GURU JUGA MANUSIA TERNYATA

Foto Juli Dwisusanti.
Arsip Pribadi


Saya tidak pernah mengklaim sebagai guru yang paling baik, paling benar atau bahkan paling pintar. Walau sudah hampir tiga dekade mengajar sejak awal semester dua karena ada posisi guru biologi yang kosong di SMP Al-Irsyad Bogor waktu kuliah di IPB tahun 1991

Tapi sesungguhnya saya sudah dipaksa mengajar sejak kelas dua SMA jurusan biologi dulu th 1988 buat temen-temen sekelas untuk tiga mapel fisika kimia dan matematika setiap menjelang ulangan. Walau masih sebatas hadiah coklat Silverqueen atau serantang duren manis, dijemput pake sopir keren, atau tiket BOM (bursa orang muda) waktu itu ketemu lupus yang bukunya dan filmnya booming atau viral kini. Itu saja sudah senaaaang sekali.

Saya juga pernah terdampar harus mengajar dan memimpin sebuah TPA begitu penempatan PNS Februari 1994 saya di SMP 5 Kapahiang Bengkulu tidak direstui keluarga. TPA yang dimulai dari 10 siswa sampai 400 dalam waktu dua tahun meningkat karena hausnya perumahan baru akan ibroh agama.

2003 pulang dari berkelana di Semarang saya tidak menyangka mengembara ke mana-mana di SD Putradarma Global School, Permata Hati, Al-Azhar Syifa Budi Legenda, dan beberapa sekolah dan Bimbel  yang bahkan saya lupa namanya saking banyak pegangannya. Juga beberapa kampus untuk mengajar pendidikan matematika. Dimulai dengan gaji 180 ribu sebulan di awal pulang dari Semarang di sebuah bimbel.

Kini bahkan di SMK tempat terakhir saya mengabdi pun saya masih belajar. Karena saya adalah perempuan dan guru yang harus belajar lagi dan lagi. Adalah sedih ketika ada laporan saya adalah guru yang paling dicaci maki di sekolah, bukannya membenci orang tersebut yang melaporkan.

Sedih kenapa baru terungkap sekarang, senang berarti masih ada yang sayang dan mengingatkan saya untuk terus belajar merangkul siswa. Orang itu sudah bercapek-capek memikirkan kekurangan saya dan menampung keluh kesah cacian maki siswa tentang saya, entah kenapa siswa tidak menyampaikan sendiri ya ke saya. Percayalah ms lebih suka jika kalian bilang sendiri jadi tahu dimana yang bikin nggak suka sampai kalian harus mencaci maki saya dan curhat ke beliau.


Walau mungkin yang mudah adalah cari siapa yang salah, yang mudah cari kambing hitam, menyalahkan dan tangan kita sepuluh jari menuding kemana-mana. Padahal justru yang paling berat itu adalah menyalahkan diri sendiri. Sudahkah saya benar? Adakah kata-kata saya menyakiti orang? Karena saya tidak bisa membuat semua suka atau semua benci ke saya. Saya toh juga manusia, right?

Tapi saya berprinsip tidak akan pernah mengajar dengan mengatakan bodoh tolol goblok apalagi pakai tangan mendidik siswa. Karena saya juga punya anak, bagaimana kalau anak saya juga diperlakukan sama, tentu saya tidak rela. Mendidik dengan hati itu prinsip dan memberi hukuman yang mendidik tanpa harus mengeluarkan siswa atau memukul siswa. Mereka sudah besar tidak perlu dipukul kalau tidak kebangetan kurang ajarnya. Walau sekolah tahu, saya guru yang paling idealis untuk kedisiplinan, kejujuran dan kebersihan. Tapi itu juga bagian dari aturan sekolah toh? Bukan hanya aturan atau prinsip saya pribadi.

Berkali-kali saya sampaikan ke siswa, mas mbak ms enggak perlu otakmu (dalam arti kepintaranmu- sambil menunjuk jari ke kepala). Tapi yang ms butuh adalah akhlak mulia (sambil menunjuk dada dengan jari saya). Belajar itu berproses, pintar hebat itu nomer sekian. Yang penting tanggung jawab kita secara moral bagaimana meraih ilmu itu sendiri.

Menjadi guru itu mudah, menjadi pendidik itu yang susah. Siapapun mudah jadi guru, tapi menjadi pendidik tidak semua mampu. Hanya mereka yang mau perduli diganggu, ditelpon, di ajak diskusi bahkan 24 jam oleh siswa, ortu, alumni dan Alhamdulillah kelg saya suport. Itu bukanlah hal mudah. Tidak semua guru mau capek, menasehati dan memotivasi siswanya. Padahal saya yakin sejak awal mengajar, setiap anak itu pasti bisa, hebat . . .masalahnya mau atau tidak? Mengeluarkan mutiara atau talenta dalam dirinya  dengan kesadaran, dengan atau tanpa di dorong guru hebat sekalipun.

Selalu mengingatkan kepada siswa bahwa Thomas Alfa Edison yang sudah di judge idiot dan ditolak sekolah, saja mampu menunjukkan kemampuan nya setelah percobaan 10001 kali, Thompson kembar dianggap gila karena ingin menerbangkan sepeda dengan memberi sayap- Alhamdulillah mereka sabar dan menjadi penemu pesawat terbang. Dan masih banyak kisah memotivasi saya ceritakan ke mereka.

Terimakasih sudah repot-repot melaporkan saya, siang malam memikirkan kesalahan saya. Semoga saya terus waspada, dan saya doakan anda menjadi guru yang paling hebat dan paling difavoritkan siswa.

Kalau saya hanya sederhana keinginan, tetap bisa mengabdi di sisa usia saya, tetap diberi kelas untuk berdiri mengajar matematika mata pelajaran yang sudah menjadi passion saya. Saya bangga menjadi guru, kamu? 


#catatanmsjuli
#terimakasihteguranMu
#intropeksidirimsjuli

Posting Komentar

0 Komentar