Apakah LKS Wajib dihapus ?


Itu pertanyaan yang cukup menggelitik pemikiran saya sebagai seorang pendidik yang kebetulan masih mengajar sampai hari ini . Ketika seorang teman penulis yang juga merupakan orang tua menyatakan sikapnya yang tidak setuju dengan peraturan baru tersebut . LKS tidak boleh lagi diperjual belikan , salah satu alasannya adalah karena orang tua yang mengerjakan LKS tersebut bukan anak . Hallo . . yakin ? sudah seperti itu fakta dilapangannya ?

Berdasarkan pengalaman saya sebagai tenaga pendidik , sejujurnya LKS itu sangat membantu sekali , bila soal soal pada paket pelajaran kurang mengakomidir materi dan merasa terlengkapi dari LKS tersebut . Tentunya juga dengan menyesuaikan meteri pelajaran tersebut , dan memilah mana yang bagus untuk siswa . Terkadang tidak semua soal tersebut saya ambil karena sulitnya pertanyaan atau tidak sesuai dengan silabus mata pelajaran tersebut .

Mengapa saya katakan begitu  ? Contohnya pada saat kurtilas , banyak buku kurtilas yang asal kejar tayang , bahkan tidak sesuai dengan silabusnya . Bahkan ada sekolah yang sama sekali tidak menyediakan buku sumber belajar untuk siswa karena takut bila ketahuan jual beli buku pelajaran , tapi buku kurtilasnya harus dibeli dengan dana BOS itupun akhirnya dibeli dan dipinjamkan ke siswa kondisinya satu meja berdua , berganti sehari hari membawanya . Bagaimana siswa mau pintar ?? sudah tidak ada paket , LKS pun tidak . Kalaupun diadakan biasanya siswa membeli di toko buku yang direkomendasikan oleh sekolah ( ujung ujungnya mah kerjasama dan titipan sekolah juga he he )

Atau , ada juga kepala sekolah yang tidak melibatkan guru saat mengambil LKS sebagai pelengkap belajar siswa dikelas . Hanya melihat dari sisi pertemanan ( siapa yang tahu penerbitnya teman sendiri hihihi ) atau money oriented ( keuntungan semata biasanya penerbit berani besar memberi keuntungan untuk LKS yang tidak bermutu) masalah LKS itu bagus atau tidak , sesuai atau tidak isinya itu nomer sekian . . .ow ow . Dan itu banyak dilakukan diseluruh Indonesia ini . Tapi bukan berarti semua loh , ada juga yang bagus , seperti buku detik detik yang biasanya tidak usah ditawarkan juga pasti diburu oleh siapapun termasuk orang tua siswa untuk latihan anaknya menjelang ujian . Atau milik penerbit penerbit terkenal , model model buku PR untuk latihan siswa dirumah .

Kalau soal kekhawatiran pemerintah adalah orang tua yang mengerjakan LKS tersebut , tentunya kembali ke orang tua tersebut , bukankah itu tidak mendidik ananda ? malah menjerumuskan anak jadi lebih malas dan tidak mandiri ? Apalagi saya tahu banyak orang tua yang bekerja , atau yang pendidikannya tidak tinggi . Kalaupun membantu , saya lebih suka bahasanya adalah ajang untuk mendampingi ananda belajar . Sebagai alat untuk “Quality Time” pada saat jam belajar dari pada orang tua sibuk dengan gadgetnya , dan anak sibuk dengan TVnya . LKS bisa jadi pilihan untuk menjadi jembatan untuk mendekatkan orang tua dengan anak anaknya .

Hal lain adalah sering guru dengan seenaknya memberi jumlah soal yang cenderung banyak dalam waktu yang singkat , sehingga memaksa orang tua turun tangan setelah anaknya tidak mampu menyelesaikan dan takut bila LKSnya masih kosong akan mendapat hukuman . Itu juga pemikiran yang salah , PR itu tidak harus banyak , minimal 5 saja yang penting sudah mewakili materi belajar hari ini untuk malamnya diulang lagi dengan berlatih mengerjakan PR . Akan sangat memotivasi siswa bila ternyata gurupun membahas dan memberi nilai dari tugas yang diberikan . Bukan malah memberi tugas banyak , sudah gitu tidak dibahas pula jawabannya , jadi anak tidak pernah tahu mana yang salah atau benar dari pekerjaannya . Ini juga banyak dilakukan oknum guru yang belum professional padahal katanya sudah berlebel guru profesional .

Saya sendiri selaku guru privat atau bimbel matematika dirumah sangat terbantu , setelah menjelaskan materi dan memberi contoh soal biasanya saya lanjutkan ke latihan soal pada buku paketnya sendiri . Sayang tidak semua sekolah pintar memilih buku paket , terkadang asal dan soal soalnya tidak sesuai , biasanya saya langsung menyuruh mereka untuk mengerjakan LKSnya . Atau menjelang mid semester atau Ulangan Akhir Semester LKS juga bisa jadi latihan yang sangat membantu dengan mengulang soal soal bab bab sebelumnya . Semua berpulang kepada kita sebagai pendidik .

Memang yang baik adalah guru membuat sendiri LKS , namun dengan tugas guru yang sudah menumpuk dan harus berbagi dengan keluarganya apa mampu ? Atau lebih baik lagi , bila setiap MGMP ( Musyawarah Guru Mata Pelajaran ) benar benar memberdayakan kumpulan ini tentunya dengan berimbang , jangan isinya hanya guru PNS saja guru swasta juga banyak loh kontribusinya  ( contohnya saya , jiah jualan deh saya he he )  . Saya yakin akan ada kesamaan visi dan misi pada pembuatan latihan soal yang sesuai dengan silabus kurikulum yang diinginkan .  Hasilnya bisa dilihat dari contoh pada cover tulisan saya ini . 

Saya sadar betul tidak semua orang tua punya waktu untuk mendampingi anak anaknya belajar jadi mereka beranggapan LKS sangat membantu anak anaknya belajar . Bahkan orang tua sampai rela kalau ke Toko buku khusus mencari LKS sebagai pendamping belajar anaknya sesuai jenjang pendidikannya . So , pak mentri apa masih bersemangat menghapus LKS ??


Griya Tambun , 7 Agustus 2016 “ Hasil diskusi dengan teman penulis yang sekaligus juga orang tua dari 3 anak , dan kegalauan penulis menyikapi peraturan baru “

Posting Komentar

10 Komentar