TAHTA CINTA YANG KUPERTAHANKAN (3)





Aku baru memberanikan diri menelponnya, saat ingin minta tolong ditemaninya untuk membeli sepatu. Aku ditunjuk untuk memimpin lomba baris berbaris 17 Agustusan di kampungku. Dan spontan ia langsung mengiyakan (kangen banget kali ya ma aku …dee).

Sejak itulah awal kebersamaanku bersamanya. Tapi aku memang nakal,  masih jinak-jinak merpati. Aku tidak langsung mudah dekat dengannya. Kadang  butuh, atau  aku menolaknya. Bahkan aku nekad tidak pulang ke rumah begitu tahu dia akan datang pada saat malam minggu.  Aneh memang!!

Mama papa sendiri tidak langsung memberi  respon menerima, sehingga linier banget dech dengan sikapku terhadapnya namun mereka  selalu mengijinkannya datang ke rumah. Untungnya Reza sabar menghadapi kenakalanku, maklum kami terpaut empat tahun. Selalu begitu yang dulu dia lakukan. Sabar menghadapiku dan segala tingkah polahku.

Hingga tiba masa di mana aku diterima di sebuah perguruan tinggi di Bogor melalui PMDK (semacam SMPTN undangan). Jurusan Pendidikan Matematika yang nantinya aku akan menjadi guru kata teman-temanku. Awalnya aku tidak berminat, karena selain Matematika susah  juga ogah jadi guru. Apalagi bila teringat sumpah guru Biologiku waktu itu. 

"Aku doain kamu jadi guru loh" kata guruku gemas saat aku meledeknya kawin dengan guru olah raga ku yang tinggi jangkung. Menghadapi kenakalanku yang meledeknya, dia justru mendoakan aku jadi guru weleeh.

Hihihi kalau kuingat guru Biologiku yang tingginya tidak sampai semeter setengah berbanding terbalik suaminya yang tinggi besar sebagai guru olahraga.  Aku  sering meledeknya untuk “ogah menjadi guru, ntar kaya ibu lagi jodohnya  guru juga" kataku. Dan saat itu guruku mendoakan aku untuk jadi guru, walau sudah meledeknya seperti itu .

Reza kuberi tahu, bahkan dia menawarkan ke mamah papah untuk menyewa mobil ke Bogor mengantarkan aku kost di sana. Dia pula yang membelikan segala keperluanku kost. Dan ini cukup membantu keuangan orang tuaku yang memang pas-pasan. Bahkan kalau aku tidak dapat beasiswa ini belum tentu aku bisa kuliah, karena masih ada empat saudaraku yang harus mereka   biayai sekolahnya.
Di awal-awal kost Reza sering datang ke tempat kostku dan kesempatan untuk memenuhi kebutuhanku sehari-hari di Bogor, karena rupanya mamah papah jadi mengandalkannya. 

Hal itu  dijadikan ajang baginya untuk mendekatiku lewat keluargaku. Aku menikmati itu sebagai kemudahan fasilitas. Karena ibu kostku tahu pertama datang ikut mengantar, dia   dianggap  kakakku (kakak ketemu gede hihihi… ). Jadi kalau datang tidak dipersulit.

Namun, setelah mendapat hidayah di semester pertama kuliahku, aku mulai berpikir lain. Aku merasa berdosa karena sudah melakukan ikhtilat (bertemunya laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya). Aku sangat gelisah sekali memikirkan dosa yang akan kuterima jika aku terus melakukan hubungan dengan Reza tanpa pernikahan yang halal. Segera kusampaikan itu kepada agar segera meninggalkan aku atau menikah denganku.

Bagi Reza itu keputusan yang sulit, karena ternyata juga masih ada kakak keduanya yang belum menikah. Tapi dia juga tak ingin kehilanganku kembali. Sementara dia juga harus menyampaikan masalah ini kepada papahku di rumah sana.
Keputusanku sudah bulat, bagiku hidayah tidak akan datang dua kali. 

Bogor ini rupanya tempatku menjemput hidayahku beragama yang benar, sehingga justru membuatku bahagia dan lebih tenang. Hanya masalahnya tinggal Reza dan kedua orang tuaku. Terlebih keputusanku berhijab juga membuat mereka sedikit terpukul. Ketidak mengertian agama membuat mereka takut jodoh dan rezeki ku akan tertutup demikian anggapan orang tuaku.

Posting Komentar

5 Komentar

  1. Ini belum end kan Miss?
    Baru mampir sini lagi nih, dan ternyata udah ada cerita baru nih.
    Alhamdulillah ya dapat hidayah dan niat istiqomah. Jadu penasaran cerita lanjutnya nih :)

    BalasHapus
  2. Semoga istiqomah ... Eh berasa kisah beneran. Keren mb. Semangat trs

    BalasHapus
  3. Aih, jadi baper bacanya. Semoga istiqomah dalam menggenggam hidayah. Ga sabar baca cerita selanjutnya

    BalasHapus
  4. Berasa baca kisah nyata ya..?
    Menunggu lanjutannya ^^

    BalasHapus
  5. Terus akhirnya gimana nasib Reza mbak? Apakah ikut berhijrah juga?

    BalasHapus