![]() |
Ifadah's Journal |
Pernahkah terfikir bahwa anak perempuan
kita itu menduplikasi (meniru) dirimu wahai ibu? Segala tindak-tandukmu,
ucapanmu dan keputusanmu? Contoh yang termudah adalah saat anak perempuan kita
menirukanmu memakai sandal highheel (berhak) milikmu. Lucu kita melihatnya,
tapi itulah kenyataannya. Bagaimana mereka mengamati sang ibu sebagai contoh
figurnya dalam keseharian mereka terdekat. Sebelum mereka mengambil yang lain
sebagai idolanya.
Sebetulnya, perilaku meniru pada anak sudah
berlangsung sejak dini. Bukti paling nyata ialah anak bisa berbicara. Kalau ia
tak pernah meniru kata-kata yang diucapkan orang tua, tentunya ia tak akan bisa
bicara. Sampai usia besar pun anak masih tetap meniru, meski kadarnya tak
terlalu banyak dan semakin berkurang. Hanya memang perilaku ini umumnya lebih
tampak di usia sekitar 2-3 tahun, bagaimana anak selalu mencoba apa yang dilakukan
orang-orang di lingkungan terdekatnya.
Sungguh indah andaikata seorang ibu adalah
pribadi yang slelu berbuat baik kepada kedua orangtuanya dengan berdo’a untuk
mereka dan memohon ampunan kepada Allah bagi keduanya, selalu menanyakan
keadaannya dan tenang berada bersama keduanya, selalu memenuhi kebutuhan
keduanya dan memperbanyak berdo’a dengan ungkapan: Robbigh firli waliwali dayya.
Demikian pula anak perempuan yang melihat
ibunya selalu berhijab dan menutup diri dari laki-laki lain, dia telah dihiasi
dengan rasa malu dan sikap menjaga kehormatan, kesucian dirinya telah
menjadikan dirinya mulia. Jika ibunya demikian niscaya anaknya juga akan
belajar menanamkan rasa malu, menjaga kehormatan dan kesucian dari ibunya.
Sedangkan anak perempuan yang melihat ibunya selalu berhias diri di depan
setiap laki-laki, bersalaman, dan bercampur baur, tertawa dan tersenyum dengan
laki-laki lain bahkan berdansa dengan mereka, maka anaknya pun akan belajar
yang demikian itu darinya.
Dan yang lebih penting lagi adalah saat
anak perempuan kita menduplikasi ibunya saat menjadi istri dan ibu dalam rumah
tangganya. Secara tidak sadar sesungguhnya, apa yang telah ibunya lakukan alam
bawah sadar mereka melakukan. Baik keburukan maupun kebaikan. Alangkah
indahnya, bila yang dilihat itu adalah kebaikan dari seorang wanita sholeh yang
menjadi istri dari ayahnya dan seorang ibu untuknya.
Itu mengapa penting sekali menjadi sholihah
sebagai pilihan hidup seorang wanita. Karena itu menjadi kebaikan tidak hanya
untuk dirinya yang berhadiah surga, namun juga bagi anak-anak perempuannya
kelak. Atau contoh kebaikan anak-anak laki-lakinya kelak mempunya seorang
istri. Bukan tidak mungkin mereka akan memilih dan mencari seorang istri yang
memiliki sifat sholihah dari ibunya.
Wahai ibu, Wahai para orang tua yang mulia,
ketahuilah. Kesholihan kita dan amal-amal baik yang kita lakukan, sesungguhnya
memiliki dampak (pengaruh) yang sangat besar bagi kebaikan dan kesholihan
anak-anak kita. Bahkan kesholihan kita juga memberikan manfaat yang sangat
besar bagi mereka di dunia dan di akhirat. Sebaliknya, amal-amal jelek kita dan
kemaksiatan (dosa-dosa besar) yang kita lakukan akan berpengaruh jelek pula
terhadap pendidikan anak-anak kita. Yuk menjadi ibu yang sholihah untuk
anak-anak kita!
0 Komentar