Mengajar Itu Menyenangkan , Apalagi dengan Keihlasan


Malam ini sebelum istirahat, sejenak aku teringat pada sesuatu yang aku kangen sekali untuk mengulanginya. Th 2005- 206 aku sempat 2 tahun memegang kelas 2 SD disebuah sekolah swasta. Awalnya aku mengajar MTK-IPA untuk kelas 5, krn tahun kemudian anakku kelas 6 aku minta ke kepsek agar aku diijinkan untuk mengajar pagi , dan aku diberi tugas memegang kelas 2 , Jumlahnya sekelas ada 35 siswa.

Awalnya aku kaku sekali, maklum terbiasa mengajar SMA ( aku sempat honor di SMA-SMK negri , tp beruntung aku punya 3 anak laki2 yang super dirumah jadi pengalaman itu berusaha kuterapkan). Awalnya aku memperkenalkan diri dan membuat peraturan bersama. di minggu pertama aku berusaha tegas dan tarik ulur dengan mereka. Alhamdulillah, walau hampir setengahnya anak anak bermasalah baik dengan sikap maupun akademisi keadaan masih terkendali.. Aku pegang 6 pelajaran, dulu belum ada tematik. Yang kupegang pelajaran IPA-IPS-PKN-SBK-B.Indo-MTK , bagiku yang terpenting adalah keadaan kelas mantap terkendali dulu. Awal mid semester sulit sekali penyesuaian diri mereka, ada anak yang tidak bisa diam maunya jalan-jalan, ada yang aduuh kurang perhatian...sukanya malakin teman-temannya seperti preman, Ada yang sudah suka ngegenk karena satu les dan maunya duduknya ngumpul.

Aku mencoba diskusi dengan guru kelas satu seniorku . Cukup bagus sarannya. Setelah Mid Semester satu aku buat yang pintar dibarisan pertama , barisan ketiga berisi anak yang kurang sekali dan ada dihadapanku , dan barisan yang ke-dua bagi anak yang sedang, aku coba hingga semester pertama berakhir. Saat mengajar matematika dengan suaraku yang keras hingga kebelakang, tidak ada anak yang suka mengantuk , karena aku tegas sekali kapan waktu bercanda kapan serius. Sejak awal kulatih mereka untuk tertib dan disiplin. Tapi saat SBK aku sering sekali mengajak anak2 untuk menyanyi atau sebelum pulang sekolah .

Saat matematika, mereka yang cepat bisa kujadikan agen agen ku untuk mengajarkan teman temannya yang pintar. Aku tidak pernah telat untuk memberi nilai karena aku tahu mereka akan senang dan terpacu bila selalu dinilai gurunya. Setiap akhir bulan di hari jumat kami selalu bertukar makanan yang mereka bawa dari rumah. Saat istirahat aku selalu dikelas menemani mereka makan dan bermain. Terkadang aku diskusi bersama mereka. Lucu loh mereka minta aku untuk menyuapi, menguncir rambut mereka...hihi karena aku tidak punya anak perempuan aku terimakasih sekali bisa menguasai hati mereka seminggu 5 hari .

Pada saat mereka tidak bisa diatur , aku juga terkadang memarahi mereka lalu kuajak mereka berfikir seperti anak yang sudah besar. Ternyata mereka suka, mereka tidak dianggap anak kecil yang tidak tau apa apa. Saatnya pengambilan raport tidak kusangka orang tua datang semua, rupanya menurut anak-anak mereka , aku ini galak tapi menyenangkan. Ya ada juga orang tua yang protes , tapi alhamdulillah berhasil kuberi pengertian . Alhamdulillah juga ternyata nilai mulai terdongkrak lumayan. Dari tiga kelas ternyata kelasku yang paling tinggi nilai rata-ratanya. Aku bersemangat sekali dan masuk semester 2 aku tau diujungnya ada perkalian. Wah aku tau kalau aku tidak sukses, repot dikelas 3 nya nanti.

Dengan perjuangan aku coba di 2 bulan terakhir mereka harus hafal perkalian 1-5 dan perkalian 6 keatas kuajarkan jarimatika. Sampai mereka aku sedikit mengancam bahwa aku tidak akan menaikkan mereka bila tidak hafal perkalian . Sering aku tanya jawab sebelum pulang , Lumayan akhirnya berhasil juga karena itu modal mereka untuk belajar pengukuran seperti km ,ton dsb. Sampai aku buat hafalan 1 kg 2 pon, 1 kg 10 ns, 1 pon 5 ons. 1 kg 1000 gr, 1 ons 100 gr , 1 pon 500 gr dengan nyanyian. Lucu kadang mereka komat kamit sambil bargaya. Lucu sebenarnya memegang kelas 2 SD, yah capek sih capek tp aku puas sekali. Tolok ukurnya adalah orang tua sealu telp or sms aku tentang perkembangan sikap anak-anaknya dirumah.

Memang begitu banyak nasehat yang selalu kuberikan. bahkan kadang orang tua menitipkan nasihat untuk anaknya lewat aku. Kalau sama mamanya ga mau dengar , loch hadeeeh tapi tetap kunasehati untuk mau mendengar orang tuanya !!! akhirnya aku nasehati untuk tidak mengulang sikap mereka dirumah. Tiba disemester 2 akhir, aku suprise sekali ternyata banyak orang tua yang datang berdua suami istri sekaligus membawa bingkisan dan amplop ( eits ini bukan tujuanku !! tapi kalau diberi ? nggak nolak donk he he ) . Rupanya mereka penasaran dengan guru yang sudah mengajar anak mereka ,karena hampir setiap hari aku menjadi topik pembicaraan mereka kepada orang tua dengan segala sikapku kepada mereka. Tapi mereka sangat berterimakasih padaku, yang sudah sedemikian care dengan anak2 mereka, yang rata-rata mereka pekerja yang sibuk. Aku sampai malu karena bingkisanku hampir 35 buah artinya hampir semua memberi .

Ketika aku masuk keruang guru, aku agak tidak enak dengan guru-guru yang kering perhatian dr orang tua. Bukan hadiah yang ingin kuceritakan, tp aku tidak pernah terfikir untu meminta balasan kepada mereka. Namun orang tua dan anak-anak bisa merasakan bagaimana guru yang tulus untuk mereka. Dan ketika aku masih diminta untuk mengajar lagi dikelas 2 aku menyambutnya dengan semangat. Dan dengan konsep yang sama aku terapkan lagi dan lagi-lagi aku mendapat hasil yang sama...bahkan dikelas manapun aku diletakkan aku selalu menerapkan hal itu terutama komunikasi yang baik dengan orang tua.

Alhamdulillah juga tidak ada yang minta les kepadaku, karena selain sibuk diluar aku juga tidak menawarkan. Lebih baik dengan yang lain, biar aku tidak berat dengan nilai mereka. Aku takut terjadi jual beli nilai akibat les tambahan itu. Semoga ini bisa menginspirasi teman-teman, bahwa mengajar itu menyenangkan dan bila keikhasan itu kita letakkan, insyaalah hasil yang indah bisa kita dapat...Selamat hari Guru, Jadilah Guru yang betul-betul bisa digugu dan ditiru dengan contoh kita.

Putradarma Global School 2003-2011 sarat dengan kenangan , prestasi dan definisi . Sayang foto kenangan itu tak kutemukan . Yang ada hanya saat dengan mak maknya hadeuuuh

Posting Komentar

0 Komentar