Setiap manusia pasti pernah salah, da manusia kan tempatnya salah. Tapi ketika dia ikhlas berhijrah, sesungguhnya dia telah berisiko. Segala kesalahan dan dosa yang pernah dilakukan pasti Allah bayar tunai sebagai penguji hijrah-Nya.
Tapi, layakkah kita menghakimi bahkan merasa diri lebih baik? Tanpa dihakimipun sesungguhnya dia sudah merasa salah. Tidak ada apapun yang diharapkan, selain dukungan baginya agar tetap Istiqomah dalam hijrahnya. Memang siiih, ujian-cobaan-cercaan-fitnah juga bagian dari balasan tunai atas masa lalunya, untuk memantapkan langkahnya.
Tapi, cobalah menjadi posisinya sebentar saja. Pasti tak mudah dan berat melewati jalannya. HIJRAH memang ENDLESS, takkan pernah usai sampai Allah yakin kita berjalan pada rel-Nya. Walau, Allah juga tidak butuh ibadah, hijrah, atau penghambaan apapun dari manusia. Karena Allah itu Berdiri sendiri QIYAMUHU BINAFSIHI.
Hai manusia, kamulah yang membutuhkan kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS. Fathir: 15)
“Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” (QS. An-Naml: 40)
وَقَالَ مُوسَى إِنْ تَكْفُرُوا أَنْتُمْ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ
جَمِيعًا فَإِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ
“Dan Musa berkata: “Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS.
جَمِيعًا فَإِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ
“Dan Musa berkata: “Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS.
Ibrahim 8)
Begitu pun, jika seluruh manusia kufur kepada Allah, tidak beribadah kepada-Nya, menelantarkan perintah-perintah-Nya dan melanggar larangan-larangan-Nya, maka hal itu tidak membahayakan Allah sama sekali. Akan tetapi kemadaratannya akan kembali kepada manusia itu sendiri (sumber: google)
“Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya teIah datang kepadamu kebenaran (Al Quran) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu.” (QS. Yunus: 108)
Allah Subhaanahu wa Ta’ala pun berfirman dalam hadits qudsi:
“Wahai hamba-hamba-Ku, andai orang-orang terdahulu kalian dan paling akhir, manusia dan jin, seluruhnya berhati orang yang paling takwa diantara kalian, hal itu tidak akan menambah kerajaan-Ku sedikit pun.”
Ibadah itu langsung ke Allah hubungannya tanpa perantara manusia, manfaat dan kemudharatannya akan kembali kepada diri pribadi. Bukan manusia lain yang menanggungnya. Tugas nabi, Rosulullah, dan kita saudaranya hanya mengajak, mengingatkan dengan amar makruf nahi mungkar. Bukan memaksa apalagi menghakimi.
Melihat siapapun mau hijrah apalagi pada kebaikan adalah hal yang wajib kita syukuri.
Karena, banyak yang justru hingga akhir hayatnya tidak diberi kesempatan Allah untuk hijrah apalagi bertaubat. Maka, nikmat Allah mana lagi yang teringkari?
Semoga kita menjadi orang yang pandai bersyukur aamiiin aAamiiin yra.
Ms Juli dalam muhasabahnya
Boleh di share jika manfaat, tanpa menghapus identitas saya ya temans.
Boleh di share jika manfaat, tanpa menghapus identitas saya ya temans.
Bekasi, 5 Februari 2019
1 Komentar
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus