Tak Pernah Bermakna






Menjadi terbiasa oleh hempasan, 

Omelan dan diabaikan.
Menguatkan diri bukan pilihan, terlalu kuat syaiton bermain merusak perasaan.

Seolah menebus lembaran hitam tertinggal, menjadi alasan. 
Harus menerima keadaan tanpa bisa berteriak. 
Keadilan ituuu terlalu vulgar untuk dibicarakan. Tersudut kata sakti " syukurilah" . . .
Padahal tak banyak yang diminta, hanya . . .senyum dan welas asih sebagai obat.
Namun, sesederhana itupun tak patut didapat.
Mungkin itu pantas dipersembahkan sebagai balasan perjuangan. 
Hidup terlalu indah untuk diadilkan.

#elegihidupperempuantanpamakna

Posting Komentar

0 Komentar