Pengalaman Hebat Pertama Membangun TPA/ Sekolah Mengaji di Bekasi

kaskus.co.id

Ketika semua teman teman asyik bercerita dengan pengalaman membangun sekolah aku punya pengalaman asyik sendiri . Ide ini terlintas begitu saja begitu membaca postingan teman di facebook yang mengeluh , karena ingin mengajarkan anaknya cinta mesjid sebagai basis bermainnya sehingga senakal apapun , diharapkan agama tetap jadi pondasinya . Terbayang olehku  ke tahun 1994 dimana awal sekali aku mendirikan sebuah TPA Taman Pendidikan Al quran . Awalnya sih untuk mengisi kekosongan, karena alm suamiku dulu tidak mengijinkan aku berangkat ke Bengkulu untuk menjalankan tugasku sebagai cpns.

Dari 10 anak yang awalnya anak tetangga , yang minta dibantu belajar membaca Al quran  lama lama jumlahnya terus meningkat . Akhirnya suamiku berinisiatif menyewa rumah kosong untuk dijadikan sebagai TPA dan mushola sementara . Menunggu mushola resmi jadi . Buatnya alhamdulillah tidak masalah bila harus menjadi donatur untuk kebaikan dan juga untuk kegiatan istrinya yang waktu itu kami belum dikarunia anak .

Aku mulai merekrut anak anak remaja yang mau membantuku di TPA . Sambil kubimbing kedalamannya sedikit demi sedikit . Alhamdulillah mereka respek sekali padaku dan mau kuarahkan untuk aktif di TPA . Padahal bayarannya tidak seberapa. Tak segan segan juga mereka guru guru muda kukirim ke Darul Qolam tanah abang untuk mengikuti pelatihan iqra atau bcm baca cerita dan menyanyi  islami sebagai tambahan kegiatan menarik di TPA. Subhanallah , sepertinya mereka merindukan kegiatan islam yang positif dan menarik . Orangtua pun tidak keberatan karena aku dianggap mengajarkan hal hal yang positif.

Remaja remaja itupun bersemangat sekali mengajarkan mengaji kepada adik adik TPA nya . Dalam waktu singkat tidak ada 2 tahun , TPA kami memiliki murid hampir 400 dari seluruh perumahan kami waktu itu, dengan biaya yang luar biasa hampir menyamai masuk TK tahun 1996 dolar masih 2400 rupiah . Hanya spp kami pungut sekitar 10 ribu untuk menggaji guru guru muda dan juga beberapa jamaah pengajian ibu ibu yang juga kurekrut untuk membantu . Aku sendiri sebagai kepala sekolah tidak pernah digaji . Semua total untuk kegiatan operasional TPA dan gaji guru guru . Waktu Kegiatan TPA adalah jam 8 pagi , jam 13 siang  , jam 15.30 dan bakda maghrib . Luar biasa antusiasme anak anak dan orang tua yang kulibatkan . Semua bahu membahu .

Anak anak dan guru guru juga betah bermain di mushola sementara . Aku tidak pernah membatasi . Yang penting kutanamkan kesadaran menjaga kebersihan dan ketertiban . Demi kita bersama . Alhamdulillah mereka mau bahu membahu . Begitu juga bapak bapak saat ke mushola untuk sholat berjamaah , mau mengingatkan dan mendidik anak anak dengan kasih sayang . Pokoknya bukan bohong atau karangan masa itu sungguh indah islam dalam perumahan kami . Aku sendiri dengan cepat menjadi center dari semua kegiatan dibantu suamiku sebagai penyandang dananya . Aku sampai risih dipanggil umi oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai bentuk takjim dan hormat mereka kepadaku dan suamiku yang masih muda mau menghidupkan keagamaan diperumahan kami yang baru ini . Ibu ibu juga memintaku untuk mengisi taklim pengajian dalam mushola , tak kusangka mulai 1 mushola hingga 4-5 mushola kami rintis . hingga masjid Al-Ikhlas selesai kami bangun . 

Yang juga tak kalah menariknya adalah , setiap acara keagamaan islam atau setiap 1 semester sekali kami mengadakan acara yang menampilkan kebolehan anak anak hasil mengaji di TPA berupa nasyid , puisi sampai drama . Dan itu semua kakak kakak remaja yang betul betul all out mau mengajar siang malam , begitu juga adik adik TPAnya yang begitu bersemangat dilatih . Begitu juga setiap periode tertentu bila yang lulus IQRO 6 banyak kami kumpulkan untuk kemudian kami tampulkan dihadapan jamaah unjuk ketrampilan membaca al quran mereka , juga hafalan surat atau juz amma nya. Bahkan kami juga mengadakan wisuda santri yang naik ketahap TQA Taman Qiroati Al-Quran , subhanallah , bangga sekali aku saat itu bisa menanamkan kebersamaan giroh islam dalam perumahan kami .

Sayang itu telah berlalu , saat krisi Moneter suamiku terkena imbas krisis dan mengalami kebangkrutan total dalam keuangan keluarga kami , karena juga ditipu oleh rekan kerjanya ratusan juta . Aku yang saat itu sudah dikenal sebagai pendakwah , harus memilih dakwah atau keluarga . . dan sebagai istri yang mengerti agama , aku harus memilih keluarga . .terpaksa tahun 1998 kutinggalkan perumahan ini untuk mengikuti suamiku hijrah mencari penghidupan yang lebih baik lagi . 

Ada hal yang mengharukan , 5 bulan sebelum suamiku berpulang kerahmatullah januari 2013 , kami kedatangan sahabat lama diperumahan itu dulu dimana kami pernah membangun TPA , Seorang ibu yang dahulunya tidak mengenal islam dengan baik dan tidak berhijab , namun setelah belajar rutin denganku 6 bulan kemudian berhijab . Rupanya sudah sejak lama dia mencari kami , bersama sulungnya Radit yang dulu pernah mengaji bersamaku mulai umur 6 tahun sampai 10 tahun . Subhanallah kini sudah besar dan sudah menjadi Polisi . Dan mereka tetap memanggilku dan suami dengan ummu dan abi . Panggilan hormat yang membuatku menangis mengingat masalalu itu . Ya Allah bagaimanapun aku bangga pernah menjadi bagian dari keislaman mereka yang tetap bertahan kini .   

Posting Komentar

4 Komentar

  1. Balasan
    1. terimakasih ya dik . . .itu adalah kenangan yang tak terlupakan seumur hidupku

      Hapus
  2. Putri Amalia Kinasih
    XII Akuntansi II

    BalasHapus
  3. Mampukah kami mencontohnya........ Ya Allah... Berikan kekuatan kepada kami.... Untuk berjuang di jaln Allah... Amiiiin

    BalasHapus