Terkadang Kontributor Karakter Buruk Anak/ Siswa adalah kita, sadarlah !!



Cukup lumayan keras ya judulnya , he he bukan terbawa oleh suasana hati hari ini yang sedikit mengalah dengan seorang teman sejawat yang mengedepankan emosi untuk menyelesaikan masalahnya denganku . Mungkin dia sedang lelah, atau mungkin sedang DPT BGT itu kalau anak-anak SMKku mengatakannya kepadaku bila aku sedikit ngomel dikelas akibat ketidak disiplinan mereka sendiri sih sebenarnya. Atau , atau kemungkinan penyebabnya yang lainnya . Biarlah hanya Allah dan dia yang tau waks ! Cukstau aja kale , he he bahasa apaa lagi ini aku kadang kadang aku jadi ikut sedikit terbawa bahasa gaulnya anak-anak SMK ku. Kembali lagi ke topik , kenapa saya berkata seperti itu ? karena aku jadi teringat film yang mbak Puti IGI putar di TWC 3 kemarin tentang seorang anak yang cerdas sebenarnya bagaimana dia menutupi kelemahannya untuk tidak membaca dengan cara menghafal / meniru jawaban temannya sampai dia kelas 5 , dan guru-gurunya tidak menyadari itu .


Lebih parahnya lagi dimulai dikelas 1 gurunya , sebenarnya tau kalau gadis kecil ini punya kesulitan dalam membaca , tapi beliau tdak mau pusing , dan bahkan parahnya tidak member kesempatan untuk dia mengungkapkan kekurangannya dengan cara melewatkan si gadis itu saat membacanya terbata – bata . Hingga guru kelas 5 nya baru menyadari kalau gadis ini punya masalah belajar …walau hitungannya sudah terlambat.

Yang ingin aku sampaikan adalah hal seperti itu sebenarnya sangat akrab dan sering terjadi dilingkungan kita , Lingkungan pendidikan yang , katanya adalah untuk mencerdaskan anak bangsa . Miris sebenarnya , tidak hanya latar belakang orang tua yang salah , tapi sering juga ada sebagian dari teman – teman sejawatku seperti guru dan dosen yang mengajar / mencetak calon guru jadi kontributor sikap buruk / bullying , contohnya saja ya itu tadi diatas yang aku ceritakan dari film , contoh lainnya adalah seperti peristiwa lainnya ( Hari ini he he ) ketika ada perdebatan tentang permasalahan yang belum dicari titik temunya , tapi rekan dosenku sudah teriak – teriak didepan rekan lain dan mahasiswa , Hadeeeeh dosen ini memang terkenal sekali dengan temperamennya yang suka teriak teriak dan marah marah dengan siapapun , padahal perempuan , sudah sangat senior bahkan ( sudah bercucu maksudnya wkwkwkwk ). Tapi mengapa tidak mengerti kalau dia itu termasuk jajaran dosen yang ditugaskan untuk mencetak seorang guru yang harusnya berkarakter kuat untuk menjadi model bagi murid muridnya . Lah kalau dosennya seperti ini ? gimana calon guru / guru yang didiknya ? bukannya sama seperti korupsi dimana terkadang kita ini pendidik / orang tua juga kontributornya ? Aduh kalau aku ingat ? mahasiswaku calon guru yang mudah sekali nyontek saat ujian ? terlambat saat ujian ? atau aku ( harus kuakui ) , mungkin juga teman – teman guru lainnya ( maaf ) , belum waktunya KBM selesai sudah keluar , meninggalkan kelas karena rapat baik dinas atau internal , yang merokok didepan siswa ( ga semua sih ) .

Nah hal –hal seperti itu yang sering tidak kita sadari sebagai seorang pendidik . Aku ingat saat PLPG sertifikasi di UNJ th 2011 saat itu masih hangat kasus Gayus ( atau Jayus ya hadeh moga moga bukan karena PDIP ya ) , dosenku mengatakan “ Wajah bangsa hari ini , adalah cermin kita sebagai guru di masa lalu “ . Masyaallah , berarti torehan kita hari ini juga akan jadi lukisan mental dan moral bangsa kita nanti kedepan . Terkadang aku sering tercenung , apa yang membuatku tetap bertahan menjadi pendidik hingga 23 tahun ini ? padahal aku sering terkenal dengan idealis dan disiplinnya , tentang sikap nyontek , kebersihan , bahkan moral anak didikku yang sudah semakin vulgar dalam pergaulannya dengan lawan jenisnya . Bahkan ada muridku yang mengkritikku dengan mengatakan , mis kalau motivasi/ nasehat soal pergaulan itu jangan gambling bingit kenapa sich ( nah loh keluar lagi gaulnya ) , begitu katanya , padahal aku sudah geregeeeet banget , wong yang sudah gamblang saja masih belum berubah , apalagi kalau hanya tersirat saja ? Jadi kita sadari atau tidak , pendapatku mengatakan kita ini sebagai pendidik punya peranan penting untuk merubah atau merusak karakter bangsa .

Tidak semuanya sih maaf , aku yakin masih banyak pendidik lain yang sangat perduli dengan karakter anak didiknya , tapi terkadang , system baik negri maupun swasta , kebiasaan , permasalahan dirumah , tekanan pekerjaan atau dinas pendidikan soal admin guru itu terkadang menjadi bagian yang membuat pendidik jadi kontributor karakter buruk atau pun bullying sikap dan kata kata selain orang tua dirumah . Sehingga tidak heran sikap bullying kata kata dan sikap itu menjadi hal yang biasa atau kewajaran bagi seorang anak / peserta didik sekarang . Terlebih , keadaan dalam keluarganya juga ikut mendukung . Lalu , sebagai pendidik , bagaimana kita harus bersikap sebenarnya ? Aku belum menemukan kata baku atau kata kuncinya sebagai solusi bersama , tapi paling tdak aku sudah berusaha mulai dari rumah , mulai dari anak anak kandungku dan anak didikku sendiri selama ini . Tapi rasanya belum merasa maksimal .

Posting Komentar

1 Komentar