Pembelajaran Tematik ( Pertemua 1 )




Diambil dari : satelitnews.co

Pembelajaran Tematik merupakan pembelajaran bermakna bagi siswa. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu. Oleh karena itu, guru harus merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual yang menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang mengggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran. Jadi batasan waktu dan cakupan materi kegiatan siswa di sekolah didasarkan pada tema yang dikembangkan oleh guru, bukan didasarkan pada jadwal mata pelajaran. Pemilihan penggunaan metode pembelajaran ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal, antara lain:

Penerapan pembelajaran tematik untuk kelas 1 – 3 Sekolah Dasar mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Lampiran Peraturan Menteri tersebut Bab II, Bagian B tentang Struktur Kurikulum Pendidikan Umum, butir 1.c. dinyatakan bahwa pembelajaran kelas 1 – 3 SD dilaksanakan melalui pendekatan tematik. Ada dua alasan mendasar diterapkan pembelajaran tematik untuk kelas 1 – 3 SD, yaitu:

Pertama: Perkembangan psikologis anak

Anak yang duduk di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini merupakan masa perkembangan yang sangat penting dan sering disebut “The Golden Years” bagi kehidupan seseorang. Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap obyek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang obyek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan obyek dengan konsep yang sudah ada dalam pikirannya) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Belajar dimaknai sebagai proses interaksi diri anak dengan lingkungannya. Anak belajar dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, dan diraba.


Kedua : Pembelajaran bermakna.

Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta belaka, tetapi kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang lebih utuh. Hal ini sejalan dengan falsafah konstruktivisme yang menyatakan bahwa manusia mengkontruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak.

Pembelajaran tematik mempunyai ciri khas dan karakteristik tersendiri. Adapun ciri khas pembelajaran tematik di antaranya:

1) pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa sekolah dasar;
2) kegiatan yang dipilih dalam pembelajaran tematik bertitik tolak dari minat dan kebutuhan siswa;
3) kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi peserta didik sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama;
4) membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa;
5) menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui peserta didik di lingkungannya; dan
6) mengembangkan keterampilan sosial siswa, misalnya: kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Sebelum metode tematik ini ngetren, pembelajaran di kelas 1 dan 3 juga menggunakan metode pembelajaran dengan pola jam pelajaran. Nah sekarang perbandingan keduanya, yaitu tematik dan pola jam pelajaran bagi kelas 1-3. Begini, Dengan memperhatikan kedua alasan diberlakukannya pembelajaran tematik jelaslah bahwa pembelajaran tematik lebih baik dari pada pelajaran dengan pola mata pelajaran. Selain itu ada beberapa keuntungan lain dilaksanakan pembelajaran tematik, antara lain:

1. Pembelajaran menjadi menyenangkan

Siswa sungguh senang karena pembelajaran dikelola sesuai dengan perkembangan jiwa anak. Dengan pembelajaran tematik, khususnya dengan buku Grasindo, setiap hari siswa diajak bernyanyi, bermain dan mendengarkan cerita. Dunia anak adalah bermain, menyanyi dan mendengarkan ceritera. Guru dapat leluasa mengatur waktu untuk ketiga kegiatan tersebut, sebab kegiatan belajar tidak dikotak-kotak lagi dengan mata pelajaran. Guru dan siswa tidak perlu bertanya, “Sekarang mata pelajaran apa?” Siswa sungguh senang, karena belajar dengan bermain dan melakukan kegiatan kreatif


2. Siswa mudah memusatkan perhatian

Dalam pembelajaran tematik kegiatan berjalan mengalir tanpa dipenggal-penggal dengan pergantian jam pelajaran. Perhatian siswa tidak terpecah-pecah. Lainnya halnya dengan pembelajaran yang disusun berdasarkan jam pelajaran. Setiap ganti jam pelajaran siswa harus kembali dari awal. Mengingat kembali materi terakhir pada hari sebelumnya. Seringkali ada kegiatan yang belum tuntas terpaksa harus diakhiri karena ada pergantian jam pelajaran. Lebih bermasalah lagi kalau gurunya juga harus ganti.

Penguasaan kompetensi akan lebih kuat dan mendalam.
Dengan perhatian yang lebih terpusat dan kegiatan yang lebih tuntas, ditambah lagi dengan suasana yang menyenangkan serta materi sesuai dengan konteksnya, maka dapat diharapkan penguasaan kompetensi siswa lebih kuat dan mendalam.

3. Hemat waktu
Dalam pembelajaran dengan mata pelajaran sering ditemukan tumpang tindih. Misalnya Pelajaran Bahasa Indonesia memerlukan wacana sebagai sumber belajar. Dalam wacana tersebut memuat materi pelajaran lain. Selain itu ketika siswa menyusun atau membuat kalimat, mendeskripsikan suatu benda, dan menceritakan pengalaman sering terkait dengan materi pelajaran lain. Sebaliknya semua matapelajaran di luar Bahasa Indonesia pun anak harus menyusun kalimat, mendeskripsikan suatu benda dan sebagainya, yang sebetulnya hal itu terkait dengan pelajaran bahasa Indonesia. Dengan pembelajaran tematik tidak perlu dibedakan antara kalimat pelajaran Bahasa Indonesia atau kalimat pelajaran lainnya. Dengan demikian jelaslah bahwa pembelajaran tematik sungguh-sungguh menghemat waktu.

Selain kelebihan di atas pembelajaran tematik memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pembelajaran tematik tersebut terjadi apabila dilakukan oleh guru tunggal. Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan mateti pokok setiap mata pelajaran. Di samping itu, jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna.

Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik ada hal-hal yang perlu dilakukan, beberapa hal yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan seperti berikut :

A. Pemetaan Kompetensi Dasar.

Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standart kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah :

1. Penjabaran standart kompetensi dan kompetensi dasar kedalam indikator

• Dalam mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal berikut :Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik.
• Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.
• Dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan dapat diamati.

2. Menentukan tema.

Dalam menentukan tema yang bermakna, kita harus memperhatikan dan mempertimbangkan pemikiran konseptual, pengembangan keterampilan dan sikap, sumber belajar, hasil belajar yang terukur dan terbukti, kesinambungan tema, kebutuhan siswa, keseimbangan pemilihan tema, serta aksi nyata, antara lain :

• Pemikiran konseptual, tema yang baik tidak hanya memberikan fakta-fakta kepada siswa. Tema yang baik bisa mengajak siswa untuk menggunakan keterampilan berpikir yang lebih tinggi.
• Pengembangan keterampilan dan sikap. apakah tema yang sudah disepakati bisa mengembangkan keterampilan siswa. Misalnya, keterampilan berfikir, berkomunikasi, sosial, eksplorasi, mengorganisasi, dan pengembangan diri. Pembentukan sikap juga harus bisa di akomodasi dalam pilihan tema, seperti sikap menghargai, percaya diri, kerja sama, komitmen, kreativitas, rasa ingin tahu, berempati, antusias, mandiri, jujur, menghormati dan toleransi.
• Kesinambungan Tema. Kath Murdock (1998) dalam bukunya Clasroom Connection-Strategies for Integrated Learning menjelaskan bahwa tema yang baik bisa mengakomodasi pengetahuan awal yang dimiliki siswa sebelum belajar tentang sesuatu yang baru. Pengetahuan awal itu tentu sudah dipelajari siswa sebelumnya.
• Materi Belajar Utama dan Tambahan. Materi dan sumber pembelajaran tematik biasa kita bagi menjadi dua sumber dan materi, yaitu utama dan tambahan. Contoh sumber atau materi belajar utama adalah para ahli atau orang-orang yang mempunyai profesi atau kompetensi dasar dalam bidang terentu, tempat-tempat yang bisa dipelajari, suasana belajar didalam kelas, lingkungan, komunitas, dan kesenian. Sedangkan musik, materi audio visual, literature, progam computer, dan internet adalah sumber materi pembelajaran tambahan bagi siswa. Dengan demikian, pemlihan tema harus juga memperhatikan kesediaan kedua sumber belajar itu.
• Terukur dan Terbukti, Guru juga perlu memperhatikan hasil pembelajaran apa yang akan siswa capai dalam pembelajaran tematik. Apa yang bisa siswa kerjakan dalam proses pembelajaran tematik. Perlu juga menunujukkan bukti-bukti itulah yang dinilai guru dan dicatat sebagai bukti bagaimana siswa menguasai tema yang diajarkan. Yang pada akhirnya akan dijadikan bahan evaluasi dan laporan kepada orang tua siswa.
• Kebutuhan Siswa, dalam memilih tema, guru perlu memperhatikan kebutuhan siswa. Apakah tema yang kita pilih bisa menjawab kebutuhan siswa. secara kognitif, Gardner (2007 ) dalam bukunya Five Minds For The Future menyebutkan bahwa manusia pada era informasi ini harus dibekali lima cara berfikir, yaitu : pikiran yang terlatih, terampil, dan disiplin, pikir mensintesis; pikiran mencipta; pikiran merespek, dan pikiran etis. Apakah tema yang dipilih sudah bisa membekali siswa dengan lima cara berfikir untuk masa depan. Kebutuhan siswa yang lain bisa juga dilihat melalui perkembangan psikologi (imajinasi), perkembangan motorik, dan perkembangan kebahasaan siswa.
• Keseimbangan Pemilihan Tema. Seperti telah dijelaskan diatas bahwa pembelajaran yang cocok dengan pembelajaran terpadu adalah pembelajaran tematik. Dalam satu tahun pembelajaran biasanya siswa bisa mempelajari 5-6 tema. Para guru hendaknya bisa memilih tema yang bisa mengakomodasi mata pelajaran bahasa, ilmu sosial, lingkungan, kesehatan, dan sains saja, tetapi tema-tema lain yang bervariasi.
• Aksi Nyata. Pembelajaran tematik hendaknya tidak hanya mengembangkan pengetahuhan dan sikap siswa, namun juga bisa membimbing siswa untuk melakukan aksi yang bermanfaat. Aksi yang dilakukan siswa akan memperkaya siswa dengan pengetahuan lain serta memberikan dampak bagi kehidupan orang lain dan lingkungan dimana siswa hidup.

3. Identifikasi dan analisis standart kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator.

Lakukan identifikasi dan analisis untuk setiap standar kompetensi, kompetensi dasar dan indicator yang cocok untuk setiap tema sehingga semua kompetensi, kompetensi dasar dan indikator terbagi habis.

B. Menetapkan Jaringan Tema

Buatlah jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu.

C. Penyusunan Silabus

Hasil seluruh proses yang dilakukan pada tahap-tahap sebelumya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus.

D. Penyusunan Rencana Pembelajaran

Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Setelah tahap persiapan dilakukan, maka selanjutnya akan dipaparkan tahap pelaksanaan pembalajaran terpadu. Adapun tahap pelaksanaan pembelajarannya meliputi :

a. Kegiatan Pendahuluan / awal.
Pada tahap ini dapat dilakukan panggilan terhadap anak tentang tema yang disajikan. Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah, bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan dan menyanyi.
b. Kegiatan inti.
Kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan kemampuan baca, tulis hitung. Penyajian bahan pembelajaran dialakukan dengan menggunakan strategi / metode yang bervariasi dan dapat dilakuakn secara klaksikal, kelompok kecil, ataupun perorangan.
c. Kegiatan penutup

Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Beberapa contoh kegiatn penutup yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan atau mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, mendongeng, membacakan cerita dari buku, pantomime, pesan-pesan moral, musik / apresiasi musik.
Pengaturan jadwal pelajaran.

Untuk memudahkan administrasi disekolah terutama dalam penjadwalan. Guru bersama dengan guru mata pelajaran lain ( yang tidak dipadukan ) perlu bersama-sama menyusun jadwal pelajaran.
Implikasi Pembelajaran Tematik

Dalam implementasi pembelajaran tematik disekolah dasar mempunyai implikasi yang mencakup :

• Implikasi bagi guru

Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreaktif baik dalam menyiapkan pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan, dan utuh.

• Implikasi bagi siswa

1. Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya yang dimungkinkan untuk bekerja, baik secara individual, pasangan kelompok kecil, maupun klasikal.
2. Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi dan aktif.
• Implikasi terhadap sarana, prasarana,sumber balajar dan media.
1. Pelaksanaan pembelajaran ini memerlukan berbagai prasarana dan prasarana belajaran.
2. Pembelajaran ini perlu memanfaatkan bebagai sumber balajar, baik yang didesain secara khusus maupun yang tersedia dilingkungan,
3. Pembeajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran bervariasi dan
4. Pembelajaran ini masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada atau bila memungkinkan untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar terintegrasi.

• Implikasi terhadap pengaturan ruangan.

1. Ruang perlu ditata sesuai tema yang dilaksanakan.
2. Susunan bangku bisa berubah-ubah.
3. Perta didik tidak harus selalu harya duduk dikursi, tetapi dapat duduk ditikar atu dikarpet.
4. Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik didalam maupun diruangan.
5. Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber balajar.
6. Alat, sarana, sumber belajar hendaknya dikelola dengan baik.

• Implikasi terhadap pemilihan metode

Pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode, misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi, dan bercakap-cakap.

Model pembelajaran tematik terpadu (PTT)

Model pembelajaran tematik terpadu (PTT) atau integrated thematic instruction (ITI) dikembangkan pertama kali pada awal tahun 1970-an dalam rangka melayani pembelajaran anak-anak berbakat. Selanjutnya PTT diyakini menjadi model yang mampu memadukan dimensi emosi, fisik, dan akademik di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah karena dapat meningkatkan kapasitas memori murid dalam jangka waktu panjang.

Model PTT bersifat memandu siswa untuk mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher levels of thinking) atau keterampilan berpikir dengan mengoptimalkan kecerdasan ganda (multiple thinking skills) pada dimensi sikap,keterampilan, dan pengetahuan. Karena itu, sistem pembelajaran perlu dibangun untuk mendukung berprosesnya siswa aktif.

Penerapan model ini dapat mendukung suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan. Hal ini tumbuh karena siswa bebas bertanya, atau mengemukan pendapat sehingga terjamin rasa tenang dalam kelas, dan melakukan diskusi dan praktik bersama dengan dukungan interaksi dengan perasaan yang menyenangkan dalam komunitas ruang kelas.

A. Pengertian

Pembelajaran Tematik Terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan prinsip terpadu dengan menggunakan tema pemersatu dalam memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus pada satu kali tatap muka sehingga memberikan pengalaman peserta yang bermakna.

B. Tujuan pembelajaran tematik terpadu:

 Memusatkan pembelajaran pada satu tema atau topik tertentu
 Mempelajari dan mengembangkan berbagai kompetensi dalam tema yang sama
 Meningkatkan pemahaman materi pelajaran secara lebih mendalam dan berkesan
 Mengembangkan kompetensi berbahasa dengan mengaitkan pada pengalaman pribadi peserta didik
 Menggairahkan belajar dengan cara berkomunikasi dalam situasi nyata.
 Memaknai belajar dalam konteks kehidupan dengan tema yang nyata.
 Menghemat waktu karena mata pelajaran disajikan secara terpadu.
 Budi pekerti dan moral peserta didik berkembang sesuai pada situasi dan kondisi yang sesungguhnya.

C. Ciri Umum Pembelajaran Tematik Terpadu

 Berpusat pada siswa
 Memberikan pengalaman langsung
 Mempersatukan antara mata pelajaran.
 Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam satu proses pembelajaran dalam proses yang terintegrasi.
 Pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.

D. Manfaat Tematik Terpadu

1. Menggunakan teknik belajar berkelompok dan memecahan masalah dengan saling menghargai.
2. Mengoptimasi lingkungan belajar sebagai sumber belajar dan siswa mendapat peluang mengesplorasi materi secara lebih luas.
3. Siswa memanfaatkan waktu untuk memproses informasi dalam mengeksplorasi konsep-konsep baru dan membantu peserta didik mengembangkan pengetahuan.
4. Proses pembelajaran dalam kelas dengan format ramah otak.
5. Materi pembelajaran dapat diaplikasikan langsung oleh siswa dalam konteks kehidupannya sehari-hari.
6. Peserta didik yang relatif mengalami keterlambatan dapat memperoleh bimbingan guru dalam penerapan prinsip belajar tuntas.
7. Guru memungkinkan menerapkan variasi cara penilaian.

E. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran

a. Menentukan tema.
b. Mengintegrasikan tema dengan kurikulum.
c. Mendesain rencana pembelajaran termasuk pengorganisasian sumber belajar, bahan ajar, media belajar, dan kegiatan ekstrakurikuler.
d. Melaksanakan Aktivitas Pembelajaran.

F. Prinsip Penentuan Tema

a. Sempit, namun mudah memadukan banyak bidang studi, mata pelajaran, atau disiplin ilmu.
b. Memberikan bekal bagi peserta didik untuk belajar lebih lanjut.
c. Sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
d. Mampu mewadahi sebagian besar minat anak,
e. Mempertimbangkan peristiwa otentik yang terjadi dalam rentang waktu belajar
f. Sesuai dengan kurikulum yang berlaku
g. Sesuai dengan ketersediaan sumber belajar.
G. Model Pembelajaran Tematik Terpadu
Menurut Robin Fogarty (1991) ada sepuluh model PTP, yaitu.
1. Model penggalan (fragmented model) atan pemaduan terbatas, contoh pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca dan menulis dapat dipadukan dalam materi keterampilan berbahasa.
2. Model keterhubungan (connected model) menggunaan anggapan bahwa beberapa substansi pembelajaran berinduk pada mata pelajaran tertentu.
3. Model sarang (nested model), memadukan berbagai bentuk penguasaan konsep ketrampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran.
4. Model Urutan/Rangkaian (sequenced model), memadukan topik-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara pararel.
5. Model berbagi (shared/participative model). pemaduan pembelajaran akibat munculnya tumbang-tindih (overlapping concept) atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih.
6. Model jaring laba-laba (webbed model), berangkat dari pendekatan tematis sebagai acuan dasar bahan dan kegiatan pembelajaran.
7. Model galur (threaded model), memadukan bentuk-bentuk ketrampilan.
8. Model celupan (immersed model). membantu peserta didik dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya.
9. Model jejaring (networked model) berasumsi bahwa perubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk ketrampilan setelah peserta didik mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda.
10. Model terpadu (integrated mode) merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu.

Diambil dari berbagai narasumber / Blog

TUGAS :

1. Materi ini di unduh sebagai catatan pertama

2. Tulis sebagai artikel tugas : Menurut anda apa hubungan aspek perkembangan kecerdasan anak
usia SD seperti; IQ, EQ, dan SQ, dengan pembelajaran Tematik terpadu . Harus jawaban sendiri ,
tidak boleh ada jawaban kembar identik secara tulisan , spasi atau koma . Betul betul hasil
pemikiran anda sendiri . Sebagai tugas pertama . Jawaban dikumpulkan pada pertemuan Kuliah hari
Sabtu 7 Maret 2015 pukul 11.00 am . Terimakasih untuk kerjasamanya

Posting Komentar

1 Komentar