![]() |
14 bulan yang lalu dia milikku. Dengan segala kemanjaan dan perhatian yang membuatku tak bisa lengah sedikitpun. Yang membuat aku harus bersalto ria terhadap waktu. Selalu bersiap dengan emosi dan cemburunya. Seakan tak punya waktu untuk diri sendiri, namun aku menikmatinya itu semua darinya. Kini aku kehilangan semua, setelah dia pamit untuk kembali pulang ke rumahnya. .. . .
Hadirnya sungguh tak kuduga,
saat hati dalam gundah teramat sangat. Merindukan hadirnya seorang teman dalam
hidup, setelah sekian lama tangguh dalam kesendirian. Aku memang mengenalnya 2
tahun lalu, namun saat itu aku masih menolak kehadirannya. Betapa tidak, dengan
perbedaan usia yang cukup jauh aku merasa tak mampu menyeimbangkan diriku.
Walau berkali kali dia meminta, aku selalu mengatakan tidak untuknya. Bagiku
dia lebih pantas menjadi adikku, daripada menjadi suamiku nantinya. 15 th
bukanlah sedikit perbedaannya. 5 bulan lamanya dia berusaha gigih mendekatiku.
Dan aku hanya mampu tersenyum manis, menolaknya secara halus.
Bulan ke enam, November tahun
2014 dia menghilang tanpa jejak. Padahal disitulah aku mulai merasakan
kehilangan perhatiannya. Sapanya, telponnya . . .yang katanya kangen dengar
suaraku yang seksi. Berapa kali kutelp, ku sms tak juga kunjung dijawab. Sampai
akhirnya September 2015, sebuah inboks datang, saat aku tak bisa tidur
memikirkan diri dan masa depan anak-anakku. Sempat aku marah sekali padanya,
betapa aku telah kehilangan dirinya. Kini dia datang begitu saja, lewat inboks
lagi.
Tapi berita mengejutkan datang
darinya, bahwa dia terpaksa hilang dariku karena ada masalah yang membelit
hidupnya. Dan kinipun masih menjalani permasalahan itu. Semua alat
komunikasinya, disita dan dia harus bersabar untuk bisa menghubungiku. Akhirnya
setelah hampir setahun dia baru bisa memiliki hp dan bisa menghubungiku.
Awalnya dia bingung, karena semua nomer kontak hilang. Namun akhirnya terlintas
idenya untuk mengirim pesan lewat inboks fbku. Padahal aku sendiri sudah
memblokir dia waktu itu, karena aku menganggap dia laki-laki yang tidak
bertanggung jawab. Membuatku mencintainya, namun pergi begitu saja tanpa kabar
tanpa berita,
Aku sempat menolak dan
mengatakan aku membencinya. Dia diam saja, dan mengakui segala kesalahannya.
Tetapi, dia hanya mengatakan bahwa dalam hidupnya hanya aku yang ada dalam
pikirannya. Selama ini dia memiliki masalah, dan tidak ingin menyakitiku dengan
keadaannya. Namun pertahanannya runtuh juga. Merasakan rindu yang sama, namun
tak berdaya karena kehilangan komunikasi denganku. Kini dia sudah lebih tenang,
dan tinggal menjalani masalahnya, sampai waktu itu datang. Membebaskan dirinya
untuk bisa memulai hidup baru.
Gamblang dan blak-blakkan dia
sampaikan. Aku sempat agak tidak percaya, namun dia mempersilahkan aku untuk
menemuinya di suatu tempat, yang rasanya siapapun tidak akan pernah mau
mengunjungi tempat itu. Buatku itu tantangan, aku harus membuktikan kata-katanya.
Ini penting bagiku. Apalagi dia hadir kembali kini, jujur perasaan ini belum
hilang. Bahkan aku merasa dia hadir saat ujung lelah doaku pada Allah. Jika aku
diijinkan memiliki keluarga utuh lagi, siapapun dan apapun keadaannya aku
bersedia mengabdikan hidupku ini sebagai bentuk ibadah. Dan dia hadir saat
doaku terucap seperti itu dalam malam-malam heningku.
Aku tidak dapat menyembunyikan
rasa sedih ini, saat menemuinya, dan melewati penjagaan berlapis. Tubuh kurus
dan tirus, berbeda jauh dengan terakhir kali perjumpaan sebelum kehilangannya.
Badannya yang tinggi besar, berat 95 kg. Terlihat tegap bagiku, kini, tinggal
kenangan. Kami hanya mampu bertatap mata melewati jatah waktu kami yang hanya
20 menit dari yang diberikan. Dengan malu-malu dia merengkuh tubuh ini, dengan
rasa rindu yang teramat sangat. Saat itulah pecah tangisku. Betapa aku juga
sangat merindukannya.
"Ibu, masih ingin menjadi
istriku setalah apa yang terjadi dan ibu lihat? Aku sudah tidak punya apa-apa
yang bisa kubanggakan dihadapan ibu. Aku bukan pengusaha lagi, sudah
habis-habisan. Aku sudah salah langkah, Aku cuma manusia nggak berguna, tidak
pantas meminta ibu jadi istriku lagi." tandasnya. Aku terdiam, menahan
nafas atas segala kata-katanya yang kurasa menohok jantung hatiku. Kulepaskan
diri dari pelukannya. Menatap wajahnya dalam-dalam. Mencerna dengan kejujuran
setiap kata-katanya tadi. Dengan mantap kukatakan" kapan mas akan
menikahiku?"
Ganti dia yang kini terdiam,
seakan tidak percaya kata-kataku, "Secepatnya setelah keluar dari sini.
" nadanya berat tapi mantap kurasa. Dan aku melihat kelegaan di wajahnya,
saat tahu aku tidak meninggalkannya, justru saat yang lain pergi. Lalu, begitu
banyak kata-kata yang kami komunikasikan jelang waktu berakhir.
"Terimakasih bu, mau nengokin aku." katanya dengan sedih saat tahu
waktu telah berakhir. Tangannya tak lepas menggenggam tanganku, seakan tak
ingin berpisah.Begitu juga denganku mas, asal kamu tahu, batinku.
Mulailah episode perjalanan
cinta kami kembali kurasakan. Dengan waktunya yang lebih luang, banyak hal yang
kami bicarakan. Mungkin ini hikmah dari setiap kejadian. Selama ini kami tidak
pernah banyak bicara. Sibuk dengan kegiatan masing-masing. Semua rasa tertumpah
dan terangkai menjadi satu. Dua minggu sekali rutin aku menjenguknya. Namun,
kadang dia melarangku untuk kesana, karena kasihan dengan kesibukan mencari
uang dan biaya yang dikeluarkan untuk menengok kesana tidaklah sedikit.
Entahlah, aku merasa dia adalah suamiku. Dan kewajibanku untuk mendukung dan
memberinya semangat. Aku tahu dia bukan orang yang bisa banyak berkata, bukan
laki-laki yang romantis. Tetapi bagiku, sudah banyak perubahan. Cobaan dan
waktu telah mendewasakannya.
14 bulan kami jalani, hingga
saat waktunya dia usai menjalani permasalahannya. Dia harus pulang dan kembali
kerumahnya. Berat hati melepasnya. 14 bulan bukan waktu sedikit dan sebentar
melewatinya. Begitu banyak kata, rasa dan pikiran tercurah di sana. Banyak
janjinya dan rencananya yang di sampaikan untukku. Entahlah, aku hanya ingin
pembuktian dari segala kata-katanya. Memberinya kesempatan untuk merapihkan
segala yang ditinggalnya. 2 tahun meninggalkan rumah dan orangtuanya.
Aku berusaha menahan segala
gejolak dan emosi jiwa yang menguasai. Tak bisa kututupi perasaan ini, aku
kehilangan dia, aku kangen dia, aku kangen sapanya. Setiap saat mata ini panas
menahan air mata yang selalu mengalir tanpa permisi. Aku benci keadaan ini, tak
berdaya mengatakan padanya apa yang kurasakan. Egoku berkata, jangan pulang!!
Tapi aku tahu, apa hakku melarangnya. Bahkan aku yang mendorongnya untuk
pulang. 14 bulan utuh 24 jam dia milikku. Setiap saat dan waktu tiada habisnya
komunikasi kami. BB, WA, videocall apapun kami lakukan untuk tetap dan terus
berkomunikasi. Dia sudah menganggapku istrinya, setiap saat dan setiap waktu
harus tahu kemana aku pergi dan berada. Dia takut kehilanganku lagi untuk yang
kedua kali.
# Kenangan Penuh Makna 8 September 2015
3 Komentar
Nama:Rizky Yasin Fadilah
BalasHapusKelas:XII ot 3
Tugas MTK bikin cerpen
Nopember 2014 Kelabu
14 bulan yang lalu dia milikku.Dengan segala kemanjaan dan perhatian yang membuatku tak bisa lengah sedikit pun hadirnya sungguh tak kuduga.saat hati dalam gundah teramat sangat.Bulan ke enam.Nopember tahun 2014 dia menghilang tanpa jejak.tapi berita mengejutkan datang dari nya.bahwa dia terpaksa hilang dariku,aku sempat menolak dan mengatakan aku membencinya.
Pertahanan runtuh juga.Gamblang dan blak-blakan dia sampaikan aku sempat tidak percaya.aku tidak dapat menyembunyikan rasa sedih ini saat menemuinya ibu masih ingin menjadi istriku setelah apa yang terjadi kapan mas akan menikahiku.Ganti dia terdiam seakan tidak percaya.Mulailah episode perjalanan cinta kami kembali kurasakan 14 bulan kami jalani hingga saat waktu nya dia usai menjalani permasalahannya aku berusaha menahan segala gejolak dan emosi jiwa yang menguasai.
Komentarnya: saya sangat terkesan terhadap ibu ,memang sebaiknya harus begitu kalau kita cinta sama seseorang harus setia dalam suka dan duka
ade yovie 12 ot3
BalasHapusAhai, ini cerpen mas rizky yasin he he
BalasHapus