Sumber : matrikslangsa.blogspot.com
Itu pertanyaan yang cukup
menggelitik pemikiran saya sebagai seorang pendidik yang kebetulan masih
mengajar sampai hari ini . Ketika seorang teman penulis yang juga merupakan
orang tua menyatakan sikapnya yang tidak setuju dengan peraturan baru tersebut
. LKS tidak boleh lagi diperjual belikan , salah satu alasannya adalah karena
orang tua yang mengerjakan LKS tersebut bukan anak . Hallo . . yakin ? sudah
seperti itu fakta dilapangannya ?
Berdasarkan pengalaman saya
sebagai tenaga pendidik , sejujurnya LKS itu sangat membantu sekali , bila soal
soal pada paket pelajaran kurang mengakomidir materi dan merasa terlengkapi
dari LKS tersebut . Tentunya juga dengan menyesuaikan meteri pelajaran tersebut
, dan memilah mana yang bagus untuk siswa . Terkadang tidak semua soal tersebut
saya ambil karena sulitnya pertanyaan atau tidak sesuai dengan silabus mata
pelajaran tersebut .
Mengapa saya katakan begitu ? Contohnya pada saat kurtilas , banyak buku kurtilas
yang asal kejar tayang , bahkan tidak sesuai dengan silabusnya . Bahkan ada
sekolah yang sama sekali tidak menyediakan buku sumber belajar untuk siswa
karena takut bila ketahuan jual beli buku pelajaran , tapi buku kurtilasnya
harus dibeli dengan dana BOS itupun akhirnya dibeli dan dipinjamkan ke siswa
kondisinya satu meja berdua , berganti sehari hari membawanya . Bagaimana siswa
mau pintar ?? sudah tidak ada paket , LKS pun tidak . Kalaupun diadakan
biasanya siswa membeli di toko buku yang direkomendasikan oleh sekolah ( ujung
ujungnya mah kerjasama dan titipan sekolah juga he he )
Atau , ada juga kepala sekolah
yang tidak melibatkan guru saat mengambil LKS sebagai pelengkap belajar siswa
dikelas . Hanya melihat dari sisi pertemanan ( siapa yang tahu penerbitnya
teman sendiri hihihi ) atau money oriented ( keuntungan semata biasanya
penerbit berani besar memberi keuntungan untuk LKS yang tidak bermutu) masalah
LKS itu bagus atau tidak , sesuai atau tidak isinya itu nomer sekian . . .ow ow
. Dan itu banyak dilakukan diseluruh Indonesia ini . Tapi bukan berarti semua
loh , ada juga yang bagus , seperti buku detik detik yang biasanya tidak usah
ditawarkan juga pasti diburu oleh siapapun termasuk orang tua siswa untuk
latihan anaknya menjelang ujian . Atau milik penerbit penerbit terkenal , model
model buku PR untuk latihan siswa dirumah .
Kalau soal kekhawatiran
pemerintah adalah orang tua yang mengerjakan LKS tersebut , tentunya kembali ke
orang tua tersebut , bukankah itu tidak mendidik ananda ? malah menjerumuskan
anak jadi lebih malas dan tidak mandiri ? Apalagi saya tahu banyak orang tua
yang bekerja , atau yang pendidikannya tidak tinggi . Kalaupun membantu , saya
lebih suka bahasanya adalah ajang untuk mendampingi ananda belajar . Sebagai
alat untuk “Quality Time” pada saat jam belajar dari pada orang tua sibuk
dengan gadgetnya , dan anak sibuk dengan TVnya . LKS bisa jadi pilihan untuk
menjadi jembatan untuk mendekatkan orang tua dengan anak anaknya .
Hal lain adalah sering guru
dengan seenaknya memberi jumlah soal yang cenderung banyak dalam waktu yang
singkat , sehingga memaksa orang tua turun tangan setelah anaknya tidak mampu
menyelesaikan dan takut bila LKSnya masih kosong akan mendapat hukuman . Itu
juga pemikiran yang salah , PR itu tidak harus banyak , minimal 5 saja yang
penting sudah mewakili materi belajar hari ini untuk malamnya diulang lagi
dengan berlatih mengerjakan PR . Akan sangat memotivasi siswa bila ternyata
gurupun membahas dan memberi nilai dari tugas yang diberikan . Bukan malah
memberi tugas banyak , sudah gitu tidak dibahas pula jawabannya , jadi anak
tidak pernah tahu mana yang salah atau benar dari pekerjaannya . Ini juga
banyak dilakukan oknum guru yang belum professional padahal katanya sudah
berlebel guru profesional .
Saya sendiri selaku guru privat
atau bimbel matematika dirumah sangat terbantu , setelah menjelaskan materi dan
memberi contoh soal biasanya saya lanjutkan ke latihan soal pada buku paketnya
sendiri . Sayang tidak semua sekolah pintar memilih buku paket , terkadang asal
dan soal soalnya tidak sesuai , biasanya saya langsung menyuruh mereka untuk
mengerjakan LKSnya . Atau menjelang mid semester atau Ulangan Akhir Semester
LKS juga bisa jadi latihan yang sangat membantu dengan mengulang soal soal bab
bab sebelumnya . Semua berpulang kepada kita sebagai pendidik .
Memang yang baik adalah guru membuat
sendiri LKS , namun dengan tugas guru yang sudah menumpuk dan harus berbagi
dengan keluarganya apa mampu ? Atau lebih baik lagi , bila setiap MGMP (
Musyawarah Guru Mata Pelajaran ) benar benar memberdayakan kumpulan ini
tentunya dengan berimbang , jangan isinya hanya guru PNS saja guru swasta juga
banyak loh kontribusinya ( contohnya
saya , jiah jualan deh saya he he ) .
Saya yakin akan ada kesamaan visi dan misi pada pembuatan latihan soal yang
sesuai dengan silabus kurikulum yang diinginkan . Hasilnya bisa dilihat dari contoh pada cover tulisan saya ini .
Saya sadar betul tidak semua
orang tua punya waktu untuk mendampingi anak anaknya belajar jadi mereka
beranggapan LKS sangat membantu anak anaknya belajar . Bahkan orang tua sampai
rela kalau ke Toko buku khusus mencari LKS sebagai pendamping belajar anaknya
sesuai jenjang pendidikannya . So , pak mentri apa masih bersemangat menghapus
LKS ??
Griya Tambun , 7 Agustus 2016 “ Hasil
diskusi dengan teman penulis yang sekaligus juga orang tua dari 3 anak , dan
kegalauan penulis menyikapi peraturan baru “
10 Komentar
Aldi
BalasHapusXII TKJ 3
Yohanes A. Geor
BalasHapusXII TKJ 3
Gilang Nurdiansyah
BalasHapusXII TKJ 3
Teguh Pratama
BalasHapusXII TKJ 3
Teguh Pratama
BalasHapusXII TKJ 3
Chriis Hartanto XII TKJ3
BalasHapusTaufiq Nasrullah
BalasHapusXII TKJ 3
Rizky fahla p XII tkj 3
BalasHapusAwad
BalasHapusXII TKJ 3
novia erviana XII TKJ3
BalasHapus