𝗦𝗲𝘁𝗲𝗹𝗮𝗵 𝟱 𝗧𝗮𝗵𝘂𝗻 (10)

𝘽𝙮 𝙈𝙨 𝙅𝙪𝙡𝙞

Dalam keadaan seperti itu yang terbayang olehku adalah, membayangkan santri-santri TPA dimana aku adalah kepala sekolah dan guru yang paling ditunggu di kelas setiap hari. Ya, mengaji TPA seminggu 3 kali. Lalu aku terbayang papah dan mamah, terakhir suami. Dalam lemahku, meminta Allah untuk memberikan aku hidup agar segala tugas yang kuanggap belum  tuntas bisa kuselesaikan. 

Entah berapa lama keadaan itu, tahu-tahu aku bangun di ruangan serba putih. Rupanya aku sudah di ruangan perawatan.  Di sebelah kamar eksekusi kuret. Alhamdulillah aku masih diijinkan Allah untuk melanjutkan hidup.

Belum pulih rasa sakit dan lemahku, tiba-tiba aku mendengar teriakan-teriakan yang menyayat hati. Aku kaget sekali, papah memegang tanganku dengan erat menguatkan. Suamiku sedang mengubur bayi kami. Kata papah, kami diperlihatkan gumpalan cairan darah di plastik kiloan, terlihat ada mata dan sebagainya. Dokter bilang adalah bayi laki-laki. Laki-laki, ah ke depan aku diberi laki-laki juga. 

Aku bersyukur yang pertama, bayangkan kalau menjadi yang ke-2, apa  nyaliku akan kuat untuk melakukan itu setelah mendengar teriakan perempuan setelahku itu?

Baru kemudian aku tahu belakangan, rupanya diri ini dan perempuan lainnya, dikuret oleh mahasiswa tingkat akhir kedokteran UI. Jadi kami ini adalah kelinci percobaan mereka. Pantas sakit, karena mereka belum berpengalaman. Kalau boleh dibilang mal praktik. Aku tahu belakangan dari seorang suster yang baik hati menjelaskan pertanyaan mengapa kuretnya sakit sekali. Kata suster, kalau dokter yang melakukan, lebih berpengalaman, dan pasien tidak sampai sakit-sakit.

Hanya 2 hari pemulihan, aku diperbolehkan pulang ke rumah. Aku lewati dengan kesedihan yang amat sangat dan penyesalan atas kesalahan makan sembarangan, juga kejadian angkot nabrak polisi tidur seenaknya, tapi paling penting Allah belum berkehendak. Aku lihat raut wajah mama menguatkan batin. 

“Wajar mbak, namanya kembang, gugur dulu. Nanti pasti bisa hamil lagi” kata mamah.

Banyak yang memberikan dukungan, dengan menengokku di rumah. Tapi yang paling membahagiakan adalah guru-guru TPA dan santri-santri. 

“Umiii cepet sehat, jangan lama-lama sakitnya kata mereka, subhanallah." Benar-benar jadi penguat untukku. 

Satu hari kemudian, aku pergi ke rumah sakit di Bekasi Barat. Menurut info, rumah sakit itu bagus dokternya. Alhamdulillahnya, aku bertemu  seorang dokter yang bernama Rama Chandra, keturunan India campuran Sumatera. Tutur katanya lembut, mendorongku berkisah bagaimana sangat menginginkan hadirnya keturunan. Berapa lama aku menunggu, sampai kisah kuretku ini. Dokter itu menanggapi seperti seorang ayah bagiku. Memahami keinginanku, Beliau lalu memberikan obat-obatan yang bisa membersihkan  darah tersisa di rahimku.  Agar proses kehamilan berikut lancar.

Dokter memintaku untuk kembali ke pertemuan berikut setelah obat habis. Aku sangat berterima kasih telah melayani  dengan hati dan kesabaran. Berikutnya aku benar-benar memenuhi permintaannya untuk kembali. Keinginan untuk segera hamil lagi setelah dikuret karena keguguran, benar-benar memotivasi. Aku nggak ingin setelah keguguran lama lagi, itu kenapa selalu konsultasi dan kembali ke dokter ini. 

#eventSJB
#StatusJadiBuku2
#JoeraganArtikel
#ChallengeStatus
#Nulis20hari
#Harike10

Posting Komentar

0 Komentar