http://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/20130625_verifikasi-ppdb-smk-7-semarang_8355.jpg
Mengutip status kang Emil “Ridwan
Kamil “ wali kota Bandung difacebooknya , “ Ada warga
miskin pintar dan tidak pintar. Ada warga mapan pintar dan tidak pintar. Yang
miskin diurus oleh negara, sekolahnya digratiskan karena tidak mampu. Jika yang
miskin ke swasta, rata-rata tidak mampu dan terbukti banyak yang putus sekolah.
Yang mapan pintar pasti masuk negeri yang ia mau, karena angkanya baik. Yang
mapan tidak pintar/pas-pasan bisa negeri selama bangku ada atau ke swasta yang
juga bagus kualitasnya. Itu semangat PPDB tahun ini.
Bukan sistem PPDB nya yang
bermasalah, karena sudah berusaha seadil mungkin dalam keterbatasan bangku
sekolah negeri. Dan Sistem ini sudah diputuskan secara kolektif oleh Pemkot,
Dewan Pendidikan, Forum Peduli Pendidikan, Muspida dll.
Yang jadi masalah adalah: MENTAL
para oknum orang tua yang mengajari anak-anaknya, bahwa berbohong adalah biasa,
INI adalah bahaya bagi masa depan bangsa ini. Mau dibawa kemana peradaban
Indonesia jika generasi mudanya dilatih berbohong. KARENANYA Pemkot akan
bertindak tegas agar pelanggar aturan ini tidak menjdi budaya.
Kepolisian minggu ini sudah
bergerak menyelidki. jika terbukti orang tuanya mapan mengaku miskin, pasti
akan dituntut hukum dan anaknya dicabut dari sekolah yg diminati. Para
RT/RW/Lurah dan guru/Kepsek yang terlibat dalam persengkongkolan juga akan
ditindak. Besok Kamis, semua kepala sekolah dan Lurah akan dipanggil
Polrestabes untuk mempertanggungjawabkan .” ini kata kang Emil . Asyiiknya kalau punya
pemimpin tegas seperti ini di wilayahku yaa.
Memang benar adanya , mental masyarakat
kita yang harus dirubah . Harus ada perubahan mindset , bahwa tidak harus di
sekolah negri anak anak kita bisa menimba ilmu . Negri memang seharusnya
diperuntukkan untuk kalangan menengah kebawah , agar terjadi kesamarataan
kesempatan pendidikan . Sehingga tidak ada lagi anak yang akan putus sekolah
karena kehabisan biaya ditengah tengah perjalanan .
Namun hal ini tidak bisa
disalahkan total , mengingat budaya yang
sudah turun temurun dibudayakan seakan mendapat pembiaran . Seharusnya ini juga
harus ditekankan kepada para pejabat / PNS yang katanya bermobil yang selalu minta prioritas agar anak anaknya
bisa dimasukkan kesekolah negri . Prioritas lebel negri selama ini cukup
mengusik hati nuraniku . Belum lagi perlakuan dinas dinas pendidikan yang masih
mengedepankan apapun yang dari negri diprioritaskan . Contoh soal siswa teladan
, guru teladan sampai kepala sekolah teladan . . .selalu yang diberi kesempatan
menang adalah yang dari “ negri “ . Contohnya di Lomba Calistung di SD waktu
aku mengajar di SD , padahal ketika aku mengajar di Al-Azhar anak didikku mampu
kuantarkan sampai ke tingkat propinsi Olimpiade Matematika . Atau saat aku
mengikuti lomba olimpiade matematika guru tingkat kabupaten , ternyata juara
1-3 adalah dari negri semua . . .katanya sih terkait dengan kenaikan pangkatnya
juga . Hadeuuuuh , gimana mau maju kalau Indonesia terus begini .
Ini kuambil dari keluhan temanku guru di facebook
Berikut ini juga adalah kutipan dari teman temanku yang mendaftarkan anaknya di negri , karena sebagai guru swasta
berapalah gaji kami sehingga sekolah
negri terkadang masih jadi pilihan . “kenapa mau daftar online buat murid baru
ada aja kendalanya, ini kebanyakan dari teman teman anakku, no NIK KK, katanya
tdak sesuai, padahal yg dimasukin KK asli, salah dari mana ya?? , Iy
bu..merepotkan banget, udah selesai diprint out dan berkas berkas verifikasi udah siiap, nyampe sekolah baru jam
14.00 udah tutup katanya . Belum lagi status murid muridku waktu di SD yang
sekarang di SMP mau ke SMA bikin status seperti ini . “ Susah banget mau
sekolah di negri ini , sampe harus ikut demo ke Kecamatan sama orang tuaku “.
Miris sekali yaa , beruntung aku
dulu tidak perlu repot repot seperti ini . Walau aku guru swasta anak anakku
yang ke 2 dan ke 3 aku masukkan ke SMK swasta dengan tujuan memiliki keahlian
lebih baik . Walau aku harus ekstra kerja keras untuk membiayai mereka . Tapi Alhamdulillah
tidak perlu memiskinkan diri sendiri dengan meminta fasilitas surat tidak mampu
atau anak guru yang seharusnya tidak perlu diminta memang dapat jatah juga .
Tapi ya sudahlah .
Melihat potret buram pendidikan
dinegriku yang masih carut marut begini , rasanya kita belum merdeka dech .
Atau bangsa ini belum mau memerdekakan dirinya dari mental “ Kepingin murah
untuk yang penting , tapi berani bayar mahal untuk yang ga penting ? Mmmmmh
Indonesiaku. . .
22 Komentar
Putri Amalia Kinasih
BalasHapusXII Akuntansi II
Febrina dwi putri
BalasHapusXII Akuntansi II
noor kurnia anas
BalasHapusXII AK 2
Erna Delina
BalasHapusXII AK 2
Lusiana Kusuma
BalasHapusXII AK2
Intan nawang wulan
BalasHapusXII AK 2
lukas hutajulu
BalasHapusx tkr 4
Fuad Abdul Ghani
BalasHapusX TKJ 2
DANIEL JHON R.H
BalasHapusX TKJ 2
LAMHOT L T
BalasHapusX TKJ 2
RAAFI HENRI JUNAEDI
BalasHapusX TKR 1
Tino Septianto
BalasHapusX TKJ 1
DWI WAHYU WIJAYANTO
BalasHapusX TKJ 1
fauzi lambang
BalasHapusX TKR 1
Kiswah Fadhilah
BalasHapusX.TKJ 3
Ervi Yuliyati
BalasHapusXII AP 2
resa amelia XII AP 2
BalasHapusMonica Chandra
BalasHapusXII AP2
SITI HADIANTI
BalasHapusXII AP 2
Ibnu Abdul Jarir
BalasHapusXII TKJ 4
TAUFIK IQBAL XII TKJ3
BalasHapusrizky fahla p XII tkj 3
BalasHapus