Menjemput Masa Depan Bersama BPJS Ketenagakerjaan . . . .


Sejak CPNS di Bengkulu sebagai guru Matematika di SMPN 5 Kapahiang Bengkulu tahun 1994  saya tinggal , saya memang tidak lagi berniat menjadi PNS didinas pendidikan . Selain karena alm suami dan orang tuaku tidak mengijinkan waktu itu untuk berangkat , juga karena idealis dan faktor umur yang kini sudah berumur diatas 40 th . Kini saya banyak mengajar di sekolah  swasta di Bekasi mulai dari      SD , SMA dan kini terakhir aku mengabdi dan mengambil sertifikasi di SMK .  

Awal awalnya saya tidak merasakan kesulitan yang hebat dan berarti , karena sampai dengan tahun 1998 , alm suami saya masih bekerja di dunia Kontraktor pada perusahaan mapan . Namun , sejak terjadinya krismon disitulah saya mulai merasakan bagaimana tidak nyamannya saat sayap kepala keluarga patah tak mampu saya menopangnya . Terlebih sejak saat itu rasanya , cobaan demi cobaan kurang bersahabat dalam rumah tangga ini .  

Saya kemudian memutuskan untuk totalitas di dunia pendidikan , setelah sebelumnya hanya sebagai hiburan dan hobi semata mengisi kekosongan waktu . Mulai tahun 2000 saya benar benar memulai lagi segalanya dari nol secara resmi . Namun mulai tahun 2003 lah yang kemudian membuaka jalan saya untuk terus berkembang secara karir walau saya memulai diusia yang tak lagi muda , yaitu 33 tahun . Alhamdulillah saya berhasil mendapatkan NUPTK Nomor Unik Pendidik dan tenaga Kependidikan . Itu adalah rejeki yang sangat saya syukuri sampai saat ini , karena berkat itu saya mulai terdaftar didinas dan mendapat kesempatan untuk mendapatkan bantuan bantuan dari pemerintah melalui Tunjangan Fungsional , Bansos ,  bahkan terakhir adalah Sertifikasi Guru setelah sempat menyelesaikan S1 Pendidikan Matematika sebagai syarat nya selain memiliki NUPTK tersebut . 

Dalam waktu yang tidak lama , bahkan dengan tambahan tekad profesional saya juga bisa merambah ke bagian lain dari dunia pendidikan . Dari menjadi wakil Kepala Sekolah , Kepala Sekolah, host acara workshop dan seminar nasional hingga menjadi dosen atau tutor optimalisasi Otak di berbagai komunitas . Namun ada satu yang sempat membuat saya gundah , yaitu karena saya orang yang sangat idealis , sulit buat saya untuk bertahan di satu tempat bila sudah ada yang tidak nyaman dalam saya bekerja . Bukan masalah honor , rekan kerja atau anak anak , tetapi masalah yayasan sebagai pemilik dari sekolah sekolah swasta tempat saya mengabdi untuk mengajar . Guru selama ini belum dijadikan mitra sebagai ujung tombak sekolah . Guru masih dianggap sebagai buruh yang harus melaksanakan kewajiban , tapi tidak punya batasan UMR yang berarti .  

Buruh saja punya batasan UMR dan hak hak yang berarti seperti pinjaman , biaya sakit atau cuti . Tapi tidak dengan guru  . Itu saya rasakan , saat kepala keluarga dirumah harus sakit butuh biaya besar dan anak anak dirumah butuh biaya untuk sekolah . Kami guru harus pintar pintar cari tambahan diluar jam mengajar . Terlebih bila ancaman dikeluarkan , sudah tidak dipakai lagi , terlebih bagi kami Guru Tidak Tetap atau GTT . Yang SK nya hanya berlaku setiap tahun saja . Kalau mau terus harus pintar pintar kita meningkatkan kompetensi atau dekat dengan orang yayasan . 

Buat saya yang tidak pernah takut akan rejekinya mungkin tidak masalah terlebih saya guru matematika yang alhamdulillah masih dibutuhkan  , tapi bagaimana dengan kawan kawan saya yang bukan mata pelajaran UN ?  Pernah teman saya di keluarkan tanpa pesangon apa apa , padahal suaminya tidak bekerja , anaknya masih kecil kecil . Terakhir saya dengar suaminya meninggal karena sakit dan stress . Saya merasa masih lebih beruntung . Belu mengalami itu , walau saya sudah berpindah pindah tempat kerja di 5 sekolah besar . Tentu tujuan saya adalah mencari yang lebih baik dan manusiawi . Pada awal tahun 2012 saya beruntung karena bergabung bersama komunitas guru , dan disitulah saya bertemu teman guru yang menjadi agent dari asuransi Jamsostek kini BPJS yang menawarkan 5 fasilitas , yaitu jaminan kecelakaan kerja , jaminan kesehatan , jaminan hari tua , jaminan kematian dan kelahiran serta tambahan lain yaitu kacamata dan gigi . Disitu saya bisa menjamin suami dan 3 anak . 

Disekolah sebelumnya ketika ditawarkan menjadi guru tetap , asuransinya hanya untuk saya sendiri . sedangkan kalau guru laki laki baru menanggung istri dan anak . Itu yang kenapa saya mau , karena berbeda. Maklum saat itu saya berposisi sebagai single fighter atau penangung jawab tunggal ekonomi keluarga karena suami sudah sakit sakitan dan tidak lagi bekerja sampai meninggalnya di tahun 2013 . 

Saya ingat biaya premi yang saya berikan diawal adalah 175 ribu , walau sekarang sudah naik mengikuti perkembangan UMR menjadi Rp 283.500 .Namun dari situ saya sudah menyisihkan untuk uang jaminan hari tua atau pensiun yang nantinya bisa saya ambil bila saya sudah tidak bekerja atau tidak menjadi guru lagi . Kalau PNS masih lumayan dapat biaya pensiun , lah kalau saya ? diswasta siapa yang mau kasih pensiun ? . Banyak teman teman saya yang saya ceritakan keberuntungan ini . Dan mulai mengikuti jejak saya . Jadi kami belajar tidak bergantung kepada yayasan pemilik sekolah kami , mau diangkat atau tidak diangkat kami sudah tenang sekarang . Ada investasi jangka panjang kami nantinya . 

Terlebih kini BPJS sudah mulai dipecah menjadi BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan . Artinya focus pada jangka panjang kami nanti bagaimana bila terjadi PHK sepihak mendadak lebih mudah mengurusnya .  Sempat terdengar suara sumbang dan menimbulkan petisi masyarakat Indonesia , namun setelah BPJS Ketenagakerjaan turun tangan dan diperbaiki permennya , alhamdulillah bisa menjawab dan memberikan solusi bagi kami guru swasta yang hingga kini masih dianggap sebagai pekerja yang sewaktu waktu harus siap tidak terpakai lagi oleh yayasan tanpa pesangon . 


Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/misjuli/menjemput-masa-depan-bersama-bpjs-ketenagakerjaan_568226e3737a613f11d16d33

Posting Komentar

11 Komentar