutamakan aktivitas peserta didik, atau berorientasi pada aktivitas
peserta didik. Guru hanya sebagai fasilitator
yng memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk belajar. Peserta
didik diarahkan untuk menemukan sendiri apa yang dipelajarinya. Prinsip belajar
sesuai dengan ’konstruktivisme’ hendaknya dilaksanakan dalam pembelajaran
terpadu
Dalam membahas dan menyajikan materi/bahan ajar terpadu
harus diarahkan pada suatu proses perubahan tingkah laku peserta didik,
penyajian harus dilakukan secara terpadu melalui penghubungan konsep di bidang
kajian yang satu dengan konsep di bidang kajian lainnya. Guru harus berupaya
untuk menyajikan bahan ajar dengan strategi mengajar yang bervariasi, yang
mendorong peserta didik pada upaya penemuan pengetahuan baru, melalui
pembelajaran yang bersifat klasikal, kelompok, dan perorangan.
3. Kegiatan Akhir/Penutup dan tindak lanjut
Kegiatan akhir dalam pembelajaran terpadu
tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran, tetapi juga
sebagai kegiatan penilaian hasil belajar peserta didik dan kegiatan tindak
lanjut. Kegiatan tindak lanjut harus ditempuh berdasarkan pada proses dan hasil
belajar peserta didik. Waktu yang tersedia untuk kegiatan ini relatif singkat,
oleh karena itu guru perlu mengatur dan memanfaatkan waktu seefisien mungkin.
Secara umum kegiatan akhir dan tindak lanjut dalam pembelajaran terpadu di
antaranya:
a) Mengajak peserta didik untuk menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
b) Melaksanakan tindak lanjut pembelajaran
dengan pemberian tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah, menjelaskan
kembali bahan yang dianggap sulit oleh peserta didik, membaca materi pelajaran
tertentu, memberikan motivasi atau bimbingan belajar.
c) Mengemukakan topik yang akan dibahas pada
pertemuan selanjutnya.
d) Memberikan evaluasi lisan atau tertulis.
Penilaian.
Objek dalam penilaian pembelajaran terpadu
mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik. Penilaian
proses belajar adalah upaya pemberian nilai terhadap kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru dan peserta didik, sedangkan penilaian hasil belajar adalah
proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai dengan
menggunakan kriteria tertentu. Hasil belajar tersebut pada hakikatnya merupakan
pencapaian kompetensi-kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
Kompetensi tersebut dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan
indikatornya yang dapat diukur dan diamati. Penilaian proses dan hasil belajar
itu saling berkaitan satu dengan lainnya, hasil belajar merupakan akibat dari
suatu proses belajar.
Penilaian yang dikembangkan mencakup
teknik, bentuk dan instrumen yang digunakan terdapat pada lampiran. Model penilaian ini disesuaikan dengan
penilaian berbasis kelas pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Objek
penilaian mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik.
Teknik
Penilaian
Teknik penilaian merupakan cara yang
digunakan dalam melaksanakan penilaian tersebut. Teknik-teknik yang dapat
diterapkan untuk jenis tagihan tes meliputi: (1) Kuis dan (2) Tes Harian.
Untuk jenis
tagihan nontes, teknik-teknik penilaian yang dapat diterapkan adalah:
(1)
observasi, (2) angket, (3) wawancara,(4) tugas, (5) proyek, dan (6) portofolio.
Bentuk Instrumen
Bentuk instrumen merupakan alat yang
digunakan dalam melakukan penilaian/pengukuran/evaluasi terhadap pencapaian
kompetensi peserta didik. Bentuk-bentuk instrumen yang dikelompokkan menurut
jenis tagihan dan teknik penilaian adalah:
· Tes:
isian, benar-salah, menjodohkan, pilihan ganda, uraian, dan unjuk kerja
· Nontes:
panduan observasi, kuesioner, panduan wawancara, dan rubrik.
3.
Instrumen
Instrumen merupakan alat yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian kompetensi.
Apabila penilaian menggunakan tehnik tes
tertulis uraian, tes unjuk kerja dan tugas rumah yang berupa proyek, harus
disertai rubrik penilaian.
Jenis penilaian terpadu terdiri atas tes
dan bukan tes. Sistem penilaian dengan menggunakan tes merupakan sistem
penilaian konvensional. Sistem ini kurang dapat menggambarkan kemampuan peserta
didik secara menyeluruh, sebab hasil belajar digambarkan dalam bentuk angka
yang gambaran maknanya sangat abstrak. Oleh karena itu untuk melengkapi
gambaran kemajuan belajar secara menyeluruh maka dilengkapi dengan non-tes,
seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Lampiran
3
Guru dapat mempraktikkan beberapa teknik
penilaian, baik yang termasuk dalam ranah kognitif, afektik, maupun psikomotor.
Tugas berupa laporan baik secara individu maupun kelompok sebaiknya berupa
tugas aplikasi, misalnya merupakan hasil pengamatan di luar kelas. Dapat pula
berupa tugas sintesis dan evaluasi,
misalnya tugas pemecahan masalah
lingkungan dan usulan cara penanggulangannya. Melalui penugasan ini maka
kemampuan berpikir dan kepekaan peserta didik
akan terasah.
Untuk keperluan pelaporan hasil penilaian
guru dapat memberikan bobot bagi setiap tugas yang diberikan tergantung pada
pertimbangan guru sesuai dengan karakteristik tugas, baik tes maupun nontes.
Penilaian untuk pelaporan mengacu pada pedoman penilaian. Oleh karena
keterpaduan pembelajaran IPA meliputi bidang kajian energi dan perubahannya,
materi dan sifatnya, makhluk hidup dan proses kehidupan, maka dalam pelaporan
hasil penilaian tidak menjadi masalah. Ketiganya akan dipadukan menjadi nilai
bidang kajian IPA .
Implikasi
Pembelajaran IPA Terpadu.
Sesuatu yang baru atau merupakan inovasi
tentu tidak mudah untuk dilaksanakan, karena memerlukan penyesuaian diri dan
kemauan untuk beradaptasi. Begitu pula dengan pembelajaran IPA Terpadu. Pembelajaran terpadu biasa dilakukan
jenjang pendidikan usia dini, namun tidak menutup kemungkinan untuk diterapkan
di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu jenjang Sekolah Dasar. Hasil uji
coba menunjukkan bahwa pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan.
A.
Guru
Pembelajaran IPA Terpadu merupakan gabungan
antara berbagai bidang kajian IPA, yaitu fisika, kimia, dan biologi, maka dalam
pelaksanaannya tidak lagi terpisah-pisah melainkan menjadi satu kesatuan. Hal
ini memberikan implikasi terhadap guru yang mengajar di kelas.
Di sekolah pada umumnya guru-guru yang
tersedia terdiri atas guru-guru disiplin ilmu seperti fisika, kimia, dan
biologi. Guru dengan latar belakang tersebut tentunya sulit untuk beradaptasi
ke dalam pengintegrasian bidang kajian IPA, karena mereka yang memiliki latar
belakang fisika tidak memiliki kemampuan yang optimal pada Kimia dan Biologi,
begitu pula sebaliknya. Di samping itu, pembelajaran IPA juga menimbulkan
konsekuensi terhadap berkurangnya beban jam pelajaran yang diemban guru-guru
yang tercakup ke dalam bidang kajian IPA, sementara ketentuan yang berkaitan
dengan kewajiban atas beban jam mengajar untuk setiap guru masih tetap.
Untuk itu, dalam pembelajaran IPA
terpadu dapat dilakukan dengan dua cara,
yakni:
(a) team teaching, dan
(b) guru tunggal.
Hal tersebut disesuaikan dengan keadaan
guru dan kebijakan sekolah masing-masing.
1. Team Teaching
Pembelajaran terpadu dalam hal ini
diajarkan dengan cara team; satu topik pembelajaran dilakukan oleh lebih dari
seorang guru. Setiap guru memiliki tugas masing-masing sesuai dengan keahlian
dan kesepakatan. Kelebihan sistem ini antara lain adalah:
(1)
pencapaian KD pada setiap topik efektif karena dalam tim terdiri atas beberapa
yang ahli dalam ilmu-ilmu sosial,
(2)
pengalaman dan pemahaman peserta didik lebih kaya daripada dilakukan oleh
seorang guru karena dalam satu tim dapat mengungkapkan berbagai konsep dan
pengalaman, dan
(3) peserta
didik akan lebih cepat memahami karena diskusi akan berjalan dengan narasumber
dari berbagai disiplin ilmu.
Kelemahan
dari sistem ini antara
lain adalah jika tidak ada koordinasi, maka setiap guru dalam tim akan saling
mengandalkan sehingga pencapaian KD tidak akan terpenuhi. Selanjutnya, jika
kurang persiapan, penampilan di kelas akan tersendat-sendat karena skenario
tidak berjalan dengan semestinya, sehingga para guru tidak tahu apa yang akan
dilakukan di dalam kelas.
Untuk itu
maka diperlukan beberapa langkah seperti berikut.
(a)
Dilakukan penelaahan untuk memastikan berapa KD dan SK yang harus dicapai dalam
satu topik pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan berapa guru bidang studi IPA
yang dapat dilibatkan dalam pembelajaran pada topik tersebut.
(b) Setiap
guru bertanggung jawab atas tercapainya KD yang termasuk dalam SK yang ia
mampu, seperti misalnya SK-1 oleh guru dengan latar belakang biologi, SK-2 oleh
guru dengan latar belakang fisika, dan seterusnya.
(c) Disusun
skenario pembelajaran dengan melibatkan semua guru yang termasuk ke dalam topik
yang bersangkutan, sehingga setiap anggota memahami apa yang harus dikerjakan
dalam pembelajaran tersebut.
(d)
Sebaiknya dilakukan simulasi terlebih dahulu jika pembelajaran dengan sistem
ini merupakan hal yang baru, sehingga tidak terjadi kecanggungan di dalam
kelas.
(e)
Evaluasi dan remedial menjadi tanggung jawab masing-masing guru sesuai dengan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, sehingga akumulasi nilai gabungan dari
setiap Kompetensi Dasar dan Standar Kompetensi
menjadi nilai mata pelajaran IPA.
Dalam bab sebelumnya telah diuraikan, bahwa
yang terpenting adalah kerja sama antarguru IPA
yang ada di suatu sekolah dalam membuat perencanaan pembelajaran, mulai
dari silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran hingga kesepakatan dalam bentuk
penilaian. Bila hal ini dapat dilaksanakan, maka pembelajaran terpadu dapat
meningkatkan kerja sama antarguru IPA, baik yang ada di sekolah maupun dalam
lingkup MGMP. Kerja sama ini meliputi saling mempelajari materi dari bidang
kajian yang lain. Selain meningkatkan kerja sama, pembelajaran terpadu juga
meningkatkan keharusan bagi guru untuk memperluas wawasan pengetahuannya.
2. Guru Tunggal
Pembelajaran IPA dengan seorang guru
merupakan hal yang ideal dilakukan. Hal ini disebabkan:
(1) IPA merupakan satu mata pelajaran,
(2) guru
dapat merancang skenario pembelajaran sesuai dengan topik yang ia kembangkan
tanpa konsolidasi terlebih dahulu dengan guru yang lain, dan
(3) oleh
karena tanggung jawab dipikul oleh seorang diri, maka potensi untuk saling
mengandalkan tidak akan muncul.
Namun demikian, terdapat beberapa kelemahan
dalam pembelajaran IPA terpadu yang dilakukan oleh guru tunggal, yakni:
(1) oleh
karena mata pelajaran IPA terpadu merupakan hal yang baru, sedangkan guru-guru
yang tersedia merupakan guru bidang studi sehingga sangat sulit untuk melakukan
penggabungan terhadap berbagai bidang studi tersebut,
(2) seorang
guru bidang studi fisika tidak menguasai secara mendalam tentang kimia dan
biologi sehingga dalam pembelajaran IPA terpadu akan didominasi oleh bidang
studi biologi, serta
(3) jika
skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi
sebuah narasi yang kering tanpa makna.
Untuk tercapainya pembelajaran IPA Terpadu
yang dilakukan oleh guru tunggal tersebut, maka dapat dilakukan beberapa hal
sebagai berikut.
(a)
Guru-guru yang tercakup ke dalam mata pelajaran IPA diberikan pelatihan
bidang-bidang studi di luar bidang keahliannya, seperti guru bidang studi
Fisika diberikan pelatihan tentang bidang studi Kimia dan Biologi.
(b)
Koordinasi antarbidang studi yang tercakup dalam mata pelajaran IPA tetap
dilakukan, untuk mereviu apakah skenario yang disusun sudah dapat memenuhi
persyaratan yang berkaitan dengan bidang studi di luar yang ia mampu.
(c) Disusun
skenario dengan metode pembelajaran yang inovatif dan memunculkan nalar para
peserta didik sehingga guru tidak terjebak ke dalam pemaparan yang parsial
bidang studi.
(d)
Persiapan pembelajaran disusun dengan matang sesuai dengan target pencapaian
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sesuai dengan topik yang dihasilkan
dari pemetaan yang telah dilakukan.
Pembelajaran terpadu oleh guru tunggal
dapat memperkecil masalah pelaksanaannya yang menyangkut jadwal pelajaran.
Secara teknis, pengaturannya dapat dilakukan sejak awal semester atau awal
tahun pelajaran. Hal yang perlu dihindarkan adalah pembahasan materi yang tidak
seimbang karena wawasan pengetahuan tentang materi pelajaran yang lain kurang
memadai. Hal utama yang harus dilakukan guru adalah memahami model pembelajaran
terpadu secara konseptual maupun praktikal.
B. Peserta didik
Dilihat dari aspek peserta didik,
pembelajaran IPA Terpadu memiliki peluang untuk pengembangan kreativitas
akademik. Hal ini disebabkan model ini menekankan pada pengembangan kemampuan
analitik terhadap konsep-konsep yang dipadukan, karena dapat mengembangkan
kemampuan asosiasi konsep dan aplikasi konsep, kemampuan asosiatif, serta
kemampuan eksploratif dan elaboratif.
Selain itu, model pembelajaran IPA Terpadu
dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima,
menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep, pengetahuan,
nilai atau tindakan yang terdapat dalam beberapa indikator dan Kompetensi
Dasar. Dengan mempergunakan model pembelajaran IPA Terpadu, secara psikologik,
peserta didik digiring berpikir secara luas dan mendalam untuk menangkap dan
memahami hubungan-hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya, peserta
didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistemik, dan
analitik. Dengan demikian, pembelajaran model ini menuntun kemampuan belajar
peserta didik lebih baik, baik dalam aspek intelegensi maupun kreativitas. Pembelajaran terpadu perlu dilakukan dengan
variasi metode yang tidak membosankan. Aktivitas pembelajaran harus lebih
banyak berpusat pada peserta didik agar dapat mengembangkan berbagai potensi
yang dimilikinya.
C.
Bahan Ajar
Bahan ajar
memiliki peran yang penting dalam pembelajaran termasuk dalam
pembelajaran terpadu. Oleh karena pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan
perpaduan dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam ilmu alam maka dalam
pembelajaran ini memerlukan bahan ajar yang lebih lengkap dan komprehensif
dibandingkan dengan pembelajaran monolitik. Dalam satu topik pembelajaran,
diperlukan sejumlah sumber belajar yang sesuai dengan jumlah Standar Kompetensi
yang merupakan jumlah bidang kajian yang tercakup di dalamnya.
Sumber belajar utama yang dapat digunakan
dalam pembelajaran IPA Terpadu dapat berbentuk teks tertulis seperti buku,
majalah, brosur, surat kabar, poster dan informasi lepas, atau berupa
lingkungan sekitar seperti: lingkungan alam, lingkungan sosial sehari-hari.
Seorang guru yang akan menyusun materi perlu mengumpulkan dan mempersiapkan
bahan kepustakaan atau rujukan (buku dan pedoman yang berkaitan dan sesuai)
untuk menyusun dan mengembangkan silabus. Pencarian informasi ini, sebenarnya
dapat pula memanfaatkan perangkat teknologi informasi mutakhir seperti
multimedia dan internet. Aktivitas peserta didik dalam penugasan dapat menjadi
nilai tambah yang menguntungkan.
Bahan yang akan digunakan dapat berbentuk
buku sumber utama maupun buku penunjang lainnya. Di samping itu, bahan bacaan
penunjang seperti jurnal, hasil penelitian, majalah, koran, brosur, serta alat
pembelajaran yang terkait dengan indikator dan Kompetensi Dasar ditetapkan.
Sebagai bahan penunjang, dapat juga digunakan
disket, kaset, atau CD yang berkaitan dengan bahan yang akan dipadukan.
Guru, dalam hal ini, dituntut untuk rajin dan kreatif mencari dan mengumpulkan
bahan-bahan yang diperlukan dalam pembelajaran. Keberhasilan seorang guru dalam
melaksanakan pembelajaran terpadu tergantung pada wawasan, pengetahuan, pemahaman,
dan tingkat kreativitasnya dalam mengelola bahan ajar. Semakin lengkap bahan
yang terkumpulkan dan semakin luas wawasan dan pemahaman guru terhadap materi
tersebut maka berkecenderungan akan semakin baik pembelajaran yang
dilaksanakan.
Bahan yang sudah terkumpul selanjutnya
dipilah, dikelompokkan, dan disusun ke dalam indikator dari Kompetensi Dasar.
Setelah bahan-bahan yang diperlukan terkumpul secara memadai, seorang guru
selanjutnya perlu mempelajari secara cermat dan mendalam tentang isi bahan ajar
yang berkaitan dengan langkah kegiatan berikutnya.
D.
Sarana dan Prasarana
Dalam pembelajaran IPA terpadu diperlukan
berbagai sarana dan prasarana pembelajaran yang pada dasarnya relatif sama
dengan pembelajaran yang lainnya, hanya saja ia memiliki kekhasan tersendiri
dalam beberapa hal. Dalam pembelajaran IPA Terpadu, guru harus memilih secara
jeli media yang akan digunakan, dalam hal ini media tersebut harus memiliki
kegunaan yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai bidang studi yang terkait dan
tentu saja terpadu. Karena digunakan untuk pembelajaran konsep yang direkatkan
oleh tema, maka penggunaan sarana pembelajaran dapat lebih efisien jika
dibandingkan dengan pemisahan bidang kajian.
Namun demikian, dalam pembelajaran ini
tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan sarana yang relatif lebih banyak
dari pembelajaran monolitik. Hal ini disebabkan untuk memberikan pengalaman
yang terpadu, peserta didik harus diberikan ilustrasi dan demonstrasi yang
komprehensif untuk satu topik tertentu. Guru dalam pembelajaran ini diharapkan
dapat mengoptimalkan sarana yang tersedia untuk mencapai tujuan pembelajaran
IPA Terpadu.
MERUMUSKAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) TEMATIK UNTUK PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR
By:
Sunyono
Sebagaimana telah saya uraikan pada tulisan
saya sebelumnya, bahwa esensi dari Kurikulum 2013 adalah keseimbangan antara
sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dalam hal ini sikap harus menjadi dasar
utama yang menyelimuti keterampilan dan pengetahuan, dalam arti sikap harus
dapat memandu keterampilan dan pengetahuan. Bagaimana dalam implementasi
pembentukan sikap tersebut? Dalam proses perancangan RPP dan pelaksanaan
pembelajaran di kelas, sikap diintegrasikan dalam aktivitas keterampilan dan
pengetahuan. Sikap yang dimaksud meliputi sikap spiritual dan sikap sosial.
Dalam Kurikulum 2013, standar kompetensi
lulusan (SKL) dirumuskan ke dalam tiga domain di atas, yaitu
(1) sikap
dan prilaku (meliputi: menerima, menjalankan, menghargai, menghayati,
mengamalkan);
(2)
keterampilan (meliputi: mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji,
menalar, mencipta); dan
(3)
pengetahuan (meliputi: mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi).
Berdasarkan SKL tersebut, dirumuskan kompetensi
inti (KI) dan dari KI diturunkan ke dalam kompetensi dasar (KD). Kompetensi
inti tersebut meliputi, yaitu
kompetensi inti 1 (KI 1) tentang sikap
spritual,
kompetensi inti 2 (KI 2) tentang sikap
sosial,
kompetensi 3 (KI 3) tentang pengetahuan, dan
kompetensi 4 (KI 4) tentang keterampilan.
Oleh sebab itu, urutan kompetensi inti
dalam Kurikulum 2013 adalah sikap spritual (KI-1), sikap sosial (KI-2),
pengetahuan (KI-3) dan keterampilan (KI-4). Meskipun urutan KI tersebut seperti
itu, namun dalam perancangan dan pelaksanaan pembelajaran hendaknya dimulai
dari KI-3 menuju KI-4. Keterampilan hanya dapat dibangun dengan hasil yang baik
melalui pengetahuan (pelukis, penyanyi, olahragawan pasti memiliki pengetahuan
yang memadai tentang keterampilan yang ditekuninya). Keterampilan yang tidak
melalui proses pengetahuan (KI-3) tidak akan menghasilkan karya yang baik
(Materi Sosialisasi Implementasi Kurikulm 2013, slide 8). Dalam proses
perolehan pengetahuan dan keterampilan, sikap diintegrasikan sehingga seluruh
mata pelajaran diorientasikan memiliki kontribusi terhadap pembentukan sikap.
Selanjutnya dari KI 4 berlanjut ke KI 2, kemudian KI 1). Dengan demikian, dalam
proses perancangan (menyusun RPP) dan pelaksanaan pembelajaran di kelas, alur
yang digunakan adalah diawali dengan KD dari KI-3 menuju KD dari KI 4 dan
selanjutnya memberikan dampak terhadap terbentuknya KD pada KI-2 dan KD pada
KI-1.
Sebagai bekal teman-teman dalam menyongsong
Kurikulum 2013, saya akan mencoba mengimplementasikan Kurikulum 2013 ke dalam
bentuk RPP Tematik untuk sekolah dasar (SD). Sebagai contoh saya ambil Tema:
“Diriku” dan Sub-tema: “Aku dan Teman Baru” Kelas 1 SD semester 1. Sebelum saya
memberikan uraian dan contoh cara menyusun RPP pada tema tersebut, saya
sampaikan lebih dahulu kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) pada
pembelajaran 2 ((integrasi PPKn, Bahasa Indonesia, dan Matematika). Integrasi
KD dari beberapa bidang studi tersebut dapat dilihat pada “Buku Guru” kelas 1
(Tema 1: Diriku, halaman 8). KI dan KD pada buku tersebut diambil dari Salinan
Lampiran Permendikbud No. 67 Tahun 2013, halaman 62 – 86 (silahkan download
pada link di bawah). Perlu di catat bahwa KI dan KD yang tercantum dalam Buku
Guru perlu disesuaikan lagi dengan KI dan KD pada Salinan Lampiran Permendikbud
No. 67 Tahun 2013, selanjutnya indikator yang ada pada buku tersebut perlu
dikembangkan, karena indikator tersebut hanyalah sekedar contoh bagaimana
merumuskan indikator yang diturunkan dari KD.
Pembahasan teknik penyusunan RPP yang saya
uraikan berikut ini adalah hasil interpretasi saya terhadap Dokumen Kurikulum
2013 dan perangkatnya, serta hasil dari sosialisasi dan workshop implementasi
Kurikulum 2013 yang diselengggarakan selama 2 hari (tanggal 2 – 3 Agustus 2013)
di Aula K FKIP Universitas Lampung. Dengan demikian, jika ada kekeliruan atau
kekurang tepatan dalam menyajikan pembahasan dan contoh, mohon masukannya via
email: sunyono_ms@yahoo.com, atau silahkan dikomentari, dengan rasa senang,
saya sangat mengharapkannya.
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Yang
Diintegrasikan Dalam Tema: “Diriku,” Sub-Tema: “Aku dan Teman Baru,” Untuk
Pembelajaran 2 (Pertemuan ke-2)
1). Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn)
Kompetensi Inti 1 (KI 1): Menerima dan
menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
Kompetensi Dasar (KD 1.1):
1.1
Menerima keberagaman karakteristik individu dalam kehidupan beragama sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan rumah dan sekolah.
Kompetensi Inti 2 (KI 2): Memiliki perilaku
jujur, disiplin, tanggungjawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.
Kompetensi Dasar (KD):
2.2
Menunjukkan perilaku patuh pada tata tertib dan aturan yang berlaku dalam
kehidupan sehari-hari di rumah dan sekolah.
Kompetensi Inti 3 (KI 3): Memahami
pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, dan membaca),
dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, mahluk ciptaan Tuhan,
dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.
Kompetensi Dasar (KD):
3.2 Mengenal
tata tertib dan aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di rumah dan di
sekolah.
Kompetensi Inti 4 (KI 4): Menyajikan
pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dalam karya yang estetis
dalam gerakan yang mencerminkan perilaku anak bermain dan berakhlak mulia.
Kompetensi Dasar (KD):
4.2 Melaksanakan tata tertib di rumah dan
di sekolah
2). Bahasa Indonesia
Kompetensi Inti 1 (KI 1): Menerima dan
menjalankan ajaran agama yang dianutnya
Kompetensi Dasar (KD):
1.1 Menerima
anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa bahasa Indonesia yang dikenal sebagai
bahasa persatuan dan sarana belajar di tengah keberagaman bahasa daerah.
Kompetensi Inti 2 (KI 2): Memiliki Perilaku
jujur, disiplin, tanggungjawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.
Kompetensi Dasar (KD):
2.3
Memiliki perilaku santun dan sikap kasih sayang melalui pemanfaatan bahasa
Indonesia dan/atau bahasa daerah.
Kompetensi Inti 3 (KI 3): Memahami
pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, dan membaca) dan
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, mahluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.
Kompetensi Dasar (KD):
3.4
Mengenal teks cerita diri/personal tentang keberadaan keluarga dengan bantuan
guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan
kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman.
Kompetensi Inti 4 (KI 4): Menyajikan
pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dalam karya yang estetis
dalam gerakan yang mencerminkan perilaku anak bermain dan berakhlak mulia.
Kompetensi Dasar (KD):
4.4.
Menyampaikan teks cerita diri/personal tentang keluarga secara mandiri dalam
bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah
untuk membantu penyajian
3). Matematika
Kompetensi Inti 1 (KI 1): Menerima dan
menjalankan ajaran agama yang dianutnya
Kompetensi Dasar (KD): 1.1 Menerima dan
menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
Kompetensi Inti 2 (KI 2): Memiliki perilaku
jujur, disiplin, tanggungjawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.
Kompetensi Dasar (KD):
2.2 Memiliki rasa ingin tahu dan
ketertarikan pada matematika yang terbentuk melalui pengalaman belajar.
Kompetensi Inti 3 (KI 3): Memahami
pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, dan membaca) dan
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, mahluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.
Kompetensi Dasar (KD):
3.2
Mengenal bilangan asli sampai 99 dengan menggunakan benda-benda yang ada di
sekitar rumah, sekolah, atau tempat bermain
Kompetensi Inti 4 (KI 4): Menyajikan
pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dalam karya yang estetis
dalam gerakan yang mencerminkan perilaku anak bermain dan berakhlak mulia.
Kompetensi Dasar (KD):
4.3
Mengemukakan kembali dengan kalimat sendiri dan memecahkan masalah yang
berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan terkait dengan aktivitas
sehari-hari serta memeriksa kebenarannya.
Contoh Penyusunan RPP Tematik
Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah
rambu-rambu penyusunan RPP. Anda tidak perlu berdebat masalah format, namun
yang harus diperhatikan adalah aspek-aspek apa saja yang harus ada dalam RPP.
Untuk rambu-rambu penyusunan RPP silahkan download pada link di bawah. Berikut
saya contohkan langkah-langkah merumuskan RPP tematik untuk Pembelajaran_2
(Pertemuan ke-2) Kelas 1 semester 1 dengan tema: “Diriku” dan subtema: “Aku dan
teman baru.”
LANGKAH 1:
Setelah Anda menuliskan: identitas Sekolah,
identitas mata pelajaran, kelas/semester, materi pokok, dan alokasi waktu.
Kumidian, kita tentukan KD dari KI 3 (pengetahuan), bisa kita ambil dari
silabus atau salinan Lampiran Permendikbud No. 67 Tahun 2013. Berdasarkan KD
dari KI 3 tersebut, kita coba kaitkan dengan keterampilan apa yang harus
dicapai oleh siswa dengan melihat KD dari KI 4 yang sesuai, selanjutnya melalui
KD dari KI 3 dan KD dari KI 4 kita kaitkan sikap apa yang dapat dibentuk
melalui pembelajaran tersebut. Untuk memudahkan kita lihat dulu KD dari KI 2
(sikap sosial), lalu kita pilih KD dari KI 2 tersebut yang sesuai. Jika
pembelajaran tersebut mengandung atau dapat dikaitkan dengan sikap spiritual,
maka kita perlu mengambil KD dari KI 1 untuk dapat dicapai oleh siswa (dalam
hal ini, jika dari KD KI 3 dan KI 4 tidak dapat dikaitkan dengan sikap
spiritual, maka tidak perlu dipaksakan ada KI 1). Selanjutnya, urutkan sesuai
dengan urutan KI dalam penulisan di RPP, yaitu dimulai dengan KD dari KI 1
(jika ada), KD dari KI 2, KD dari KI 3, lalu KD dari KI 4. Selanjutnya dari
KD-KD tersebut kita turunkan ke dalam indikator2 ketercapaian kompetensi.
Untuk lebih memudahkan dalam merumuskan
indikator apakah sesuai dengan KD yang telah ditetapkan atau tidak, sebaiknya
setelah kita menetapkan KD kita rumuskan indikatornya. Perhatikan contoh
berikut:
Contoh: Salah satu KD (kompetensi dasar)
dari KI 3:
PPKn
3.2 Mengenal
tata tertib dan aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di rumah dan di
sekolah.
Indikator:
• Siswa tertib dalam mengikuti pembelajaran
dan permainan
• Siswa dapat mematuhi aturan dalam
permainan.
Bahasa
Indonesia
3.4.
Mengenal teks cerita diri/personal tentang keberadaan keluarga dengan bantuan
guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan
kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman.
Indikator:
• Mengidentifikasi diri dan keluarga
• Menuliskan nama keluarga, seperti ayah,
ibu, dan kakak/adik (jika ada).
• Mengidentifikasi nama teman
• Menyebutkan identitas teman
• Menuliskan nama teman
Matematika
3.2 Mengenal
bilangan asli sampai 99 dengan menggunakan benda-benda yang ada di sekitar
rumah, sekolah, atau tempat bermain.
Indikator:
• Menghitung banyak benda 1-5 dengan teliti
• Menunjukkan benda yang sesuai dengan
bilangan yang ditentukan.
• Menuliskan lambang bilangan 1 – 5.
Berdasarkan KD 3.2 (PPKn), KD 3.4 (Bahasa
Indonesia), dan KD 3.2 (Matematika) dan indikatornya di atas, kita dapat
mengkaitkan dengan KI 4 (keterampilan) dan KD-nya, lalu kita rumuskan
indikatornya.
Kompetensi Dasar (dari KI 4):
PPKn
4.2 Melaksanakan tata tertib di rumah dan
di sekolah
Indikator:
• Menjalankan peraturan pada permainan di
sekolah dengan baik
• Mematuhi semua aturan yang diberikan
dalam permainan
Bahasa
Indonesia
4.4.
Menyampaikan teks cerita diri/personal tentang keluarga secara mandiri dalam
bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah
untuk membantu penyajian.
Indikator:
• Bercerita tentang diri dan keluarga
• Menuliskan identitas teman yang telah
dikenalnya
• Membacakan identitas teman.
Matematika
4.3
Mengemukakan kembali dengan kalimat sendiri dan memecahkan masalah yang
berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan terkait dengan aktivitas
sehari-hari serta memeriksa kebenarannya.
Indikator:
• Menghitung kembali benda-benda dari 1 –
5.
• Menghitung jumlah benda yang tersisa jika
benda tersebut dikurangi (5 benda – 1 benda, dan lain-lain).
Langkah berikutnya adalah kita tetapkan KD
dari KI 2 dan KI 1 yang dapat dibentuk melalui pembelajaran KD dari KI 3 dan KI
4 tersebut. Dalam hal ini, sikap yang dapat dibentuk dalam pembelajaran adalah
sesuai dengan KD 2.1 (dari KI 2) dan KD 1.1 (dari KI 1).
Kompetensi Dasar (dari KI 2):
PPKn
2.2
Menunjukkan perilaku patuh pada tata tertib dan aturan yang berlaku dalam
kehidupan sehari-hari di rumah dan sekolah.
Indikator:
• Mematuhi semua aturan yang diberikan
dengan penuh disiplin
Bahasa
Indonesia
2.3
Memiliki perilaku santun dan sikap kasih sayang melalui pemanfaatan bahasa Indonesia
dan/atau bahasa daerah.
Indikator:
• Berbicara dengan bahasa yang santun.
• Memberikan koreksi bila ada teman yang
salah dalam menulis (menunjukkan rasa kasih sayang pada teman).
Matematika
2.2
Memiliki rasa ingin tahu dan ketertarikan pada matematika yang terbentuk
melalui pengalaman belajar.
Indikator:
• Rasa ingin tahu dengan berusaha bertanya
pada teman atau guru tentang lambang bilangan dari 1 sampai 99.
• Ulet dalam belajar, selalu bertanya pada
guru atau teman jika mengalami kesulitan.
Kompetensi Dasar (dari KI 1):
PPKn
1.1
Menerima keberagaman karakteristik individu dalam kehidupan beragama sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan rumah dan sekolah.
Bahasa
Indonesia
1.1
Menerima anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa bahasa Indonesia yang dikenal
sebagai bahasa persatuan dan sarana belajar di tengah keberagaman bahasa
daerah.
Matematika
1.1 Menerima dan menjalankan ajaran agama
yang dianutnya.
Indikator:
• Mengagungkan kebesaran Tuhan YME
• Dengan mematuhi peraturan, siswa dapat
terbiasa menjalankan ibadah sesuai agamanya dengan tepat waktu.
• Mensyukuri kebesaran Tuhan YME yang telah
menciptakan manusia dengan berbagai ciri, sehingga tidak satu manusiapun yang
sama persis.
• Menyadari bahwa ketentuan yang ditetapkan
oleh Tuhan YME adalah yang terbaik bagi kita.
Indikator yang saya rumuskan di atas
hanyalah sekedar contoh, indikator-indikator tersebut masih dapat Anda
kembangkan lagi, atau Anda dapat saja menyesuaikan dengan kebutuhan siswa Anda
dan yang paling penting adalah ketercapaian kompetensi (KD dan KI).
LANGKAH 2:
Setelah kita menetapkan KD dan indikator
untuk KI 3 dan KI 4, lalu KD dari KI 2 dan KI 1, kemudian kita tuliskan di RPP
dengan mengurutkan dimulai dengan KD dari KI 1 sampai KD dari KI 4.
Selanjutnya, rumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan indikator di atas
(utamakan dulu indikator dari KD pada KI 3). Berdasarkan indikator dari KD pada
KI 3 kita dapat mengintegrasikan indikator dari KI yang lain dalam merumuskan
tujuan pembelajaran. Perlu diperhatikan dalam merumuskan tujuan pembelajaran,
hendaknya menggunakan kaidah a (audien), b (behavior), c (condition), dan d
(degree), bukan hanya menambahkan kata “siswa dapat” pada indikator. Perhatikan
contoh berikut ini:
Tujuan Pembelajaran
PPKn:
1. Melalui
suatu permainan, siswa dapat mengikuti pembelajaran dan menjalankan permainan
secara tertib.
2. Dengan
melakukan permainan, siswa dapat mematuhi peraturan di sekolah dan di rumah
dengan baik.
3. Dengan
mematuhi peraturan, siswa dapat terbiasa menjalankan ibadah sesuai agamanya
dengan tepat waktu.
Bahasa
Indonesia:
1. Dengan
melakukan permainan, siswa dapat mengidentifikasi diri dan keluarga dengan
bahasa yang baik dan santun.
2. Setelah
melakukan permainan, secara mandiri siswa dapat menuliskan nama ayah, ibu, dan
kakak/adik (jika ada) dengan benar.
3. Dengan
melakukan permainan, siswa dapat mengidentifikasi nama teman baru dengan tepat
dan dengan bahasa yang santun.
4. Setelah
melakukan permainan, siswa dapat menyebutkan nama temannya dengan jujur.
5. Setelah
melakukan permainan, secara mandiri siswa dapat menuliskan nama temannya dengan
benar.
6. Setelah
melakukan permainan, secara mandiri siswa dapat membacakan identitas teman
dengan benar dan jujur.
7. Dalam
suatu permainan, siswa menunjukkan rasa kasih sayang pada temannya dengan
memberikan koreksi terjadap keslahan teman dalam menulis dengan bahasa yang
santun.
8. Dengan
melakukan permainan, siswa dapat mensyukuri kebesaran Tuhan YME yang telah
menciptakan manusia dengan berbagai ciri, sehingga tidak satu manusiapun yang
sama persis.
Matematika:
1. Dengan
melakukan permainan, siswa dapat menunjukkan benda-benda yang sesuai dengan
lambang bilangan yang telah ditentukan secara tepat.
2. Dengan
melakukan permainan, siswa dapat menghitung banyak benda 1 – 5 dengan benar.
3. Setelah
melakukan permainan, secara mandiri siswa dapat menuliskan lambang bilangan
dengan benar.
4. Setelah
melakukan permainan, secara mandiri siswa dapat menghitung banyaknya
benda-benda yang tersisa jika benda tersebut dikurangi (5 benda – 1 benda).
5. Dalam
suatu permainan, siswa menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi dengan bertanya
jika mengalami kesulitan.
6. Melalui
suatu permainan, siswa akan selalu mengagungkan akan kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa yang telah menciptakan beraneka ragam benda-benda.
7. Melalui
suatu permainan, siswa dapat menyadari bahwa ketentuan yang ditetapkan oleh
Tuhan YME adalah yang terbaik bagi kita.
LANGKAH 3:
Menetapkan materi pembelajaran, pendekatan/metode pembelajaran, media, dan
sumber pembelajaran.
Dalam menetapkan pendekatan/metode
pembelajaran, Kurikulum 2013 menekankan penerapan pendekatan scientific
(meliputi: mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan
mencipta untuk semua mata pelajaran) (Sudarwan, 2013). Komponen-komponen
penting dalam mengajar melalui penggunaan pendekatan scientific (McCollum :
2009) adalah
• Menyajikan pembelajaran yang dapat
meningkatkan rasa keingintahuan (Foster a sense of wonder),
• Meningkatkan keterampilan mengamati
(Encourage observation),
• Melakukan analisis (Push for analysis) dan
• Berkomunikasi (Require communication)
LANGKAH 4:
Menatapkan langkah-langkah pembelajaran (skenario pembelajaran) sesuai dengan
pendekatan, strategi, dan metode yang dipilih.
Misalnya dalam RPP yang akan dicontoh
berikut ini:
Pendekatan :
Scientific
Strategi :
Kolaboratif & Kooperatif
Metode :
permainan, diskusi, latihan, dan penugasan.
LANGKAH 5
(TERAKHIR): adalah merumuskan penilaian terhadap hasil pembelajaran yang
meliputi penilaian sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Hasil RPP yang dirumuskan dapat Anda
download pada link di bawah, tapi ingat ini hanyalah contoh yang coba saya
rumuskan berdasarkan hasil workshop selama 2 hari di FKIP Unila. Jika kurang
baik, bisa Anda sempurnakan, dan jika sudah baik silahkan Anda tiru sebagai
acuan.
Contoh RPP Kelas 2 SD Tematik :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan : (
Sesuai nama sekolah masing masing )
Kelas / Semester : 2 / 1
Tema / Topik : Aku
dan Sekolahku
Petemuan ke : 1
Semester : 1
(satu)
Alokasi Waktu :
1 Hari
A. KOMPETENSI INTI
þ
Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
þ Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga,
teman dan guru
þ
... dst
B. KOMPETENSI DASAR
PPKn
þ Menghargai keberagaman karakteristik individu
(agama, suku, fisik, psikis, hobby) sebagai anugerah Tuhan
þ Menunjukkan sikap kebersamaan dalam keberagaman sebagai anugerah Tuhan
Bahasa
Indonesia
þ
Menerima Bahasa Indonesia sebagai anugrah Tuhan yang dapat digunakan untuk
mempersatukan bangsa
þ Mendengarkan penggunaan bahasa Indonesia yang
baik untuk berdoa (sesuai agama yang dianutnya) di sekolah dan di rumah
þ …
dst
Matematika
þ
Mengelola penggunaan uang saku untuk kepentingan konsumsi, menabung dan
beramal.
þ
Mengenal dan menukar nilai antar pecahan
uang
þ …
dst
Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
þ
Menghargai tubuh sebagai anugrah Tuhan yang tidak ternilai
þ Menunjukkan perilaku percaya diri dalam
melakukan berbagai aktivitas fisik dalam bentuk permainan yang menyenangkan.
þ …
dst
Seni,
Budaya, dan Prakarya
þ Menunjukkan
percaya diri untuk mengekspresikan diri dalam berkarya, bernyanyi, dan menari
þ Mengenal tanggung jawab dan peduli terhadap
alam lingkungan sekitar melalui berkarya
þ …
dst
C. INDIKATOR
PPKn
þ Menyebutkan
sikap menghargai keberagaman karakteristik individu (agama, suku, fisik,
psikis, hobby) di rumah
þ Menyebutkan sikap menghargai keberagaman
karakteristik individu (agama, suku, fisik, psikis, hobby) di sekolah.
þ
... dst
Bahasa
Indonesia
þ Mulai terlihat senang menggunakan bahasa
Indonesia dalam mengungkapkan pikirannya kepada teman, guru, orang tua, dan
anggota keluarga
þ Mulai terlihat senang menggunakan bahasa
Indonesia dalam mengungkapkan perasaannya kepada teman, guru, dan orang tua
þ …
dst
Matematika
þ Menyebutkan
dan menuliskan daftar kebutuhan siswa sehari-hari seperti menu makan dan minum,
alat bermain yang dimiliki ke bentuk tabel
þ Menyebutkan
atau menjelaskan serta mempraktekkan kebutuhan menu makan, minum dan alat
bermain yang tidak konsumtif dan hemat di sekolah dan di rumah
þ
... dst
Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
þ
Menyebutkan alat-alat kebersihan yang digunakan untuk membersihkan kelas
þ
Mengidentifikasi jenis sampah yang ada di halaman sekolah(azz)
þ
... dst
Seni,
Budaya, dan Prakarya
þ
Menunjukkan sikap percaya diri dalam mengekspresikan karya
þ
Memperlihatkan sikap tanggung jawab terhadap pemanfaatan benda di alam
sekitar
þ
... dst
D. TUJUAN
þ
Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
þ
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga,teman, dan guru
þ
... dst
E.
MATERI
PPKn
þ Dengan mengamati kegiatan sehari-hari, siswa
dapat berperilaku baik (jujur, disiplin,
tanggung jawab, santun, peduli/kasih sayang, dan percaya diri) dalam
berinteraksi dengan guru
þ Dengan mengamati contoh sikap perilaku patuh
pada aturan/kebiasaan yang berlaku dalam kehidupan sehari hari di rumah, siswa dapat berperilaku patuh
di sekolah.
þ …
dst
Bahasa
Indonesia
þ
Sikap khusuk (menjaga keheningan) dalam mendengarkan doa
þ
Sikap duduk atau berdiri dengan berdiam diri
þ
... dst
Matematika
þ Dengan menuliskan daftar kebutuhan siswa
sehari-hari seperti menu makan dan minum, alat bermain yang dimiliki ke bentuk
tabel siswa dapat mengetahui daftar kebutuhannya
þ Dengan mengamati benda-benda di sekitar siswa
dapat memilih jenis tas, wadah atau
tempat yang digunakan untuk menaruh benda atau sekelompok benda sesuai dengan
beratnya
þ …
dst
Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
þ
Praktik aktifitas fisik seperti membersihkan kelas dan halaman
þ Praktik
gerak mengayun, menari, berjalan, berlari, menekuk, memutar dan melompat.
Seni, Budaya, dan Prakarya
þ Kepekaan terhadap keindahan alam hasil
ciptaan Tuhan dengan cara mengekspresikan diri memainkan alat musik ritmis.
þ
Keindahan-keindahan alam dan karya seni sebagai anugerah Tuhan
þ
... dst
F. PENDEKATAN & METODE
Pendekatan :
Scientific
Strategi :
Cooperative Learning
Teknik :
Example Non Example
Metode :
Penugasan, Tanya Jawab, Diskusi Dan Ceramah
G. KEGIATAN
PEMBELAJARAN
Kegiatan
Awal :
Kegiatan
Inti :
Kegiatan
Akhir:
H. SUMBER DAN
MEDIA
þ
Diri anak
þ
Lingkungan keluarga
þ
... dst
I. PENILAIAN
1. Prosedur Penilaian
a.
Penilain Proses
Menggunakan format pengamatan dilakukan
dalam kegiatan pembelajaran sejak dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan
akhir
b. Penilaian Hasil Belajar
Menggunakan instrumen penilaian hasil
belajar dengan tes tulis dan lisan (terlampir)
2.
Instrumen Penilaian
a.
Penilaian Proses
· Penilaian Kinerja
· Penilaian Produk
b.
Penilaian Hasil Belajar
· Pilihan ganda
· Isian singkat
· Esai atau uraian
sunyonoms.wordpress.com/2013/08/12/merumuskan-rpp-tematik-untuk-pembelajaran-di-sd-kurikulum-2013/
https://nellywedya.wordpress.com/bahan-ajar/ipa-terpadu-2/
1 Komentar
langkah yg baik ms
BalasHapus