𝗦𝗲𝘁𝗲𝗹𝗮𝗵 𝟱 𝗧𝗮𝗵𝘂𝗻 (2)


𝘽𝙮 𝙈𝙨 𝙅𝙪𝙡𝙞

Hal lain yang menambah amarah papah adalah, aku juga langsung dilamar teman kecil,  karena saat itu sering mengatakan padanya, untuk berhenti berteman denganku atau halalkanku melalui pernikahan. Aku kini sudah mengerti apa itu ikhtilat, setelah ikut pengajian. 

Padahal sebenarnya awalnya kami hanya berteman, tapi memang cukup akrab melebihi sahabat. Dia sudah jadi temanku sejak kelas 6 SD, karena sama-sama aktif di organisasi pramuka. Sejujurnya, aku tidak mencintainya. Aku orang yang membenci sahabat itu jadi pacar. Dia sering ke tempat kost, aku mulai merasa risih. Terkadang di pengajian, sering disindir juga sama murobbi.

Di situlah awal mula, dia meminta ke papah untuk menikahiku. Selisih umur kami 4 tahun dia lebih tua dan itu yang jadi pertimbangan papah, selain juga beda suku. Yaa, orang tuaku itu dari Jawa Tengah.  Mama sudah menjodohkanku dengan laki-laki satu sukunya, anak dari sahabatnya. Laki-laki asal Madiun yang usianya juga sama tapi  kutolak mentah-mentah, karena aku tidak suka dengan perjodohan  itu. 

Semua, seperti puncak gunung berapi yang saat itu meletus berbarengan. Artinya, dengan aku  berhijab mulailah satu persatu masalah mulai keluar dan berbenturan. Hijabku jadi perantara untuk meletus semua pada waktunya. Semua masalah diangkat, dan dijadikan  orang tua untuk menyalahkan aku.

Papah mengusirku, semua buku-buku kuliah dibuang. Mamah menangis di sudut ruangan tanpa mampu menahan amarah papah. Aku bingung, tapi tetap meminta ampun saat itu pada keduanya. Sambil tetap memakai hijab, aku pamit ke mamah untuk kembali ke tempat kost di Bogor sana, sementara air mata ini terus bercucuran mengiringi keberangkatanku. 

Hari-hari tetap kuisi dengan belajar menyelesaikan studi, dan pengajian. Banyak yang menguatkanku termasuk murobbi, teman-teman kost, dan dia tentunya. Hingga akhirnya, aku  mengambil keputusan gila untuk menikah dengan wali hakim, karena papah tetap tak bisa menerima dia untuk menikahiku. Aku tidak tahu, saat itu apakah menikah siri atau secara agama, mungkin juga nikah gantung. Judulnya, aku halal untuk menerima laki-laki di tempat kost, dan tenang menjalani proses hidayah ini.  

Selama 3 bulan putus hubungan dengan orang tua. Aku tidak berani pulang, merasa sudah diusir dan jiwa muda tak bisa menerima keadaan. Rindu ini kupendam terutama pada mamahku, juga papah yang sudah mendidikku untuk kuat melewati keadaan, walau sudah menjadi istri orang, dalam diam.

Suami berjanji akan terus menjalin silaturahmi kepada orang tua, bila mereka sudah tenang dan bisa menerima keadaan hijab sebagai bagian dari hidayah yang kutunggu. Akupun tidak pernah berhenti berdoa di setiap sujud malam-malamku. Dalam tangis, aku begitu merindukan orang tuaku. Aku sangat merindukan mereka menerimaku atas nama hidayah-Nya.

Sebelumnya, aku sangat diandalkan orang tua untuk mengatasi maslah-masalah di rumah.  Sejak kecil walau sakit-sakitan, aku selalu menunjukkan sebagai anak yang mudah ringan tangan membantu menyelesaikan masalah. Baik untuk keadaan rumah maupun  tentang saudara-saudaraku yang, papah mengakui salah didik manja dan tidak peduli keadaan orang tua. Walau posisinya anak ke-2, tetapi papah mamah selalu mempercayakan segala permasalahan keluarga padaku. Aku tahu mereka kehilangan, begitu juga aku. Tapi ego sebagai orang tua mengalahkan kerinduan mereka padaku. 

#eventSJB
#StatusJadiBuku2
#JoeraganArtikel
#ChallengeStatus
#Nulis20hari
#Harike2

Posting Komentar

0 Komentar