TRANSAKSILAH DENGAN ALLAH



Baca postingan mbak Anita Mutiara Ningtyas, jadi ingat tahun 1994-1998 saat memulai lembaran baru menjadi guru adalah dengan bertransaksi sama Allah langsung.

Dimulai dari 10 anak tetangga yang minta dibantu biar bisa baca Alquran  sejak kecil. Orangtuanya merasa tidak mampu dan ingin memiliki anak yang Sholeh dan Sholehah untuk mendoakannya. Saat itu karena nggak berangkat menjadi PNS di SMPN 5 Kapahiang Bengkulu, ms pikir bisa menjadi penghibur dan mengisi waktu serta menjadi ladang amal. Bukan kecewa nggak jadi PNs, tapi karena mamah-papah lebih Ridha kalau aku terus dekat bersama mereka mengurus adik-adik.

Asli niatnya cuma transaksi sama Allah, ternyata dalam waktu cepat aku jadi merintis TPA Al-Ikhlas di perumahan Bumi Sani dulu yang baru mau berkembang. Akhirnya dalam waktu dua tahun jadi 400 santri dengan waktu belajar pagi jam 8-10, siang 13-15, sore 15.30-17.00 dan maghrib 18.30-20.00, bahkan tingkat lanjutan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an) pun juga dibuka yaitu TQA (Taman Qiroati Al-Qur'an).

Hausnya ghiroh umat saat itu seperti menemukan oase di Padang pasir nan jauh dan kering dari ilmu agama. Suport orangtua dan masyarakat ke kami begitu tinggi. Banyak anak muda yang kami rekrut untuk menjadi tenaga pengajar, juga ibu-ibu yang alhamdulillah sudah mendapat hidayah mengaji lebih dulu dan ingin mengabdikan kemampuannya membaca Alquran untuk masyarakat sekitar.
Panggilan ummi Juli dulu lekat dengan keseharianku. Mengelola TPA dan mengajar majlis taklim dari yang kecil sampai yang besar kami rintis di sana. Setiap ada acara keagamaan kami selalu diprioritaskan untuk tampil dan menampilkan santri kami. Wisuda santri pun dirayakan besar-besaran oleh struktural sebagai kebanggaan. Sayang krismon merusak segalanya dan memaksaku untuk meninggalkan mereka begitu saja. Karena keluarga lebih membutuhkan ms Juli untuk berjuang memperbaiki ekonomi keluarga.

Begitu banyak kenangan yang sampai detik dan hari ini begitu menggoda untuk kembali, teringat anak-anak angkatku salah satunya mbak Vita Firdayanti yang kini sudah kasih umminya cucu 4 di Sumatera sana. Mas Raditya yang kini jadi polisi di Aceh. Mashaallah . . .kalau ini boleh yaa teringat mantan he he

#masalalu
#tpaalikhlas
#mantanpejuangalquran

Posting Komentar

10 Komentar

  1. Masya Allah Mbak, sangat menginspirasi sekali. Saya dulu juga pernah menjadi guru TK. Perjuangan itu masih akan terus diingat oleh murid2 Mbak yang dulu. Yakin deh. Tetap semangat ya Mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat mbak, terkadang masih merindukan peristiwa ini sebagai bentuk perjuangan

      Hapus
  2. MasyaAllah miss. Baca ini adem banget. Inspiratif sekali.nanti kalau pensiun ngajar bisa dijadikan kegiatan hari tua lagi miss. Hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aammiin yra inshaallah inshaallah terimakasih selalu ingin kembali seperti ini

      Hapus
  3. Asyik, ada yang mendadak ingat mantan. Mantan anak didik, hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yess mbak Haeriah sangat ingin sekali merindukan mantan anak didikku saat itu

      Hapus
  4. Jadi pengajar dan pendidik itu nggak mudah ya Miss. Aku pernah nyoba mau jadi guru tapi akhirnya nyerah karena nggak kuat hehehe. Salut sama Miss Juli deh pokonya. Semangat dan sehat selalu ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aammiin yra mbak benar ada yang bilang tak mudah walau sebenarnya, tinggal masalah Istiqomah he he

      Hapus
  5. Masya Allah, ternyata dulu seorang pengajar Al-qur juga ya, Miss. Pengabdian sekali itu: merintis dari awal dan menginspirasi sekitar. Pastinya tak terlupakan, ya. InsyaAllah pahalanya terus mengalir sampai hari akhir, aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aammiin yra mbak inshaallah aamiin terimakasih

      Hapus