Al Qur'an Bukan Penunggu NuzululQur'an


Setiap mengajar di sebuah kelas cowok niee, kalau nggak boleh ms Juli bilang mantan perwalian. Ms Juli selalu melihat Al Qur'an tergeletak di meja. Sudah lebih dari 9 bulan sejak bulan Juli 2021 di lantai 2. Begitu tatap muka penuh, aku selalu melihatnya tergeletak begitu saja. 

"Mas, bacalah Al Qur'an ini, kasihan ngelihatin kita minta dibaca nih" kataku suatu waktu. 
Mereka sekelas terdiam terutama yang muslim. 

Ms Juli kebayang nih, di sini saja digratisin gimana yang di rumah? Al Qur'an inj bagus loh, mahal lagi ... duh kalau ms Juli udah tak baca terus deh, batinku. 
"Jangan nunggu kita yang dingajiin setelah jadi mayat baruuu, dibaca" kata ms Juli lagi gemes. Padahal cuma 2kali seminggu masuk kelasnya. Nggak ada perubahan, teronggok begitu saja di antara tumpukan buku-buku tugas pun tak diambil padahal guru sudah menilai. 

"Guru agama kalian siapa?" terdengar teriakan suara seorang guru disebut. 
"Owh, abi Dani Setiawan? Bagus dong, pasti dibaca kan kalau pelajaran beliau?" tanyaku lagi.
"Abi punya Al Qur'an sendiri, ms kita kalau ngaji harus pake punya beliau" jawab anak-anak. Heuuu desahku menahan sedih lagi. Memang sih sekolah umum, tapi sedih saja Al Qur'an dianggurin begitu saja. Paling nanti ketika SanLat saja baru dicari, itupun pakai hp membacanya. 

Akhirnya, karena ms Juli sering di atas, setelah salat Duha, sering kupinjam untuk membaca sambil menunggu jadwal berikutnya. Seringkali begitu. Akhirnya suatu waktu, ...

"Ms ambil dan pakai saja buat mis Juli supaya lebih bermanfaat. Karena kami jadi kepikiran omongan ms Juli. Lagi pula, Al Qur'an ini sudah ada sejak kami memakai kelas ini, nggak tahu siapa pemiliknya. Daripada di meja ini didiamkan saja dan nggak ada yang mau membaca, mis Juli saja yang make juga membacanya. Kami ikut berdosa kalau Al Qur'an ini hanya didiamkan saja." Salah seorang siswa mencoba memberanikan diri bicara, apalagi sering istirahat aku numpang baca di kelas mereka kalau mereka ke Bengkel otomotif. Lalu mereka membawa turun Al Qur'an itu di mejaku di ruang guru. 

Di sekolah ini memang rasanya banyak siswa berkelebihan. Barang tertinggal seringkali tak diakui, padahal jelas-jelas tahu pemiliknya. Tapi yang punya santai, seolah tak merasa. Sering kali sebagai panitia menemukan barang sampai harus diplastikin, tapi sampai setahun dua tahun tetap tak ada yang mengakui. Sering kuberikan ke OB agar bisa bermanfaat. Begitu juga dengan sajadah, Al Qur'an, atau mukena dan peci selesai SanLat atau kegiatan menginap di sekolah. Tetap tidak ada yang mau mengakui. 

Nah Al Qur'an ini  juga sudah kutawarkan untuk membaca bersama dan mengajari mereka membaca, tapi karena alasan waktu seringkali ms Juli hanya bertepuk sebelah tangan. 

Akhirnya, di Ramadan ini Al Qur'an itu jadi teman mengajiku setiap waktu. Jujur lebih enal dan cepat membacanya dengan rambu-rambu baca yang jelas, juga hurufnya lebih besar. Walau nggak pake kacamata, tapi dengan tulisan besar memudahkan aku membacanya. 

Sudah sejak masuk 10 hari kedua, aku mulai ngebut ngajinya, sebelum masuk Ramadan masih stag di juz 24. Alhamdulillah begitu 10 hari pertama berakhir bisa khatam. Kini di hari ini alhamdulillah sudah mengejar lagi masuk juz 5, subhanallah pengaruh Al Qur'an ini? Bisa jadi. Nyaman banget. Memasuki malam Nuzulul Qur'an bosterku bertambah. Tahun lalu? Heuu sibuk sendiri dengan dunia tak henti, kini sampai hari ini entah karena banyak di rumah bisa memanfaatkan waktu untuk bisa mengaji lebih banyak lagi. Akankah setelah malam Nuzulul Qur'an nanti aku bisa mengkhatamkan lagi, wallahu alam bishawab.

#day13
#TantanganMenulisRamadan
#NurulAmanahPublishing
#JoeraganArtikel

Posting Komentar

0 Komentar