Hidup Adalah Sebuah Kompetisi

Assalamualaikum sahabat, pagi ini Mis Juli terinspirasi untuk menulis tentang KOMPETISI, setelah menonton youtube sebuah acara yang digagas oleh Media TV Kompas pak Anies Baswedan sebagai aktor utamanya. Mis Juli nggak akan bercerita tentang isinya, tapi sebuah cuplikan kata-kata beliau yang menyampaikan tentang sebuah kompetisi dalam politik. Tapi justru mengilhami seorang Mis Juli tentang arti kompetisi dalam hidup. 

Begini, jika hidup ini adalah sebuah kompetisi, normal jika ada yang berusaha dengan segala cara memangkas, menjegal, menghentikan, ya itulah sebuah kompetisi. Walau agama tidak mengajarkan hal itu. Tetapi ini lah faktanya. Jangan cengeng dan berharap orang tidak melakukan itu bahkan sampai berkeluh kesah. Biarkan saja. Jika kita benar sesuai jalan-Nya kenapa harus takut, bukan benar di mata manusia. Apapun kebaikan kita takkan pernah memuaskan manusia. Benar saja kita salah, apalagi salah.


Alqur'an adalah panduan berkehidupan yang Allah ajarkan dan Rosul contohkan. Cukup berpegang teguh pada keduanya, nggak akan melenceng. Tapi kalau manusia yang dijadikan sebagai panduan kebenaran, sementara ada milyaran manusia dengan segala watak dan sifatnya berbeda, tentu tidak akan kuat dan muat otak kita memenuhi tingkat kepuasan dan kebenarannya.

Seperti halnya lukman dan anaknya bersama keledainya, mau di sudut apapun selalu salah kata manusia. Lukman naik keledai salah, anaknya naik keledai salah, lukman dan anaknya naik juga salah. Keledai nggak dinaiki juga lebih salah, lalu gimana dong? Nah kan ga jelas panduan kebenaran manusia. Coba deh panduan Allah dalam Al-quran, cukup jelas. Jauhi yang dilarang, lakukan yang diperintahkan Allah dalam Al-Quran. Dan rosulullah sudah mencontohkan nya, tinggal kita memilih mau atau tidak melaksanakan nya. Its simply.

Sejak kita lahir saja sudah berisiko berkompetisi. Ketika kita dilahirkan sudah berkompetisi dengan ribuan milyar sel sperma dan ratusan sel telur. Dimana ketika keduanya bersatu sebagai pasangan yang Allah takdirkan terjadi pembuahan, kita sudah melewati proses kompetitor kehidupan.

Mau jadi apapun posisi kita, dalam proses di universitas kehidupan, jangan cengeng. Lewati saja prosesnya harus siap menghadapi pro dan kontranya. Nggak usah bingung. Allah adalah sang Maha desain yang sudah menyiapkan segala perangkat dan peranti yang akan dibutuhkan ketika akan menciptakan manusia. Dalam 7 hari penciptaannya  dunia dan perhiasannya telah Allah pasangkan sebagai wadah penciptaan manusia-manusianya. Jadi yakinlah, Allah ciptakan kita sudah dengan seperangkat semua hal yang melekat yang akan menjadi modal untuknya hadir dan hidup di dunia. 

Selesaikan saja perjalanan hidup kita dengan skenario dan acting terbaik. Jadilah pemenang kehidupan. Pemenang kehidupan adalah orang yang memulai dan  menyelesaikan hidupnya sampai garis finis kehidupannya masing-masing. Bukan mereka yang mendapatkan piala, medali, atau apapun label kemenangan lainnya. 

Melibatkan Allah dalam setiap kehidupan, dan cari tahu sunahnya Rosulullah Muhammad Saw dalam kajian, pelajaran, buku-buku, atau apapun. Meminta kepada Allah agar kita menjadi manusia yang Dia mau bukan seperti yang kita mau. Apalagi mencontoh manusia-manusia sukses yang justru Allah lah penciptanya. Kita mungkin bisa mencontoh kesuksesan mereka, tapi kita nggak bisa mencontoh atau mengcopy paste rezeki kesuksesan mereka. Masing-masing kita sudah terukur dan tertakar rezekinya, jadi ... pakai saja ukuran dan takaran Allah. Kembali lagi, meminta kepada Allah agar kita menjadi seperti yang DIA mau, jangan lepas sekejappun.

Seperti Allah firmankan dalam Al-Anfal Ayat 20

Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, yakni buktikan keimananmu dalam sikap dan tingkah laku, dan janganlah kamu berpaling sedikit dan sesaat pun dari-Nya, padahal kamu mendengar perintah-perintah-Nya yang disampaikan kepadamu, Allah menyeru orang-orang mukmin agar menaati Allah dan Rasul-Nya.

Siap berkompetisi dalam kehidupan? Berkompetisilah selalu dalam kebaikan, karena Allah ciptakan manusia untuk kebaikan bukan keburukan. Wallahualam bishowab, tafaddol. 


Posting Komentar

0 Komentar