Aku memilih Tiarap , Om lebaran kali ini . . .

manado.tribunnews.com

Aku benci sebenarnya melewati tahap ini , namun aku tak punya pilihan lain selain harus kujalani . Walau , . . . .harus menghadapi protes anak anak kandungku , walau harus melewati hujatan 2 belah pihak , walau . . .sepi ini harus kulewati di lebaran kali ini tanpa ponakan ponakanku yang aku sayangi  . Namun , bagiku itu lebih menenangkanku dan menurunkan tegangan pikiranku . Biarlah semua pihak intropeksi diri termasuk aku . Apakah silaturahmi selama ini sudah mencapai tujuan utama ? atau hanya memenuhi ego semata dan sebagainya . Tak pernah kurasakan dan kulewatkan , tapi harus berani kuputuskan mengambil langkah ini dengan segala reksikonya.

Selama ini aku adalah orang yang sangat menikmati arti sebuah silaturahmi dimanapun , kapanpun dengan siapapun . Apalagi saudara sendiri . Dimanapun , siapapun tahu , aku orang yang suka bergaul dengan siapapu dan dimanapun . Selalu ingin menjadi yang terdepan dalam bergaul yang positif . Bahkan dimata muridku , aku dikenal sebagai guru gaul yang paling ramai dan narsis . Selalu hangat untuk mereka dan siap menjadi kawan mereka . 

Namun kali ini ,. . . .setelah bertahun tahun kulewati . Rasanya ini puncak yang harus kuredam dari pada hanya berisi gunjingan dan memakai topeng yang bukan menjadi diriku sendiri . Entah pepatah mana ini , dekat terasa bau busuk . . .jauh akan terasa wangi . Ada uang abang sayang , tidak ada uang abang ditendang . Walau tidak sepenuhnya benar kurasakan namun setelah  ditinggal almarhum suamiku Budi kini baru kurasa kebenarannya sedikit demi sedikit .

Aku adalah perempuan Jawa , yang walau terlihat sumatra setelah 23 tahun menikah dengan Budi yang dari Mandailing Natal . Selama ini aku adalah istri dan ibu bagi 2 anak anak lakiku yang sangat patuh apa kata suamiku , hanya dirumah dan mengurus mereka dengan kepatuhan sebagai muslimah . Walau memiliki selembar ijasah mengajar , namun didikan mama cukup membekas di hatiku . Yang sampai beliau wafatnya lebih dulu dari pada papa yang menyusul 1 tahun berikutnya . 30 tahun pernikahan mama papaku dengan segala kesederhanaan mereka . Itu sangat mengilhamiku . Walau , kutahu melewati asam manis pahit asin pernikahan bukan sedikit terlewati . 

Baru setelah Budi oleng usahanya dan rumah tangga ini cukup terpuruk dititik nadir aku diijinkan bekerja mengambil alih tanggung jawab demi 2 buah hatiku . Selain , ini adalah caraku melewati sakit yang tak terperi tanpa harus berteriak kesiapapun . Kusalurkan kekecewaanku pada pekerjaan dan karir di usia yang tak lagi muda saat memulainya . Ya , Budi menikah lagi dengan alasan mencari modal . . .padahal yang terjadi justru memporak porandakan keuangan keluarga. Janda itu membohonginya , bukan modal yang seperti dijanjikan diawal , justru masalah demi masalah yang diberikan ke Budi suamiku . 

Aku ? sekali perempuan Jawa walau berbalut dasar agama . . .bertahan dalam rumah tangga ini seperti pesan mama , jangan pernah meninggalkan rumah sesakit apapun keadaan . Terlebih sepasang buah hatiku yang dulu lama hadir dalam hidup kami , aku tak ingin mereka kehilangan figur siapapun baik aku atau ayahnya . Aku sangat membungkus rapih rasa sakit ini sendiri , bahkan dari saudaraku yang 4 orang dan sudah menikah semua . Dan aku bersyukur Allah berikan aku pelarian positif yang bahkan bisa menghasilkan demi bertahannya ekonomi keluarga ini . Sisi lain yang terlihat adalah kekerasan hatiku dengan kata lain kedisiplinan dan kerja kerasku yang alhamdulillah membuahkan hasil positif . Peluang  demi peluang terus kian membuka talentaku yang selama ini tertutupi setelah berumah tangga . Padahal aku bertemu Budi yang terpaut usia 4 tahun lebih muda aku di tempat organisasi dimana kami sangat dikenal aktif . 

Allah ternyata punya rencana dan hikmah dari setiap kejadian . . .sedemikian rapih kubungkus permasalahan keluargaku  hingga anakku sendiripun tidak pernah tahu . Aku tidak pernah ingin merusak hubungan ayah dan anak yang . . . baru menjelang alm Budi meninggal terpaksa baru kubuka setelah 11 tahun ini kupendam . Bagaimana 11 tahun ini aku tanpa nafkah lahir dan batin , tapi saat sakitnya sampai meninggalnya pun aku sendiri yang membiayai dan mengurusnya . Adik adik mama yang di Semarangpun tak ada yang kuberitahu , biarlah kini mereka adalah ganti orang tua yang sudah meninggal semua , hanya mendengar bahagiaku . Kasihan harus kubebani masalahku .

Terlalu mandiri , itu yang akhirnya sulung dan bungsuku berikan, " Kalian tidak tahu nak . . .bunda begini demi kalian , biarlah bunda rasakan ini sendiri yang penting kalian tetap sekolah dan meraih masa depan lebih baik lagi kedepan " .  Dari pihak alm suamiku . . .hanya diawal perduli itupun sekedar kewajiban muslim, aku mengerti aku kini tinggal jandanya . Takkan mungkin kuharap lebih . . .walau tak kupungkiri istri kakak Budi no 2 sangat baik, tapi karena hanya ibu rumah tangga bisa apa . . .mengandalkan pemberian suaminya .  Sedang adik adikku , walau sempat tahu dari anak anakku tentang alm suamiku yang menikah lagi . . .ternyata tak merubah apapun . 

Seperti biasa mereka saat susah selalu lari ke aku yang katanya dianggap pengganti orang tua , namun , saat mereka senang boro boro ingat untuk keponakannya yang sudah yatim kini , yang ada hanya bisa menyudutkan dengan permasalahan keluarga mereka , yang  . . .mereka lupa kini aku hanya seorang janda dengan tanggung jawab berat namun tak pernah menyusahkan mereka. Nasehatku kalau tidak sesuai dengan mereka yang ada hanya gunjingan dan memutar balikkan fakta nasehat . Contohnya saat adikku perempuan yang dibawahku yang selalu teriak bercerai dengan suaminya dari sejak menikah hingga punya 3 anak , aku selama ini tidak pernah menanggapi , bahkan pengalaman rumah tanggakupun tak menjadi renungan untuknya . Yang ada hanya sikap childist ingin menang sendiri padahal suaminya buatku sudah sangat baik . 

Dan itu yang membuatku harus mengambil keputusan ini , tiarap dari siapapun . Aku tak ingin mereka kumpul dirumahku lagi seperti biasa  . Meredakan segala gejolak emosiku . Terlebih aku harus focus dengan pembiayaan anakku yang sudah kuliah semester7 , bungsu kelas 3 SMA . Aku sendiri ? tinggal tesis karena tuntutan sebagai dosen yang Desember 2015 ini deadline terakhir harus S-2 . Kalau tidak ya aku harus lepaskan profesiku menjadi Dosen . Biarlah mereka sudah dewasa tahu mana yang terbaik untuk keluarganya . Mungkin tanpaku mereka lebih baik . 

Dan itu yang terpaksa kusampaikan , saat lebaran ke 2 ini om dan tanteku yang sedang berkumpul di Semarang menelfonku . Aku memang dekat dengan mereka , karena setelah papa meninggal aku sempat tinggal 3 tahun disana supaya silaturahmi tidak terputus seperti amanah papa . Awalnya aku menutupi , namun aku terhenyak ternyata adikku telpon ke mereka di Lebaran pertama . Huft kenapa sih mereka tidak pernah mau dewasa . . .,Untung Om adik mama no 2 sudah paham dengan keadaan adik adikku . . ." Maaf om , aku terpaksa mengambil keadaan ini . . .Ina capek dengan sikap mereka yang sudah punya anak dan menjelang remaja tapi kelakuannya pada kaya anak kecil " . Mereka bukannya belajar dari Ina om , gimana aku berusaha mempertahankan rumah tangga seberat apapun dan tidak pernah mengeluh dengan kesulitan apapun . Mereka itu seharusnya beruntung masih ada pendamping yang bisa diajak sharing dan bahu membahu menyelesaikan masalah keluarga . Malah kaya anak kecil gontok gontokan sama pasangannya karena masalah sepele . Ketika aku nasehati , malah nggak terima . Aku kan kasihan sama keponakan keponakanku ooooom , tangisku tertahan " 
Om Gi mengerti , bahkan saking sedihnya dia bilang kalau kamu dekat om suport kamu Na . Nggak usah om . . .minta doanya saja Ina bisa melewati perjuangan membesarkan dan membiayai 2 anak anakku om . Om tahu aku kan ? Aku sayang dan hormat pada kalian , dari kecil walau kalian bukan saudara kandung mama , tapi dari kecil aku tahunya kalianlah om dan tanteku , mama selalu mengajarkan silaturahmi padaku Om . . .sampai kapanpun aku tetap menganggap kalian keluargaku . dan aku menutup telponku dengan kelegaan luar biasa , karena om dan tanteku sangat mengerti dan mereka janji akan terus menjadi orang tua bagiku dan adik adikku . 

Posting Komentar

8 Komentar

  1. Nama:Rizky Yasin Fadilah
    Kelas:Xll TKR 3
    Tugas mtk bikin cerpen


    Istri Yang Terluka

    Aku benci sebenarnya melewati tahap ini namun aku tak punya pilihan lain Selama ini aku adalah orang yang sangat menikmati arti sebuah silaturahmi dimanapun Namun setela bertahun-tahun kulewati rasanya ini puncak yang harus ku rendam Aku adalah perempuan jawa Alloh ternyata punya rencana dan hikmah dari setiap ke jadian Terlalu mandiri itu yang akhirnya sulung dan bungsuku mandiri Seperti biasa mereka sebagian keluargaku saay susah selalu lari ke aku yang kata nya dianggap sebagai pengganti orang tua Dan itu yang membuat ku harus mengambil keputusan ini Aku tak ingin mereka kumpul di rumahku lagi

    Komentarnya: Sibahanalloh sungguh sangat mandiri ibu walau pun lagi bersedi tetap memikirkan saudara saharus nya saudara nya itu meringankan beban nya malah ini menambah bebannya

    BalasHapus