Ego dan Nafsu Kunci Keharmonisan Rumah Tangga


Menikah lagi dan memiliki sebuah keluarga yang lengkap adalah idaman semua wanita singel fighter. Setelah akhirnya empat tahun dalam kesendirian, setelah ditinggal alm suami saya memberanikan diri untuk kembali menikah. Memiliki pendamping hidup untuk teman ibadah dan teman di hari tua saya. 

Namun siapa yang menyangka, kalau ternyata jodoh saya adalah laki-laki yang usianya jauh dibawah saya sampai 13 tahun selisihnya. Siapa yang menduga rahasia masa depan manusia? Begitu juga saya, Allah menggiring hati saya untuk kembali menyerahkan hidup saya, untuk dipimpin imam yang usianya jauh dari saya. Dan itu bukan perjalanan mudah. Meyakinkan diri, bahwa saya masih sanggup menemani suami sampai umur memisahkan kami. 

Apakah perbedaan usia tidak berpengaruh? Sangat berpengaruh menurut saya. Dari segi ego dan nafsu terasa sekali pengaruhnya. Butuh kelegowoan saya sebagai seorang istri yang kini mendampinginya. Di usianya, di kemuda-annya tempatnya Ego yang besar. Sebagai seorang laki-laki dan suami, terkadang merasa diri paling benar, dan selalu ingin didengar. Butuh kesabaran saya untuk bisa meredam dan menahan, agar semuanya bisa berjalan sebagaimana mestinya. 

Harus pintar melayani suami, tidak justru malah ingin selalu dilayani karena merasa umur lebih banyak darinya. Mendengarkan amarahnya, dan keluhannya adalah cara saya menjadi pendengar terbaik untuknya. Selalu ada saat suami membutuhkan, walaupun terkadang saya lelah atau sakit. Sebagai perempuan Jawa, tiga hal yang saya jaga. Dapur, sumur dan kasur

Mengapa? Karena, ketiga tempat itulah yang akan memberinya kenyamanan juga keluarga di rumah. Perempuan itu dilihat dari ketiga tempat tersebut. Baik kebersihannya maupun kerajinannya. Beruntung mama mengajarkan saya sejak kecil. Dapur dan kamar mandi yang bersih, serta tempat tidur yang bersih dan rapih, mencerminkan siapa perempuan itu. 

Apalagi suami saya, tipe orang yang apik dan bersih. Sehingga, itu harus saya jaga terus, agar pandangan matanya tidak melihat hal yang kotor atau tidak baik di tiga tempat itu terutama. Tentunya, idealnya semua tempat harus dijaga kebersihan dan kerapihannya. Namun, karena saya sibuk dan kami tidak punya pembantu tentu itu jadi masalah sendiri. Tapi Alhamdulillah suami mau sekali-kali saya ajak membantu, atau mau dimintai pertolongannya. Sebelumnya, saya lihat dulu keadaanya, kalau lagi santai saya minta. Namun bila lelah, lebih baik saya lakukan sendiri. Dari pada harus adu mulut. 

Hal lain yang perlu saya jaga adalah nafsunya, semuda apapun, tetap keinginan harus saya turuti. Dalam agama yang saya yakini, perempuan sekalipun di punggung onta ya harus melayani keinginan dan hasrat suami. Artinya, saat lelahpun, bila suami sudah menginginkan, jarang saya tolak. Apalagi sampai memunggungi. Kecuali saya sakit, suami memahami. Terkadang, bila sedang di jalan atau bekerja, saat suami meminta, bagaimana caranya saya berusaha ada untuknya. 

Dan itu saya lakukan dengan penuh keikhlasan tanpa beban. Sehingga, belum ada komplain suami terhadap saya, bahkan cenderung justru ketagihan. Terlebih saya rajin menggunakan resik-v sejak lama. Ternyata, walau umur saya bertambah, justru kata suami saya kuat melayaninya. Padahal bukannya tanpa sakit atau lelah, tetapi ya itu, keikhlasan melayani itu saya kedepankan. Sehingga secara psikologis punya efek yang bagus ke saya. Saya juga ikut menikmati hasratnya. 

Itu kenapa, saya bersyukur suami selalu merindukan saya walau kadang berjauhan sesekali. Rupanya itu rahasia saya, terimakasih resik-v sudah membantu. Jadi tidak becek dan bau organ intim saya. Terkadang saya malu dengan ketiga jagoan saya yang sudah beranjak dewasa, kalau sudah di kamar seharian saat libur bersama suami. Bikin anak-anak cemburu dengan kemesraan dan kebersamaan kami. 

Saya berharap ini bisa jadi contoh keharmonisan kami, kelak ketiganya berumah tangga. Bukannya kami tanpa perbedaan atau perselisihan, namun itu hanya terjadi di kamar. Begitu keluar kamar,  saya dan suami berusaha menjadi orangtua yang kompak. Melepaskan permasalahan kami, dihadapan ketiganya. Suami pun, Alhamdulillah jadi mengimbangi sikap saya.

Kuncinya menjaga Ego dan Nafsu suami. Membuat rumah tangga berjalan harmonis, semoga menginspirasi.

Posting Komentar

0 Komentar