Ketupat Kiriman Bunda


"Ayah, lebaran nanti nggak ada lagi yang bikin ketupat seperti bunda" Balqis hampir menangis. Menyesal tak pernah mau belajar apalagi membantu bunda ketika memasak di dapur jelang lebaran. 

Ayah hanya bisa mengusap kepala Balqis menguatkan. Tak mampu berkata apa-apa lagi. Puasa ini tanpa Bunda Mila di sampingnya adalah pukulan yang menyakitkan. Covid-19 merengut kebahagiaan keluarga kecil ini dalam sekejap. Sehari menjelang Ramadhan kemarin Bunda Mila pergi tanpa sakit sama sekali, hanya kelelahan setelah membantu tetangga sebelah yang menikahkan anak sulungnya. 

Ketupat buatan Bunda itu enak dan awet, Balqis selalu suka. Ditambah opor ayam kampung dan rendang daging. Balqis selalu jadi yang pertama memakan ketupat bunda, begitu malam takbir buka puasa. Kini tidak ada lagi masakan bunda. Besok sudah lebaran, sepi tinggal berdua saja dengan ayah. 

"Assalamualaikum, ..." Sebuah salam terdengar. Balqis yang sedang termangu kaget, melihat sahabat Bunda Tante Ina dan keluarganya, sudah hadir di depan mata. Ayah menyambut bahagia kedatangan sahabat Bunda sudah seperti keluarga,  yang telah lama tidak bertemu. 

Rantang besar empat susun diserahkan Tante Ina untuk Balqis. Begitu dibuka, ketupat persis masakan Bunda tercium harum bersama opor dan Rendang. Mata Balqis basah seakan Bunda hadir di sampingnya, tersenyum melihat ketupat kirimannya lewat Tante Ina menjadi obat kerinduan Balqis. 

#day20
#TantanganMenulisRamadhan
#nurulamanahpublishing
#JoeraganArtikel

Posting Komentar

0 Komentar