Syawal Adalah Gerbang Keistiqomahanku


Membayangkan sebentar lagi Syawal, artinya kemenangan umat muslim sebentar lagi tiba. Sedih rasanya bila teringat orang tua dan kakak sulung yang sudah pergi meninggalkan ms Juli dan adik-adik lainnya. 

Mamah Papah sejak tahun 2000, dan kakak sejak Januari tahun 2019. Merekalah pelengkap Syawalku untuk sejenak rehat pulang menemui. Terutama mamah papah, meraih keberkahan Keramat rida Allah melalui keduanya, walau hanya bisa bertemu setahun sekali. Satu sisi bahagia karena mereka meninggal di waktu berdekatan begitu juga kuburan keduanyapun, berdoa kelak di syurga Mamah Papah dipertemukan kembali. 

Syawal memang nggak melulu tentang pulang atau mudik, kemenangan lain masih bisa teraih. Silaturahmi dengan tetangga di perumahan adalah kemenangan, apalagi yang selama ini penuh dengan kesibukan terkadang di hari Syawal, baru mendapat kesempatan bersilaturahmi. Terlebih tahun ini cuti bersama lumayan panjang. Di gang perumahan ms Juli yang sudah dihuni sejak 2009 setelah salat Iedul Fitri biasanya kesempatan buat saling bermaafan sejak mulai di masjid sampai kembali ke rumah biasanya sepanjang jalan kami terus bersalam-salaman menyambung silaturahmi kenal atau tidak. 

Selama mereka muslim dan muslimah yang merayakan serta salat Iedul Fitri kami akan saling bermaafan. Kadang kamipun masuk ke semua rumah menyalami penghuninya, walau mereka tidak menjalani Syawal. Tapi itulah kekuatan dan keindahan Iedul Fitri, dirasakan kegembiraannya oleh semua penghuni perumahan terutama di gangku ini. Itu kenapa ms juli nyaman, tak terasa 13 tahun sudah sejak terdampar betah tinggal si sini. Sebelumnya di gang lain sejak 2007 bulan september, Alhamdulillah. 

Umumnya di kota besar ini sudah tidak ada lagi tradisi Syawalan, lebaran Ketupat setelah 6 hari berpuasa Syawal. Kalau di kampung halaman kelahiran kedua masih terasa, begitu juga orang tua angkat di Gunung Kidul Sorobayan Yogjakarta. Tapi kan ms Juli dan keluarga nggak mungkin mudik selama itu apalagi sampai harus menunggu Lebaran Ketupat. Masa itu pernah mis Juli lewati di tahun 2000-2003 saat kami hijrah di Semarang, setelah terpukul kedua orang tua kandung pergi meninggalkan kami selamanya, menyambung tali silaturahmi keduanya yang kebetulan asli Semarang dengan keluarga besarnya masing-masing. 

Terlalu indah cerita periode itu saat merasakan Lebaran Ketupat setelah 6 hari Syawal sehingga bisa menuntaskan bersama. Kala itu ms Juli tinggal di Krapyak perbatasan Semarang dan Bandungan jika kita mau ke Jakarta, pasti melewati tempat tinggalku di sana. Kalau di sini setelah 6 hari puasa Syawalku, ya sudah beraktifitas kembali dengan kesibukan. Terkadang 6 hari nggak bisa utuh apalagi jika harus menerima tamu, atau beranjangsana silaturahmi ke tempat lain. 

Tapi apapun, Syawal buatku adalah kemenangan sekaligus gerbang untuk masuk ke 11 bulan setelah Ramadan untuk menjaga tetap istiqamah. Setelah sebulan penuh rutinitas baik dan terbaik ibadah dirapihkan, dibersihkan, serta dibiasakan kembali. Terkadang tidak dapat dipungkiri, seakan dunia tak pernah habis dan berhenti kesibukannya. Sementara godaan melalaikan dan melupakan sang Maha Pencipta begitu kuat menyenggol kekonsistenan beribadah. 

Ijinkan ya Allah, aku terus bisa Istiqamah dan menjalani ibadah, karena sesungguhnya Kami, mahluk daif-Mu yang membutuhkan Engkau selalu hadir menemani perjalanan hidup kami hingga pulang nanti ke kampung Akhirat-Mu. Aammiin Allahumma Aammin🙏😭

#day18
#TantanganMenulisRamadan
#NurulAmanahPublishing
#JoeraganArtikel

Posting Komentar

0 Komentar