Menulis Semudah Bercerita, Mengalir!


Siapa bilang seseorang, Emak, dan perempuan tidak bisa menulis? Apalagi kalau merasa nggak punya bakat. Setujukah  menulis itu nggak butuh bakat? 

Ini kutemui saat menjadi mentor atau narasumber di kelas penulis pemula, atau penulisan artikel. Berdasarkan pengalaman dan perjalanan menulis, serta catatan tugas praktik peserta menulis dari nol, ternyata begitu diberi kesempatan menulis luar biasa semangatnya. 

Jangan salah, mereka yang di awal berteriak susah, nggak bisa, di akhir pendampingan ternyata tulisannya lebih banyak dari penulis profesional sesungguhnya. Mengapa? Karena euforia semangat begitu menggelora, begitu dipancing sedikit saja ide menulis yang berangkat dari keseharian mereka. Keren, kan? 

Dimulai dari menggali hal-hal keseharian yang mereka temui dalam kehidupan. Mulai bangun tidur sampai kembali menjelang istirahat malamnya. Ternyata, begitu diminta menulis 10 saja, mereka bisa menulis itu padahal baru setengah waktu yang dijalani. Misalnya kegiatan sejak bangun tidur sampai jelang sholat Zuhur, sudah 10 hal yang tertuliskan. Bagaimana sampai malam? 

Terbayang nggak Emak rempong yang memiliki anak bayi plus beberapa anak lainnya, pekerja, juga seorang istri dan perempuan dalam rumah tangganya. Mulai selesai sholat subuh, sambil masak, pegang sapu, membangunkan anak-anak, menyiapkan sarapan dan minum hangat keluarga. Belum lagi ditingkahi si bayi yang juga menuntut perhatian seakan tak mau kalah dengan kakak-kakak nya dan orang dewasa lainnya di dalam rumah. 

Begitu disuruh bercerita, wow seperti rentetan peluru yang tak terbendung lagi, dasyat. Itu mengapa kukatakan menulis itu tak perlu bakat, yang dibutuhkan hanyalah kemauan dan kesempatan menuliskan apa yang terdekat salam keseharian mereka untuk diceritakan secara tertulis. Masih ada yang ingin mengatakan menulis itu susah? Yuk, sini belajar bareng aku di kelas penulis online!


    Salam Hangat



Posting Komentar

0 Komentar