Beberapa hari ini salah satu medsosku dipenuhi curhatan tentang HILAL yang belum juga sampai di semester kedua tahun ajaran 2018-2019. Duniaku memang dunia pendidikan, apa yang berkaitan dengan si Hilal?
Hilal di sini yang dimaksud adalah tunjangan profesional dari pemerintah akibat konsekuensi meraih SIM sebagai guru profesional yang diganjar dengan sertifikat sertifikasi profesi keguruan kami. Nampaknya, pemerintah belum bisa rutin dan tepat waktu untuk menepati janji bila kami sudah meraih itu.
Terlebih bagi kami yang non swasta, dimana honor guru belum sesuai UMR seperti pekerja lainnya, jika dianggap sebagai karyawan juga. Namun, tidak demikian denganku yang secara sadar sejak awal. Bahwa guru adalah sebuah profesi untuk pengabdian, bukan mengharap uang semata. Munafik? Nggak juga sih, tapi memang seperti yang kusampaikan kepada mahasiswaku bahwa, begitu kita menasbihkan menjadi guru, jangan berharap banyak selain pengabdian.
Jika ingin mendapatkan makna sebenarnya dari arti sebuah label PENDIDIK.
Kalau mau mendapat lebih ya lakukan kegiatan lain, seperti usaha, berdagang, atau pekerjaan lain penunjang. Tapi kalau mau mencari keberkahan, gaji gurulah tempatnya . ..yang dijalankan dengan keikhlasan. Mengapa berkah? Ada gaji lain dari Allah selain yang manusia berikan. Pengalaman di 30 tahun mengajar adalah, ketika menikmati honor guru swasta yang secara logika manusia tak mungkin, subhanallah di situlah tangan Allah berperan.
Itulah yang disebut dengan keberkahan. Honor yang tak seberapa dibanding gaji perusahaan yang jauuuh dari pantas, ketika dengan ikhlas dilewati nyatanya mampu membesarkan tiga jagoan ku sampai dengan lulus kuliah dan kini sudah bekerja. Ada rezeki lain di luar gaji guru yang nilainya bisa berlipat berapapun yang kita mau, tergantung niat kita.
Ah gombal saja, terserah sih semua kuserahkan pada penilaian. Dengan profesi tambahan di luar keguruan, aku mampu tak menggantungkan harapan pada gaji dan janji pemerintah yang jarang ontime. Padahal segala tuntutan selalu meminta ontime. Biarlah, semoga terus mau belajar menghargai profesi seperti di negara tetangga lainnya yang lebih wise menghargai pendidik.
Terlebih jiwa usaha dan dagang sudah terlatih sejak kecil. Mamalah yang berperan di sini untuk bisa menularkan diri sebagai perempuan pembelajar. Walau hanya lulusan SMP saja secara formal, tapi mamah mengajariku untuk terus mengupgrade diri melalui kursus dan training yang dulu beliau dapat dari PAROKI. Pasti ada yang tahu apa itu paroki, ya kecilku agama Kristen lekat dengan keseharian kami karena orang tuaku menganut agama Kejawen.
Islam hanyalah sebatas KTP pengakuan saja, secara implementasinya jauuh dari harapan. Itu kenapa aku bersyukur mendapat hidayah untuk berhijab begitu kuliah di IPB Bogor sekaligus tonggak untuk belajar lagi Islam mulai dari nol. Kembali ke no Hilal. Jadi hilal buatku bukan sesuatu yang ditunggu-tunggu kehadirannya. Namun, begitu hadir selalu kusyukuri. Seperti Allah ajarkan, berapapun rezeki bila disyukuri maka akan menjadi berkah dan akan selalu bertambah. Itu sudah kubuktikan miracle nya berkali-kali.
Apalagi begitu total di dunia pendidikan dan ikhlas jiwa raga untuk profesional, maka ada reward Allah yang sampai hari ini selalu kusyukuri. Apa itu? Semua pekerjaan tambahan, proyek, dan silaturahmiku berasal dari sini. Selain guru dan dosen, juga pedagang, aku sudah mulai merambah ke dunia penulisan, pengembangan SDM, dan banyak lagi.
Salah satunya sejak bergabung di IGI (Ikatan Guru Indonesia), JA (Joeragan Artikel) sebuah komunitas menulis yang mempertemukan aku dengan mentor sekaligus motivator super ummi Aleeya dan teh Indari Mastuti. Dua perempuan tangguh yang sudah menginspirasiku untuk terus menulis menuju keabadian karya dan kebebasan finansial tanpa batas apapun. Kurasa, im proud to be teacher for freedom everything. Mengedepankan profesionalisme memeluk begitu banyak peluang dan silaturahmi tambahan.
Jadi, masih menunggu hilal? Saya sudah tidak lagi . . .bagaimana denganmu temans? Emak guru?
#Daytwentynine
#RWC2019
#OneDayOnePost
#RWC2019
#OneDayOnePost
4 Komentar
Semua hal yang sufha jadi hak milik kita pasti akan datang pada saat yang tepat ya Miss. Semua sudah digariskan Tuhan. Kalaupun kita ngoyo ngejar kemana-mana, kaalau belum waktunya ya nggak akan dapet. Makanya penting banget untuk selalu dekat denga Sang Pencipta. Semangat terus Miss menebar kebaikan..
BalasHapusInshaallah mbak benar banget terus menebar kebaikan
HapusSeandainya mayoritas guru/pendidik di negeri ini berpikiran dan berprinsip seperti Miss Juli, alangkah indahnya dunia :)
BalasHapusSalut dengan pengabdian dan keinginan untuk terus meng-upgrade diri. Semangatnya perlu banget saya tiru meskipun saya tidak lagi di lingkungan pendidikan sekarang. Barakallah :)
Terimakasih mbak Tatiek inshaallah
Hapus