UKS Pojok Ruang Guru, Suatu Hari.

Hari ini, Alhamdulillah jadwal piket bersama temanku guru bahasa Jepang sensei Fariz. Kami tiap Senin piket bersama. Namun sekaligus aku adalah pembina UKS di tahun ajaran baru tahun pelajaran 2018-2019.
Setiap tugas baru adalah amanah baru, berarti belajar lagi. 

Menjadikan pekerjaan dan amanah baru sebagai memaknai pekerjaan dengan kebaikan, untuk menjadikan ibadah. Walau cukup lumayan banyak juga tanggung jawabku. Sebagai pembina Belanegara-k7 yang membawahi divisi Paskibra, Pramuka, PMR, dan UKS. Praktis jarang kunikmati jam istirahatku Senin sampai Jumat setiap minggunya. Apalagi kalau harus menjadi pengisi keputrian hari Jumat, aduhai nikmat sekali waktu tersita, hihi curcol ya? Curhat colongan, sedikiiit, kata anak-anak SMK di mana aku mengabdi.

Hari ini pasienku lumayan banyak ada empat. Satu perempuan dan tiga laki-laki. Semuanya kelas X SMK. Maklum, mereka masih terkaget-kaget. Biasanya sekolah waktu SMP pulang di sekolah negri adalah maksimal jam 13. Kali ini di SMK Yadika 13 mereka pulang pukul 15.10. Belum lagi guru mata pelajaran  ada sekitar 17 hingga 19 ditambah dengan kejuruan yang mereka pilih. Ada yang akutansi, perkantoran, Otomotif, ada juga Teknik Komputer Jaringan.

Kali ini aku tidak bicara jurusan. Tapi bicara pasien kelas X yang hari ini buanyak. Maklum eskul PMR-ku belum ku-organisir dengan baik, karena mereka sendiri masih peralihan. Rencana mulai besok 8 senior tersisa kelas XI dan XII mulai kujadwalkan untuk bertugas piket di UKS. Unit Kesehatan Sekolah ini agar roda organisasi PMR sekolah ini berjalan lebih baik lagi.

Hari ini aku tertarik bercerita dua pasienku laki-laki yang, kedua nya terkena magh. Yang satu sudah tiga Senin berturut-turut setiap hari itu,  belum jam 9 pagi sudah ke UKS, bisa-bisa tiduran lemas sampai jam 3 sore. Kali ini Senin ke-3 aku agak sedikit cuek sekali padanya. Aku bilang, "ayo mas Dito gede badan aja ah, masa lemes gitu sih. Ada apakah gerangan setiap Senin sampai ingin tidurnya di UKS?" Bungsu yang perawakannya tinggi bongsor ini hanya meringis tanpa jawaban.

Aku sudah melaporkannya kepada wali kelasnya yang juga sedang sakit dan baru saja pulih setelah dirawat selama lima hari. Sambil kutengok laki-laki kutilang kelas 10 baru, yang Senin ini meringkuk kesakitan. Ada apakah? perutnya ditekuk, merintih inginnya pulang saja. Kawannya yang menemani dimintanya untuk menelpon mamanya. Tapi tak diangkat.

Kutangani lebih dulu karena sepertinya butuh penanganan mendesak. Aku perintahkan untuk melepas sepatunya. Dan meluruskan dua kakinya. Kuminta mengambil napas panjang dan melepasnya. Mulai agak sedikit cerah wajahnya, tidak sepucat tadi. Lalu kutanya, 

"sudah makan belum mas?" "Belum mis," mulai kapan?
"Sejak dari pagi."
"Waduh,"
"oke kamu ingin membeli apa?"Kataku,  "Roti saja mis"katanya.
"Baik" Segera kupesankan roti dan segelas teh manis hangat di kantin SMK kami.
"Biasa minum obat apa kalau magh kamu kumat mas?" Kataku.
"Promagh mis" katanya, segera sigap kuambilkan promagh. 

Kuperintahkan untuk mengunyahnya lebih dahulu, sebelum makan rotinya. Setelah itu kusuruh untuk minum teh hangatnya. Alhamdulillah mulai mengalir darahnya. Dan gantengnya mulai kelihatan deh.

"Kenapa sih mas, lagi ada apa? Memikirkan sesuatu? Masalah?" Kuberondong dengan pertanyaan.
"Aku kangen bapak mis," Deg aku hanya bisa meringis dalam hati pilu. Ya Allah, kulihat airmatanya mengalir.
"Hei what's wrong mas? Masa anak otomotif nangis sih? Come On.
Ada apa? Ada masalah berat apa yang membuatmu menjadi laki-laki yang mudah menumpahkan air mata mas?"

Ketika dia dengan mudah menetes dengan pertanyaan baperku tadi.  "Sesungguhnya kamu nggak sakit mas. (Kamu hanya butuh tempat bercerita panjang lebar tentang kerinduanmu pada sosok laki-laki sebuah figur dalam biologismu yang terpahat. Dia adalah ayah yang dirindukan kehadirannya akibat perpisahan yang tak terelakkan. 

Aku bicara dengan hatiku selanjutnya, ketika menyimak segala hal yang menyesakkan dadanya sampai melesak kuat di lambungnya)
Di situ aku tidak hanya dituntut sebagai suster, guru atau apapun bagi siswaku ini. UKS pojok ruang guru jadi tempat yang tepat baginya menumpahkan segala kelemahan yang tertahankan selama ini. Mungkin aku terlalu lebai bercerita ini pada pembacaku. Tapi hampir satu bulan memegang amanah ini rasanya seperti kenyang dengan daftar pasienku yang ujungnya lebih banyak sakit psikis akibat gegana dari pada luka fisik nyata. Seperti hatiku? Eaaa kenyataan yang tak terpungkiri oleh waktu.

Setelah itu kuminta ia mengambil nafas panjang. Dan melepaskan kembali pelan-pelan. Kuletakkan tanganku di bawah matanya untuk diketukkan. Therapi the POST sebuah metode cepat menotok bagian akunpuntur bodi yang kupelajari hingga level 4 akhir bulan lalu tengah kuabdikan selama sebulan ini. Setelah itu kudengar sebuah tahakan panjang tanda angin jahatnya keluar.
Ya, buat anak muda, upz nggak juga sih bagi mereka yang memiliki masalah dengan lambung adalah mereka yang memiliki guratan kemarahan, kesedihan, dan kerinduan akan sebuah perasaan ingin disayang dan di perhatikan. Jadi dengan cepat kusuntikan sebuah motivasi pada anak ganteng kutilang ini di hadapan ku.

Bahwa permasalahan orang dewasa antara suami istri terkadang tidak dapat dipahami oleh anak-anak yang lahir dari buah cinta keduanya. Ketika ego tidak mampu teredam, yang ada adalah kenyataan pelak yang tak mungkin disembunyikan. Tinggallah tersisa akibatnya. Namun bukanlah seorang Juli jika tak mampu memompa perasaan-perasaan sedih keluar,  akibat dari energi negatif kehidupan ini.


Bagiku memotivasi sekitar terutama siswa adalah bentuk pengabdian amal dan bagian dari caraku menggilas waktu dengan berniaga hati dan bisnis dengan Allah. Melihat siswa atau orang yang termotivasi adalah balasan dari penebusan waktuku selama ini. Sederhana, sesederhana keinginanku  pada sang Maha Waktu Kehidupan. Tanpa harus menyalahkan kedua orang tuanya, kuminta untuk sholat setelah berwudlu terlebih dahulu. 

Menangislah mas di sajadahnyaj jikaitu melegakanmu. Setelah itu bangkitlah, jadilah lelaki kuat. Akhirnya anak ganteng kutilang itu tersenyum dengan sebuah tozz (tepukan tanda bersahabat) kuberikan sebagai penyemangat. Yess aku bersorak saat dia mengatakan "aku mau ke kelas mis, di jam yang tersisa." Alhamdulillah.

Ini adalah muara dari UKS-ku yang kutata dalam amanah jabatan yang kuterima di tahun pelajaran ini. Aku ingin saat masuk ke dalam UKS sakit, keluarnya bersemangat untuk sehat dan menghadapi pelajaran lagi di sekolah. Bukan justru minta pulang ke rumah yang menjadi tujuan awal, atau bahkan alasan untuk numpang tidur saja.  Entah sudah berapa anak yang menjadi korban keisengan programku ini. Ijinkan ya Allah, mereka menjadi obat bagi kesedihanku sendiri menghadapi kerinduanku pada seseorang yang sangat kuharap namun tak dapat berbuat banyak.

Semoga kelak menjadi tonggak awal kebahagiaan nyata yang kudapat.
Bekasi, 13 Agustus 2018

Posting Komentar

0 Komentar