JANGAN ADA BAPER DI ANTARA KITA


Pengalaman nih, pernah nggak ya, Emak BAPER kaya ms Juli? Padahal beda pendapat, selisih, ribut, wajar ya dalam demokrasi, apalagi bila itu karena ingin memberi masukan terbaik serta kemajuan.

Soalnya ms Juli itu bukan tipe orang yang ABS asal Bos senang atau mengatakan bagus dan benar jika itu salah. Tipikal wajah dan body language ms Juli adalah kalau memang nggak suka ya sampaikan. Nggak mau dipendam, apalagi sampai marah, dendam, nggak berkesudahan. Marah sekali itu wajar, tapi besok atau lusa nanti ya sudah lupa lagi. Kalau pun menjaga ke depan lebih berhati-hati.

Soalnya ngalamin mamah yang cuma diam tapi mendam di hati. Akhirnya meninggal karena jantung nggak bisa mengungkapkan kesedihannya yang mendalam. Mashaallah cukup ms Juli yang kehilangan anak cucuku jangan. 

Tekad itu terus ms Juli jaga dan rubah mindset diri ini. Sampaikan walau pahit, sakit baik kitanya atau yang menerima, setelah itu selesai plong, lega. Memang sih nggak semua mampu dan bisa menerima sikap itu. Hanya soal teknis menyampaikan, waktu tepat, atau kelegowoan kita masing-masing  menghadapi masalah.

Seperti sulung ms Juli Abang Kemal juga begitu tipikalnya, idealis? Jangan tanya, apalagi sempat kuliah di dunia ilmu komunikasi Telkom (ssst dulu sempat ingin masuk Public Relation UI yang terkenal mahal tapi lulusannya keren). Awal-awal susah menerima masukan, Alhamdulillah dengan kuliah dan kost merantau jauh dari ibunya ini, mendewasakan dia perlahan.

Bukan berarti kami damai nggak pernah ada pertentangan, tapi semakin ke sini setelah musibah Pandemik membawa berkah mau tinggal lebih lama lagi kini di rumah ibu. Abang mulai berusaha memahami keadaan ibu dan adik-adiknya nya. Jujur bangga karena sebagai anak pertama selalu bisa dibanggakan di saat waktu yang tepat justru dia yang membela habis-habisan ibu dan adiknya. Dan Abang itu tipe yang nggak sakit hatian, kalau sudah besok ya biasa lagi.


Tapi beda dengan adiknya yang lain, bisa diam dan cemberut nggak bisa nutupin sebelnya. Nanti 2-3 hari baru negur lagi, yaaah namanya karakter. Walau satu perut beda-beda, tinggal kitanya saja menerima perbedaan. Apalagi satu pabrik, satu unit, satu gang, satu tempat pasti perbedaan. Perbedaan itu indah, Allah ciptakan berbeda untuk memperkaya kehidupan. Asal jangan dicari terus perbedaan, coba lihat sedikiiit saja persamaannya yang bikin kita melihat sisi baik seseorang.

Nah kembali ke ms Juli, apa karena ms Juli perempuan ya ... Kadang melihat teman ada yang  susah memahami bahwa bila kita berselisih apalagi karena pekerjaan adalah satu cara menyampaikan keinginan masing-masing. Bukan berdasarkan benci, tapi keinginan meluruskan, mengrisan, atau apalah apalah. Sehingga dalam pekerjaan jadi nggak profesional.

Bisa loh seruangan nggak teguran, atau melihat dengan wajah penuh kebencian. Ada yang begitu Mak? Padahal kita sudah menyapanya biasa. Maksud ms Juli, udahlah kita ributkan karena pekerjaan, pribadi kita kan nggak. Kenapa sih harus berlarut-larut ya begitu. Jadi kadang ms Juli suka gimanaa gitu kalau masuk ruangan, bertemu terus disapa atau melihat buang muka atau diam.

Sikap.ms Juli selanjutnya adalah, diam jaga sikap, menunggu perubahan, atau mendiamkan supaya nggak stress atau sakit hati. Apalagi kalau itu atasan atau bawahan kita waaah, nggak enak banget deh. Just forget and find my other activity. Mencari kesibukan lain dan menulis adalah cara ms Juli meredakan dan menjaga hati dari virus jiwa yang merusak. Membenci karena Allah dan caranya, bukan jiwanya yang dibenci.



Dengan paksu Ayah Umar juga begitu, selalu berusaha menyampaikan kalau memang nggak suka ya disampaikan. Tentu beda sebagai istri dan perempuan kapan tahu cara tepat menyampaikan, kalau ternyata belum tepat? Terjadi kemarahan dan perselisihan? Ya nggak sungkan selalu minta maaf dengan kemanjaan perempuan. Kami berdua tipe orang yang meledak-ledak dan selalu akan marah kalau belum selesai menyampaikan. Tapi kalau sudah ya selesai nggak berkepanjangan.

Wajar dengan usianya yang beda 13 tahun lebih muda, jiwa mudanya seakan menunjukkan ini loh aku. Sebagai perempuan, istri, dan ibu yang sudah kenyang menghadapi pasang surutnya kehidupan, mengalah adalah jalan terbaik. Inget kata mamah, jadilah air untuk suamimu saat dia menjadi api. Begitu sebaliknya. Inshaallah rumah tanggamu aman.

Memang mamah ms Juli 30th pernikahan. Sehingga apa yang nampak terlihat sekeras apapun perempuan, kembali sebagai perempuan Jawa. Yang tunduk dan patuh kepada suargo nunut neroko katut. Sehebat apapun kita di luar begitu masuk ke rumah, kita adalah istri, perempuan, dan ibu bagi keluarga. Alhamdulillah ... Allah menjaga dari segala kesulitan dan permasalahan.

Bukan kemudian karena menghindari ribut, malas bertengkar, malah membuat kita tertekan menahan amarah, dan lainnya. Efeknya adalah tubuhpun berdemo dan menjadi sakit. Hidup jadi tidak indah, semua terasa tak nikmat, untuk apa? Rugi sekali bukan kehidupan? Be your self and open mind. Begitu kira-kira mau menerima kelebihan dan kekurangan siapapun yang berada di sekitar kita. Apalagi serumah, bagaimana kalau kita sendiri tidak mampu di rumah, di luar? Tentu lebih parah.

Sesungguhnya pemarah, pendendam, itu adalah orang yang tidak menikmati manisnya hidup. Karana sesungguhnya manisnya hidup itu kita yang menentukan. Begitu juga ujian, musibah, dan permasalahan, kita sendirilah yang mengundangnya. Jangan menyalahkan siapapun, evadir Evaluasi diri. Mudah bagi kita menyalahkan siapapun, coba 10 jari ini mampu kah menunjuk diri sendiri jika salah? Tentu tidak pernah bukan? Ego sebagai manusia itu permasalahannya. 

Mari nikmati hidup kita walau sebentar ya manteman, jangan bawa segala masalah, dendam, atau kekesalan, bersama kita saat menghadap-Nya. Sesungguhnya nilai kita di mata Allah  hanyalah taqwa, bukan kehebatan atau kekayaan kita masing-masing. So, apa yang patut kita banggakan dan sombongkan? Mari hanya tunduk sujud pada-Nya😍😘

Posting Komentar

36 Komentar

  1. masyaallah. jarak usia yang jauh tetap bisa disiasati asal mau sama2 belajar, ya.

    BalasHapus
  2. Aku bacanya sambil ngangguk2 ms. Hhh
    Memang kuncinya sabar dan inget pesan mamah. Wkwk
    Noted sih sebagai pengingat diri, memang nggak ada yg perlu dibanggakan dan disombongkan. Toh dunia dan seisinya cm titpan. Duhlah bijak bgt ini aku tumbenan. Hhh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkwk nggaklah mbak setuju banget ms Juli

      Hapus
  3. senyum-senyum sendiri saya mba baca artikelnya, kalau saya sama pasangan udah punya komitmen kalau marahan ga boleh sampai kebawa tidur, jadi kalau bertengkar atau ada selisih paham sebelum tidur udah baikan dan harus udah maaf-maafan sebelum tidur

    BalasHapus
  4. Jangan ada baper di antara kita. Serasa baca judul novel atau lagu ��
    Betul sekali, mbak, kadang baper itu yg bikin kita repot sendiri. Mengganggu fokus & kegiatan sehari-hari. Kuncinya sebenarnya ikhlas & husnuzon aja. Percaya ada Allah yg Maha Mengetahui.
    Btw, salut sama suami yg 13 tahun lebih muda. Jadi ingat Rasulullah & Ummul Mukminin Khadijah r.a ��

    BalasHapus
  5. Setuju. Saya juga gt Mbak. Kalau enggak suka ya ngomong aja. Walau pahit rasanya, hahaha..Biar plong enggak kebawa sampai tua... Yg penting Kita klarifikasi dg baik, agar tak ada dendam diantara kita.

    BalasHapus
  6. Betul banget jangan sering-sering baper ya Mbak? Kalau saya memang harus ngomong walau agak lama juga ngomongnya. Karena kalau gondok terus bawaannya nggak nyaman di rumah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak nyaman pake banget mbak mana enak serumah gitu

      Hapus
  7. hiks, aku niy Ms, baper tapi risk avoider. jadi kalo baper milih diam, kesel sendirian sampai nanti pak suami yg nanya duluan hehehe. kalo di kantor, ada juga karakter teman yang kurang pas di diri kita, aku biasanya gak terlalu banyak ngobrol dengannya cukup tahu dan kenal tapi tak dekat hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau di sekolah nggak bisa gitu mbak harus kolaborasi kita

      Hapus
  8. Ak yg suka diem klo marah nih msJuli.. Emang jelek klo kayak gini nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah jangan mbak kalau bisa ... Inget mamah

      Hapus
  9. Masya Allah, memang begitu yaa kitanya harus sabar juga dan sebaiknya mengutarakan pendapat jangan suka dipendam. Dendam dan benci bikin kita susah bahagia. Belajar ikhlas, belajar baik sangka.

    BalasHapus
  10. Setiap orang baper, kesel itu pasti ya. Untuk terus-terusan ya tidak baik akan menjadi penyakit hati. Tapi memang harus dijaga dan berhati-hati juga dalam berbicara maupun bertindak, agar tidak menyakiti perasaan orang lain.

    BalasHapus
  11. Sepakat ama Ms Juli... emang ga boleh menyimpam dendam dan amarah di dalam hati yaa... Coz hidup juga sebentar kok ya... sebaiknya kita isi dg yg baik2 smuaa

    BalasHapus
  12. Orang yg paling bahagia emng yg legowo dan enggak memendam hal2 yg g enakin y MB
    MasyaaAllah
    Teori mudah, praktik kadang susah y MB
    Makasih udah diingatkan :)

    BalasHapus
  13. monmaap aku termasuk no baper baper club hahaha males amat sih jadi baperan, bikin pegel hati

    BalasHapus
  14. Sama miss, aku juga gitu orangnya. Kalau nggak suka ya bilang. Orang kalau nggak biasa sama aku, bawaannya jadi baper mulu. Ke orang lain aja gitu, ya apalagi ke suami. Alhamdulillah, dia lebih suka yang model begini. Nggak pusing menerka kode-kode perempuan. Wkwkwk

    BalasHapus
  15. Hmmm saya cocoknya manggil apa ya? Tetap Misjuli atau atau Ibu? Soalnya saya kayaknya hampir sebaya (mungkin tua bbrp tahun dg si sulung). Eh tapi Miss dan Ibu sama saja ya? Atau beda? Omong2 soal artikel, saya bacanya manut2. Karakter dan perasaan memang berlapis-lapis ya Bu? Saya rasa respon seseorang thd org lain akan berbeda-beda jika ngomong dan menyikapi suatu hal. Tidak semua org terbuka terhadap semua orang, begitu pun sebaliknya. Pengalaman hidup dan pelajaran yg didapatkan dari hidup dapat mengubah seseorang, baik dalam hal pemikiran maupun juga perbuatan. Errr saya ngomong apa ya? Wkwkw.

    Dari saya, yang masih belum seberapa mengarungi lautan hidup.

    Maaf kalau ada kata yang keliru, Bu. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mbak Nad sesungguhnya benar apa yang disampaikan he he

      Hapus
  16. Saya pun kadang begitu, Miss Juli. Berasa diingatkan kembali saat baca ini. Memang kadang ego yang bicara, tapi Kita juga perlu minta maaf kalau Salah. Tipe orang beda-beda, sih, ya. Makanya kadang pola pikir Kita yang perlu digeser sedikit, soalnya kan enggak bisa mengubah orang lain. Makasih remindernya, Miss

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama mbak Lia itu yang ms Juli rasakan walau kesannya berantem terus

      Hapus
  17. Saya juga tipe yang kalau gak suka bilang. Tapi ngadepin suami lebih banyak ke diam juga. Dibilangin masih gak ngerti jadinya capek sendiri. Sekarang mah hiburan dan kebanggaan ya anak2. Yang pasti gak akan ada dendam dan sakit hati berkepanjangan. Biarkan Tuhan yang menyelesaikan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan mbak say coba kembali buka komunikasi perempuan memang tempat nya kembali

      Hapus
  18. Drama keluarga lebih seru dan buat senyum sendiri ya kak. Semoga sakinah, mawadah waromah hingga ke jannah ya kak.

    BalasHapus