Kepada Anakku Abang Kemal "Memet" Fathurrokhman



Ada hal yang menggelitik pikiranku, saat sore jelang Maghrib ini berdiskusi dengan si sulung. Maaf ya Sholeh, bukan ibu ingin mempermalukan Abang Kemal Fathurrokhman. Buat ibu proses keberhasilanmu menyelesaikan studi yang tertunda bukanlah aib. Tapi bagian dari memahami, akan proses pencarian jati dirimu.

Sejatinya seorang ibu menginginkan yang terbaik dari anaknya. Tapi, ibu bukanlah orang tua yang Ortodok dan memaksakan kehendak sebagai suatu keharusan. Kalau selama ini ibu menasehatimu, itu sifatnya hanyalah sebagai tanggung jawab amanah. Tapi, ibu tahu tak mungkin terjadi jika aku menekanmu dan memaksamu. Ibu bersabar atas jalanmu yang tertunda menyelesaikan studimu di Kampus Telkom Jurusan Ilmu Komunikasi.

Ibu yakin, dengan doa dan nasehat sebagai orang tua  tanpa menghakimimu, akan lebih didengar Allah. Allah-lah yang akan memberikan dan membuka pintu hidayah kesadaranmu itu. KESADARAN kata sakti yang selalu aku kedepankan untuk siapapun. Termasuk kamu anakku.

Biarlah Abang berproses dalam perjuangan menjadi anak dewasa, yang bertanggung jawab akan masa depanmu sendiri. Sehingga kita tidak perlu bersiteru, apalagi soal rezeki untuk membayar kuliahmu. Rezeki itu pasti tidak akan tertukar. Ada rezekimu, dibalik tanggung jawabku memegang amanah Allah ini. Walau kalian lahir dari rahimku yang sama. Namun, sifat dan pemikiran tidak selamanya sama, walau perlakuan dan kasih sayang yang berlimpah untuk kalian tidak kubedakan.

Alhamdulillah kerinduanku melihatmu menjadi laki-laki sejati yang siap menempuh kedewasaanmu, akhirnya memberi kabar bahagia bahwa Januari 2019 ini siap sidang skripsi. Segala perjuangan, dan pengorbanan kita bersama, kamu, aku dan adik-adikmu inshaallah akan mencapai ujungnya. Ketika kau sampaikan bahwa tidak akan mengambil prosesi wisuda dengan berbagai alasan, akupun tidak memaksamu. Jika bagimu lebih penting selembar ijazah dari pada celebration nya ibu menghormati.

Bukan kebanggaan itu yang kutunggu. Tapi, kebanggaan kamu bisa menyelesaikan perjuanganmu itu utamanya. Sebagai anak sulung, kami sangat membanggakan mu. Perkara tertunda keberhasilanmu menyelesaikan di tahun-tahun sebelumnya anggaplah, ini bagian dari cerita yang akan kau bagikan kelak ke anak-cucumu. Kami tahu, kamu tidak bodoh apalagi pemalas. Tapi, setiap orang memiliki masa-masa melewati masa perjuangan dengan pasang dan surut itu kita sadari bersama.

Melewati sekolahmu sejak kecil yang punya kontroversi, adalah cerita menarik yang bisa kuceritakan dengan manis sebagai sharing kepada seluruh anak Indonesia di sini. Kamu tumbuh terlalu cepat. Bahkan umur 3 tahun bisa membaca, menulis, berhitung, dengan cepat sebagai seorang anak. Namun, seiring dengan jatuh bangunnya kami orang tuamu melewati krisis moneter 1998 dengan goncang, dan kamu menjadi bagian perjalanan, buat kami sangat berterimakasih.

Kamu tidak rewel, bahkan menjadi anak yang bisa ngemong kedua adikmu untuk bisa memahami kami. Mengikuti kemanapun kami berkelana, berpindah-pindah tempat mengikuti kehendak perjalanan keluarga untuk menstabilkan ekonomi. Kedua, ketika sedang khusuknya sekolah tetiba kesempatan peluang untuk berkarir di dunia Entertainment menggoda. Saat itu tepat kelas 7 SMP. Padahal SMP-2 Kab Bekasi adalah sekolah favorit dimana untuk masuk ke sana kamu sudah berjuang untuk lulus tes penuh perjuangan.






Di situ, karena harus shooting secara striping hampir setiap hari, di saat nilaimu sedang bagus-bagusnya. Sungguh bukan ambisi kita, tapi peluang tidak datang dua kali. Di saat orang berlomba untuk instant, tapi kamu tidak. Allah jadikan prosesmu memiliki skill kesukaanmu berakting sebagai pelampiasan energimu yang berlebih sejak kecil. Bersinar sejak mulai di Sanggar Ananda Senayan, dimana kak Aditya Gumay menemukan talentamu yang penuh pesona energi begitu banyak.  Siapa sangka, tanpa casting tetiba kamu diberi peluang oleh MD.Entertaiment untuk menggantikan pemain utama yang terpaksa harus diganti yaitu menjadi peran antagonis Memet di Entong Abu Nawas.


Ternyata itu jadi jalanmu untuk mulai totalitas. Sayang Kab Bekasi bukan seperti Jakarta, yang siap menerima siswanya untuk berprestasi. SMPmu belum bisa menerima talentamu sebagai kebanggaan sekolah. Dari 15 guru hanya 5 orang guru yang bangga, selebihnya lebih mengutamakan kehadiran, dari pada talentamu. Ketika kehadiran jadi alasanmu untuk naik terbang, karena ibu tidak mau memberikan uang kepada seluruh guru dan kepsekmu sebagai kompensasi keberhasilanmu, (Aamiin kita sudah didoakan banyak uang kata mereka, makanya minta tebusan yang untuk alasan menaikkanmu, Sholeh).

Akhirnya, terpaksa kita memilih PKBM  (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) yang sekolahnya hanya 2 jam seminggu sekali, sebagai jalan untuk kehausanmu akan sekolah. Alhamdulillah, kamu lulus selesai waktunya untuk jenjang SMP. Dan berhasil mendapat ijasah paket B, bahkan bisa bersaing untuk tes masuk SMA kebanggaan SMA-2 Kabupaten yang terkenal dengan nama UGB. Program saat itu selevel dengan kelas akselerasi. Kamu lolos, dengan persiapan belajar sendiri bersama ibu selama 6 bulan.

Itu hanya trik, setelah lolos kita meminta sekolah untuk tetap masuk dalam program reguler biasa. Bukan masalah uang. Tetapi, keinginanmu menyelesaikan tugasmu di entertainment. Sambil mundur perlahan, karena Abang ingin menyelesaikan sekolah SMA dengan lebih baik.

Alhamdulillah selesai, prestasi demi prestasi Abang toreh di sekolah dengan manis. Sehingga, begitu lulus tepat hampir 3 tahun, keajaiban Abang diterima di Telkom dengan program beasiswa murni tanpa uang. Hanya membayar Rp 325.000 untuk jas almamater. Juga biaya kost kamar setahun di luar sebesar 2,5 juta saja, setelah ijin asrama berbiaya 10 juta kita hindari dengan alasan keluarga ini sedang goncang biaya untuk mengobati orang tua yang sedang di ICU.

Melepasmu tinggal jauh dari kami, di daerah yang sempat membuat ibu was-was. Mengapa? Sepupumu kak Nisa,  baru saja kena aliran sesat di Bandung dan menghilang selama empat bulan. Dan baru ditemukan setelah wajahnya habis disilet-silet untuk menghilangkan identitasnya. Terlambat sehari menemukannya, mungkin sudah hilang dikirim ke pesantren di Indramayu. Sempat viral alirannya, dan itu cukup membuat ibu sedih.
Melibatkan Allah adalah jalan keluar kegelisahan ibu. Kuserahkan segala penjagaan, keselamatan, keamanan, perlindungan, dan kesehatanmu, kepada sang Maha. 

Menjadikanmu dan kedua adikmu sebagai qurrota a'yyunku dunia akhirat. Pengobat  segala ujian keluarga sejak 1998 lalu. Kini, Abang akan sampai ke ujung prosesnya. Setelah molor sekian semester dalam rangka mencari jati dirimu, kegelisahanmu, akhirnya tibalah hidayah KESADARANMU. Jadi, apapun yang Abang inginkan, ibu yakin semua ada konsekuensi nya.

Abang laki-laki, calon imam. Pemimpin baik untuk diri sendiri, istri dan anakmu kelak, adik-adik mu dan ibu. Pasti akan ada pertanggungjawaban nya. Ibu percaya, Abang sudah lebih dewasa. Kiranya ibu diberi umur cukup menemani kalian, memiliki istri, anak yang akan jadi cucu ibu adalah kebahagiaan. Akhir tulisan ini hanya mendoakan semoga Allah memberi kemudahan dan kelancaran hingga sidang skripsi Abang selesai tepat pada waktunya. Aamiiin, aamiin, yra.

Griya Kompas, 24 Desember 2018

Posting Komentar

26 Komentar

  1. SubhanAllah ibu.... Penuh hikmah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih mbak Ratu, hanya menulis apa yang ada di hatiku tentangnya

      Hapus
  2. MasyaAllah, sungguh bunda luar biasa. Semoga cara pendekatan bunda menjadi tauladan dan inspirasi bagi banyak orang...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiiin hanya berbagi pengalaman bagaimana aku harus berbagi bersikap menghadapi sulung ku ini mbak

      Hapus
  3. Barokallah buat Abang dan Bunda. Terima kasih sharing pemgalamannya yang luar biasa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama mbak Lina, semoga ini bisa menjadi ibroh untuk anak Indonesia lainnya yang mengalami masalah sama

      Hapus
  4. Masya Allah..ibu yang luar biasa.
    Barakallah buat Abang semoga menjadi Imam yang soleh seperti harapan Ibunda tercinta. Aamiin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiiin yra mbak Dian yang kita bawa pulang hanya anak yang Sholeh inshaallah

      Hapus
  5. Masya Allah, terharu bacanya, bunda luar biasa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih bundaaa hanya berbagi bagaimana menghadapi keadaan seperti ini

      Hapus
  6. Sukses selalu untuk Abang ya Bunda. Semoga menjadi imam sesuai harapan dan sayang ke keluarga...
    Salam kenal Bunda. Saya tinggal di Bandung...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin inshaallah doanya. Salam kenal juga mbak Tri kami di Bekasi

      Hapus
  7. Kelihatannya jadi pilihan sulit. Saat semua orang rela mengorbankan banyak hal demi eksistensi di dunia entertaiment. Semangat bang memet,lulus di waktu yang tepat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar tapi saya bersyukur apapun pilihannya adalah bagian dari perjuangan menjadi anak yang bisa menentukan keputusannya mbak

      Hapus
  8. Barokalloh abang, beruntung punya bunda hebat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih mbak Sita bukannya tanpa perjuangan batin

      Hapus
  9. Semoga selalu menjadi abang yang sholeh, sukses dunia akhirat.

    BalasHapus
  10. Aamiin...semoga putranya lancar ya mengikuti sidang skripsi. Segala doa, usaha dan perjuangan pasti ada hasilnya...

    BalasHapus
  11. Masya Allah terharu Bunda, semoga Allah selalu memberikan rahmat-Nya dalam setiap langkah Bunda dan Kaka ya. Si sulung diberi kemudahan dalam setiap langkahnya. Aamiin...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih mbak Lia aamiin terimakasih doanya

      Hapus
  12. Ceritanya sungguh inspiratif, Bu. Saya juga pakai PKBM, Bu. Tetapi bukan semi-homeschool atau sekolah yang hanya beberpa jam dan beberpa kali seminggu saja. Tetapi, kalau saya Homeschool, jadi hanya melakukan kegiatan yang saya sukai di rumah. Saya tunggu postingan Blog ibu selanjutnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih mbak semoga bisa berbagi pengalamam

      Hapus
  13. Baca pengalaman Mis Juli serasa membaca pengalaman mamahku menghadapi adik lelaki aku yang sempat kesulitan menyelesaikan skripsi dan thesisnya. Entah apa masalahnya tapi dosennya bilang dia tidak ada masalah di kemampuan. Mamah dan bapa terus berdoa. Alhamdulillah sekarang semuanya berbalik menjadi lebih baik. Semoga hal yang sama juga terjadi buat abang "Mamet" ya Mis. Semoga lulus dengan nilai yang baik dan barokah ilmunya 😊

    BalasHapus