Catatan Mis Juli (19)

Kisah sebelumnya: 
http://misjulie.blogspot.com/2019/11/catatan-mis-juli-18.html

Itulah bahagianya menjadi guru yang saat ini mis Juli nikmati. Adakah keinginan lain yang ingin dan saat ini ingin diraih? Ada, ms Juli ingin mengembangkan lagi untuk menjadi penulis dan pebisnis yang sukses. 

Enaknya menjadi guru itu adalah bisa menjadi segalanya. Bisa menjadi psikolog, coaching, wartawan, penulis, pebisnis, motivator, MC, moderator, dan masih banyak lagi kemampuan yang nggak tabu diraih jika kita mau belajar. 

Bagaimana tidak, ms bisa merasa dekaat dengan mereka, begitu juga sebaliknya. Di kelas belajar, di luar kelas mereka bisa curhat, konsultasi tidak hanya sebatas pelajaran saja. Alhamdulillah, terkadang ms Juli bisa menjadi ibu mereka, sahabat, teman, atau pembimbing. Ms Juli adalah sesuai prasangka siswa dan anak murid lainnya. 

Sedih itu bila mereka menjauh dan berprasangka buruk terhadap ms Juli. Menganggap hanya sekedar galak dan disiplin, tapi tidak melihat lainnya. Belum bisa membedakan mana disiplin mana tegas. Masih pukul rata, ya itu sih sebenarnya hak mereka. Di sekolah ini mereka semua paham, seorang Ms Juli itu untuk urusan disiplin, kebersihan, dan kejujuran adalah harga yang tak bisa ditawar lagi. 

Biasanya ms Juli akan menjadi musuh bagi mereka yang masih ingin banyak bermain, malas, atau santai dalam hidupnya. Menggampangkan semua urusan, tidak berpikir bagaimana ke depan. Rata-rata kelas yang Ms pegang tahu, setiap awal masuk motivasi selalu disampaikan walau hanya 5-10 menit. Tujuan dari mereka sekolah itu apa. 

Begitu masuk kelas yang akan dilihat pertama kali adalah kebersihan kelas di pojok depan. Piket dengan akan ketat menjaga tempat sampah di kelas dari sampah yang penuh. Kedua ketua kelas akan menyiapkan kelas untuk bersiap (berdiri) setelah itu, siswa akan diminta menyiapkan dan merapihkan dirinya sendiri dahulu, dalam rangka siap menjemput ilmu. Setelah itu, siswa akan diminta merapihkan lingkungan belajar mereka sendiri masing-masing seperti sampah di laci meja, sampah di bawah bangku, atau di atas meja. Dipandu teman yang paling depan untuk merapihkan barisan mereka. 

Setelah itu ketua kelas akan memimpin membaca doa (jika pelajaran pertama) dan memberi salam kepada ms Juli sebagai penutup. Buat ms Juli itulah kunci pengelolaan kelas yang benar, dimana gelombang dan tujuan mereka belajar disamakan dahulu agar bisa selaras sebelum pelajaran dimulai. Di situ sudah termasuk ice breaking nya, karakternya, religius semua sudah termasuk. Sehingga ketika selesai mereka bisa mulai belajar dengan tenang. 

Untuk matematika, ketika ms sedang menjelaskan tentu mereka harus diam menyimak, begitu juga kalau temannya presentasi materi. Kalau mereka asyik sendiri lalu apa yang mereka bawa pulang untuk dipertanggung jawabkan? Seringnya ms bilang signalnya berebut, sehingg mana yang menang? Padahal orang tuanya sudah membiayai sekolah mereka dengan mahal untuk bisa sekolah di sini, rasanya tidak layak jika yang mereka bawa pulang hanya zonk semata. 

Di kelas ms Juli, tidak akan diijinkan mereka asyik memegang hp atau ngobrol dengan temannya. Coba perhatikan, yang sudah serius di depan untuk mati-matian mengikuti dan memahami saja masih susah atau berat apalagi yang tidak memperhatikan. Selalu ms sampaikan, gampang untuk mendapatkan nilai bagus dari pelajaran ms Juli. Terpenting adalah mau berproses, bukan hanya hasil. 

Ms tidak ijinkan mereka dengan mudah mengcopy paste jawaban tanpa tahu dari mana prosesnya? Wong mie instan saja yang katanya tinggal makan tetap harus diproses bukan? Nilai itu gampang, yang penting mereka rajin masuk atau absen, tugas dikerjakan mau susah gampang judulnya mengerjakan, terakhir sikap. Sikap di sini luas, cara berpakaian, cara bersosial mereka terhadap guru dan teman, kesantunan dan keaktifan mereka di kelas akan terlihat. Benar bukan? 

Bagi ms nilai berapapun akan diinput, yang penting berproses bukan hanya untuk mendapatkan hasil semata. Itu kenapa setiap berlatih mereka diarahkan untuk berani maju ke depan, tanpa harus takut salah atau benar. Namanya belajar pasti dimulai dengan salah dululah, dengan salah mereka belajar tahu mana yang benar. Profesor sehebat apapun saja masih bisa salah, apalagi yang masih belajar. 

Kan manusia memang tempat nya salah. Berproses lah terus untuk memperbaiki kesalahan dalam belajar. Long life learner atau pembelajar seumur hidup itu penting sekali. Ini ms contohkan dengan mau terus belajar di manapun dan kapanpun. Ms lebih suka jika mereka aktif bertanya dan tidak pernah puas dengan hanya sedikit ilmu. Ms yakin setiap anak itu bisa, masalahnya MAU ATAU TIDAK.

Ms lebih suka mereka aktif bertanya dan mau belajar, daripada diam tapi ms nggak ngerti. Sebenarnya mereka bisa atau tidak? Jika maju ke depan pun ms minta mereka tidak membawa buku, karena memindahkan isi buku anak TK pun bisa. Namun, memindahkan isi kepala yang sudah dipahami ke papan tulis butuh keberanian yang kuat dan itu bisa dilatih sejak kecil. 

Itu metode ms Juli mengajar di kelas saat bersama mereka. Hampir 30 tahun mengajar kurang lebih itu yang ms terapkan. Jujur, ada figur guru matematika pak Sinaga yang menginspirasi ms Juli sampai ms bisa suka dengan pelajaran matematika. Setelah sejak SD sampai SMP ms mendapatkan guru matematika yang kurang memotivasi untuk bisa. Pak Sinaga adalah orang kedua setelah papahku sendiri. 

Papah adalah orangtua ms Juli yang menjadi alasan mengapa harus menjadi guru matematika. Keinginan beliau untuk memiliki anak yang bisa dan jago matematika begitu besar. Alhamdulillah sampai akhir hayatnya beliau melihat ms sebagai guru matematika. Walau sempat kecewa karena PNS guru tidak diambil dan mengapa harus jauh di Bengkulu. Beliau memang tidak ingin jauh dari ms Juli sedikitpun. 

Papahku yang hanya lulusan STM sangat ingin anaknya ada yang mengambil matematika sebagai spesialis mata pelajaran pegangan. Itu kenapa saat diterima di D-3 IPB Bogor dengan jurusan pendidikan matematika tahun 1990, papah senang sekali. Ah papah, andai masih hidup pasti bahagianya luar biasa melihatku kini, aku sudah eksis mengajar di matematika. 

Sayang papah mendahului keberhasilanku membuktikan keinginan beliau. Tahun 2001 papah meninggalkanku untuk selamanya. Setelah 8 bulan sebelumnya mamah juga pergi lebih dahulu. Kesedihan yang sampai saat ini sungguh tak terhingga. Merekalah alasan utama ms melakukan apapun. Walaupun kerasnya mereka mendidikku hingga seperti ini. 

Mamah yang hanya lulusan SMP dan papah SMK, tapi mampu memotivasiku hingga mampu berdiri tegar hingga saat ini. Pendidikan mereka padaku cukup membekas hingga hari ini. Semoga Allah menempatkan mereka berdua pada sisi yang termulia, aammiin yra. Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil. 

Itulah kisah perjalanan hidup ms Juli menjadi pendidik. Adalah kebahagian terbesar jika ms melihat anak didik yang menjadi penerus dalam mengajar matematika. Mengajar dengan hati, itu prinsip ms Juli. Memang dari ketiga anak ms belum ada yang mengikuti jejak mengajar matematika. Tapi nggap apa-apa yang penting mereka juga menjadi pembelajar seumur hidup untuk dirinya dan keluarganya.

Posting Komentar

0 Komentar