Tiga Model Ujian Allah, dan Cara Menghadapi nya.

Assalamualaikum sahabat, jumpa lagi dengan ms Juli, ya. 

Dulu, saat menjadi pelajar atau peserta didik di level apapun, setelah melewati pembelajaran bersama team pengajar pasti akan melewati yang namanya tahapan Ujian.  Tujuannya adalah, apakah peserta didik mampu menerima dan menyerap ilmu selama ini, sehingga akankah layak untuk naik tingkat ilmu pembelajaran ke jenjang yang lebih tinggi. Sehingga peserta lulus dan kompeten ke tahap lebih lanjut pembelajaran. 

Begitu juga dengan kehidupan kita di bumi, akan ada kenaikan level ujian kenaikan tingkat keimanan. Bedanya, kalau sebagai peserta didik ujiannya berkala, diinfokan, diumumkan hasilnya, dan bisa dipelajari jawabannya dari buku atau berselancar di dunia Maya. 

Bedanya, dengan ujian Allah adalah: 

1. Bisa bermakna kita yang mengundang ujian Allah 

Surat An-Nisa ayat 79 :
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi”

Siapa yang mau mengalami penderitaan atau sebuah ujian dalam hidup? Tentu tidak ada satupun manusia yang menginginkan penderitaan dalam hidup. Namun secara tidak sadar kita melakukan kesalahan, melanggar larangan-Nya, tak mematuhi segala perintah-Nya serta belum bisa menerima ketetapan-Nya. Itu semua yang mengundang derita melalui ujian-Nya. 

Manusia memang manusia tempat nya salah, oleh karena itu teruslah berusaha untuk mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Sekuat tenaga kita mampu, jangan sampai tergelincir dalam kesalahan hanya karena nafsu ego kita sesaat. Rajinlah intropeksi diri melalui muhasabah setiap waktu. Ujian Allah itu sewaktu-waktu dan tidak ada kisi-kisinya. 

2. Bisa bermakna Ujian Kenaikan Tingkat Keimanan Manusia. 

Baqarah ayat 155 :
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”

Sesungguhnya untuk meraih tingkat keimanan yang lebih tinggi sebagai orang yang beriman pasti melewati Ujian, untuk menguji apakah kita mampu menempuh level keimananan kita yang ingin meningkat. Ketahuilah, justru orang yang beriman itu adalah orang yang rentan diuji oleh Allah Swt. Ibaratnya seperti orang yang sekolah, pasti akan menempuh ujian. 

Tentu beratnya sesuai dengan kemampuan kita masing-masing, karena Allah tidak akan pernah menguji di luar kesanggupan manusia. Jika menurut kita berat, berarti kita dianggap sanggup terpilih menghadapi ujian-Nya. Tujuan akhirnya adalah naiknya level keimanan kita, sebagai bekal saat menghadap-Nya. 
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 214)


Ada tiga model Ujian Allah dan cara menghadapinya sebagai berikut: 

1. Ujian Ringan 

Contohnya adalah: seseorang yang jarang ke masjid tergerak hatinya untuk shalat berjamaah di masjid. Tapi ketika ingin ke masjid, tiba-tiba Allah turunkan hujan. 

Jika diuji dengan hal ringan ini maka artinya  kadarnya masih ringan, dan kalau belum lulus kita akan terus di sini sampai lulus (mampu menghadapi tantangan dan rintangan), *dengan tetap Istiqomah dan komitmen.*

2. Ujian menengah 

Ujian ini sudah menyangkut fisik dan menyakiti hati dan pikiran. Misalnya: Dihina,  karena saat berniqob atau jilbab syar-i (panjang). 

Ketika berada pada level seperti ini artinya Allah sedang menaikkan iman kita pada tingkat yang lebih tinggi lagi. Bukan mahluk atau kehormatan manusia, tapi takut pada Allah atas ketentuannya yang dipatuhi. Berhadapan dengan kenikmatan dunia menggoda sebagai wanita dengan segala fitnah dunia berupa kecantikan dan tawaran bersolek yang cenderung mengundang maksiat, jika tujuannya adalah untuk pamer kepada manusia lainnya dan laki-laki apalagi yang belum menjadi muhrimnya. Harus mampu melawan, sabar, dan yakin hadiah-Nya luar biasa nikmat karena kepatuhan kita. 

3. Ujian Besar
 
Ujian ini membuat goyang hati seseorang. Ujian Allah ini membuat seseorang susah tidur, karena diserang dari banyak sisi. Intinya ujiannya paling berat. Saat harus melepas hijab untuk pekerjaan, harus mengikuti sistem salah yang tidak sesuai dengan perintah-Nya karena takut dipecat, harus korupsi atau berbohong untuk menyelamatkan atau meraih segalanya (duniawi) dengan mudah dan berlimpah kekayaan. Inilah yang disebut dengan Wara', yaitu menahan diri dari hal syubhat yang bisa jadi haram atau makruh. 

Orang yang wara’ meninggalkan perkara yang tadi ms Juli sebutkan agar tidak terjerumus dalam perkara yang dilarang. Ia hanya mau berpegang dengan sesuatu yang sudah jelas agar agamanya selamat.

Jika kita mendapat ujian ketiga ini dan bisa melewati, berarti kita luar biasa, akan diangkat pada kedudukan tertinggi dari sekian ujian yang ada. 

Seseorang seharusnya bahagia berada pada posisi ini, ikhlas terpilih dari sekian banyak hamba Allah di muka bumi. Artinya, Allah akan mengangkat derajatnya. Bersabar dan tetap Istiqomah sesuai aturan-Nya, walau pahit untuk kita tapi yang terbaik diberikan untuk kita di hari akhir nanti. 

“Allah percaya pada kamu, maka berbahagialah. Yakinlah, mustahil Allah berikan ujian kalau kamu tidak sanggup melewatinya." 

Demikian sahabat, tiga model Ujian Allah dan cara menghadapinya. Doanya kita bisa menjadi manusia yang mampu menghadapi ujian apapun, untuk naiknya level keimanan kita, serta dijauhi dari godaan agar tidak tergelincir pada dosa, kemaksiatan, dan menduakan ke-Esaan-Nya. 

Posting Komentar

0 Komentar