Belajar Menjadi Seorang Ibu dari 3 Jagoan yang Sedang Beranjak Dewasa


Memiliki tiga orang jagoan yang semuanya mulai beranjak dewasa,  bukanlah hal yang mudah. Sebagai seorang ibu sekaligus seorang guru disekolah, dan di bimbel yang sudah berpengalaman hampir dua puluh tahun didunia pendidikan, bukan jaminan kalau aku mampu melewati masa-masa kritis mereka. Dijaman tehnologi yang serba canggih, dan lingkungan yang begitu mempengaruhi keadaan perkembangan masa pencarian jati diri ketiga anakku.

Aku sadar, dengan dua profesi sekaligus, terkadang ada dua sisi mata hati yang jujur EGO sering ikut bermain. Antara keinginanku sebagai orang tua sekaligus keinginanku sebagai pendidik. Aku tidak ingin terpasung diantara dua hati tersebut, tapi entah kadang syaiton sukses menjebak emosiku, sehingga sering aku beradu argumen dengan mereka, yang ujung-ujungnya membuat dinding gap antara aku dan mereka. Beruntung aku mempunyai seorang suami yang mengerti sekali dan tentunya punya pengalaman yang sama dimana dia bersama dua kakaknya melewati masa-masa mudanya dengan suka dan duka bersama. Dibanding aku yang memiliki dua saudara perempuan, tentunya aku perlu belajar menata dan mengatur hati, agar disaat labil ini, mereka tidak menjauh dariku.

Entah karena boring dan cape ribut dengan orangtua, yang tidak mengerti dengan perkembangan anak muda jaman sekarang. Seperti yang saat ini banyak terjadi pada umumnya anak muda jaman sekarang. Terkadang aku ngeri membayangkan hal-hal buruk yang akan terjadi, bila aku tidak mengambil pihak yang mencoba menjadi teman mereka, artinya ketika aku besebrangan jalan dan pendapat dengan mereka,  justru bukan keuntungan yang kudapat,  tapi kerugian dari dua belah pihak. Diawali dari sulung ketika melewati puber pertamanya dikelas tiga smp,  mulai terus sms-an tiada henti sampai sembunyi-sembunyi. Ber sms-an ria ketika tengah malam tiba. Aku dan suamiku mencoba untuk duduk bersama berdiskusi, alhamdulillah...lewat babak pertama.

Selanjutnya babak ke dua diakhir kelas dua SMA dan awal kelas tiga SMA, dimana dia akan menghadapi ujian Akhir Negara nantinya, sebagai puncak perjuangan dia belajar selama 12 tahun. Entah secara tidak sengaja sebuah bungkus rokok jatuh dari tasnya, ketika kutanyakan dia berdalih macam-macam dan marah kepadaku yang terlalu usil untuk bertanya. Dan aku harus menghela nafas panjang untuk menahan sabar..karena kutahu ayahnya tidak merokok dirumah dan berusaha berdiskusi dengan para jagoan bahwa rokok itu bukan alat pergaulan yang baik untuk mereka. Sekali lagi alhamdulillah kami bisa duduk bersama kembali. Ya allah kuatkan hatiku untuk terus belajar..setelah ini apalagi ??? aku menunggu dengan dag dig dug .

Hingga kini, aku masih melewati episode episode berulang masa pendewasaan dua jagoanku yang lain. Setiap pribadi mereka unik dengan segala kelebihan dan kekurangan. Serta bakat dan talenta mereka yang terus kudorong untuk mencuat dan menjadi bekal mereka kelak sebagai laki laki dewasa.  Dan aku belajar dari setiap peristiwa dan moment moment spesial bersama mereka. Tak ingin aku melewatinya.

Griya Tambun , 2011. . Kenangan saat bersama almarhum ayahnya

Posting Komentar

3 Komentar