Menjadikan Siswa Suka Matematika Sejak Dini

   

  Diambil dari : http://www.igi.or.id/content/data/upimages/ilustrasi_matematika.jpg

Pada dasarnya amatlah mudah menjadikan anak untuk suka matematika. Diawali sejak kecil kita melibatkan anak dengan segala yang berbau hitungan. Sejak mereka kecilpun kita sudah mengajarkan hitungan. Seperti angka 1-10 saat menghitung jumlah mainannya. Atau saat mengajak bermain menghitung semut ataupun cicak atau binatang yang ada disekitar kita. Saat memisahkan cucian bajupun kita bisa mengajak mereka bermain sambil membantu kita. Terbiasa menghitung yang berada disekitar mereka. 


Ketika memasuki usia TK biasanya anak makin suka berhitung , terlebih dengan majunya teknologi saat ini banyak sekali permainan angka hitungan yang menambah semangat anak berhitung. Pernah saya bekerja disebuah SD Swasta yang juga ada TK nya dimana salah seorang gurunya selalu melibatkan anak untuk berhitung terhadap apa saja yang ada disekitar anak tersebut. Dari mulai menghitung jumlah temannya dikelas,menghitung jumlah benda dalam gambar , menghitung jumlah guru dan masih banyak lagi yang diselingi dengan nyanyian dan pelajaran tambahan 2 bahasa. 

 Mulai dikelas satu sampai kelas 6 adalah masa keemasan anak tentu perlu kerjasama yang baik antara guru orang tua dan siswa. Pengalaman saya mengajar matematika di kelas 2 SD selama 2 tahun , adalah tidak menganggap mereka anak kecil yang harus selalu dimanja. Mereka akan senang sekali kalau mereka dianggap sudah dewasa dan diberi tanggung jawab . Diawal masuk kelas wibawa amatlah penting. Usia seperti mereka terkadang masih menganggap guru adalah idola mereka. Bahkan perkataan guru mereka dikelas sering menjadi kata sakti untuk bicara kepada orang tuanya dirumah. Kata bu guru,...caranya seperti ini. Jadi , seorang guru matematika dikelas itu punya modal yang bagus dan harus berhati-hati dalam memberikan ilmu matematika. Salah sedikit , yang terjadi justru fatal mereka akan membenci matematika seumur hidup mereka. 

Selanjutnya setelah memperkenalkan diri , hal berikut yang saya lakukan adalah memberikan peraturan saat saya akan memberikan ilmu pelajaran matematika , misalnya : 
1. Mis mau ( Kebetulan disekolah saya yang lama semua guru dipanggil miss ) Buku paket kalian
disampul plastik bening yang tebal. Kita akan belajar selama 1 tahun. Supaya buku awet dan
kalian juga senang kan kalau bukunya rapih terus. Kalau bukunya lecek robek-robek , pasti
tidak mau kan . ( Menanamkan kesadaran rapih sejak awal )

2. Buku tulis yang harus disiapkan sebanyak 3 buah. 1 untuk PR/ tugas dirumah , 2 untuk latihan
dan 3 untuk buku QUIS. Saya biasanya sering memberikan quis sebanyak 4-5 buah soal untuk
mengetahui kemampuan mereka sudah meningkat atau belum. Dan biasanya saya minta diberi sampul asturo dengan warna yang berbeda. Dan untuk Buku quis ditinggal disekolah dan akan
diperlihatkan kepada orang tua per 3 bulan saat mengambil raport, untuk mengetahui sejauh mana
peningkatannya. 

3. Miss mau kalau miss sedang menerangkan tidak ada yang tengok kiri , kanan atau asik menulis /
menggambar sendiri. Atau ngobrol. Kalau tidak miss tidak akan mengajar. Walaupun biasanya tetap saja namanya anak-anak pasti ada saja yang dibicarakan. Tapi kalau kita konsisten mengingatkan mereka, itu juga jadi ajang mereka untuk melatih fokus . Biasanya teman-temannya juga akan merasa terganggu dengan sikap mereka. Terlebih yang sudah merasa asyik saat belajar matematika. Dan sikap belajar disiplin itu biasanya melekat selama setahun belajar matematika dengan saya 

Dengan peraturan yang jelas mereka akan mengerti bahwa belajar tanpa disiplin yang konsisten pasti tidak akan membuahkan keberhasilan. Dan saya biasanya menjelaskan alasan mereka mengapa harus seperti itu. Dengan membandingkan cara belajar yang rame dan yang hening atau fokus tentunya lebih baik hening walau itu hanya 10 menit. Jadi ada yang dibawa pulang kerumah ilmunya dan saat ada tugas justru siswa itu sendiri yang akan menjelaskannya ke orang tuanya. Setelah itu biasanya saya sosialisaikan peraturan itu ke orang tua mereka berikut no telpon saya yang bisa saya hubungi untuk membangun komunikasi . 

Saya juga selalu mengajar dengan suara yang keras dan tegas saat menerangkan, jadi siswa tidak ada yang sempat mengantuk atau bermain-main saat pelajaran. Tapi saat latihan saya bisa bersikap unik. Terkadang saya ajak menyanyi , bicara dengan bahasa iklan di TV atau apapun untuk mencairkan suasana , Itu yang membuat mereka rugi kalau tidak masuk sekolah karena malas atau apapun, kecuali mereka sakit . Awalnya orang tua banyak yang complain di bulan pertama. Tapi setelah ada peningkatan kemudian saya jelaskan saat pembagian raport ( Itulah saat komunikasi dengan orang tua). Mereka mengerti, bahkan justru mendukung. Karena kebanyakan orang tua menghendaki apa yang mereka tanamkan dirumah itu sejalan juga dengan dikelas. Biasanya permasalahan itu terjadi pada anak tunggal atau manja . Namun kalau itu kita komunikasikan terus menerus dengan perkembangan yang cukup signifikan seperti anaknya justru lebih mandiri dari pada yang dikhawatirkan orang tuanya secara berlebih. 

Cara lain juga adalah biasanya saya menggunakan agen belajar, misalnya saat saya menerangkan itu biasanya hanya beberapa persen yang cepat menangkap , untuk selanjutnya setelah latihan , mereka yang cepat selesai dan mendapat nilai ( biasanya saya selalu bertanya Who the first...you get plus point sambil kemudian diterjemahkan ke bahasa indonesia juga ) Biasanya siswa berlomba-lomba. Setelah itu saya langsung instruksikan untuk yang sudah membantu temannya yang masih kesulitan dengan tak lupa berkata , caranya ya yang diajarkan bukan jawabannya. Bukunya disimpan dulu di tas ). Biasanya hal itu menjadi resep ampuh dan mereka pun senang bisa menjadi guru bagi teman-temannya. Untuk mereka yang diajarkan tentu lebih senang karena selain mereka lebih mengerti bahasa teman juga tidak merasa sunkan. Sehingga tidak kaget kalau biasanya nilai matematika dikelas itu bisa merata kepintarannya. Sebenarnya dengan hal seperti ini justru meringankan tugas kita sebagai guru. Tidak ada alasan untuk siswa yang kurang, karena mereka tidak malu untuk bertanya kepada tutor teman sebaya, kalau masih sulit biasanya saya garap sendiri tentunya dengan bahasa yang lebih simple dan lebih mudah dimengerti oleh mereka. 

Pemberian nilai yang rutin itu juga jadi pemicu semangat mereka. Artinya jangan pernah malas untuk memberi nilai baik tugas maupun latihan. Selama 7 tahun saya memegang matematika SD alhamdulillah tingkat kepuasan pasti tercapai dimana indikatornya adalah nilai mereka pasti meningkat dan sekecil apapun peningkatannya pasti diberi apresiasi oleh saya entah dengan nilai plus, permen/coklat atau uang 1000 rupiah bila mereka memperoleh nilai tertinggi dikelas saat quis atau ulangan harian. 

Mengajar matematika dengan tehnik memudahkan pemahaman siswa juga itu saya lakukan. Sehingga soal sesulit apapun selalu saya saya buat mudah untuk mereka. Kalau kita tidak memudahkan siswa , matematika itu sudah sulit untuk mereka, kalau caranyapun juga sulit bagaimana mereka jadi senang untuk belajar. 

Sejak itu gaungnya adalah saya guru matematika. Jadi walau sudah tidak jadi murid pun saya tetap dicari oleh mereka berupa les. Murid les saya ada yang saya pegang sejak kelas 5 SD sampai kelas 3 SMA sekarang. Kuncinya itu, banyak jalan menuju Roma yang penting nyampe. Artinya banyak cara matematika, yang penting mereka mengerti. 

Hal terakhir tentunya , selalu mengasah ilmu matematika dengan rajin mengikuti seminar matematika atau motivasi. Karena sebenarnya siswa tidak butuh guru pintar , tapi tidak bisa transfer ilmu. Tapi kalau guru itu biasa tapi mau belajar dan diajari serta bisa mentransfer ilmu itu yang luar biasa. Saya sendiri dirumah mengajar 80 siswa SD-SMP dan SMA. Saya juga Dosen Pendidikan matematika. Dengan lintas ilmu hal itu cukup menguntungkan saya untuk terus mencaharge ilmu saya. Semoga hal ini bisa jadi sharing ilmu untuk semua guru matematika . Mengajarkan ilmu Eksak yang sejak awal mereka suka itu akan jadi bisa karena cara kita mengajar menyenangkan untuk mereka dan itu berimbas kepada cara mereka belajar di pendidikan selanjutnya.

Posting Komentar

1 Komentar