"Jul, piye kabare sehat ya nduk. Jangan pulang, covid belum berlalu." Maghrib ini sebuah chat dari pakde masuk ke ponselku.
"nggih de, sehat sedanten nggih. Salam kagem bude lan adik-adik" balasku, sedih. Ini tahun kedua kami belum bisa mengunjungi orang tua di Kulon Progo Jogjakarta.
Tinggal mereka satu-satunya orang tua tersisa dari pihak mamah almarhum. Beliau kini yang mengurusi aku dan adik-adikku. Setelah mamah meninggal 21 tahun lalu. Terakhir 2019 pulang bersama ayah Umar dan anak-anak tanpa Sulungku Abang Kemal Memet. Setiap tahun adalah hal wajib untuk mudik ke orang tuaku di Jogjakarta sana, berangkat H-2 sebelum lebaran, atau malam takbiran. Paginya kami bisa sungkeman dan lebaran bersama, di Masjid Pesantren Muhamadiyah Sorobayan.
3 hari kemudian aku pamit pulang sambil mampir ke kakak angkatku mbak Jatu di Kota Jogjanya. Lalu kami turun ke Semarang selama 4-6 jam tergantung macetnya, mampir sehari ke keluarga besar papah. Bagaimanapun tetap menjalin silaturahmi, biar tidak terputus. Mudik seperti itu sejak 2017 menjadi obat dan penyambung silaturahmi keluarga mamah dan papah yang tetap kujaga.
Sayang, lebaran kali ini pun aku belum bisa mudik memenuhi oase kerinduan kami. Cepat berlalu Covid-19, kembalikan tatanan kehidupan kami sebagai mahluk sosial budaya timur penuh kekeluargaan. Aku sudah sangat rindu
#day21
#TantanganMenulisRamadhan
#NurulAmanahPublishing
#JoeraganArtikel
0 Komentar