5 Tempat Makan Kesukaan Tanpa Hangout

Benny Lukito.wordpress

Sahabatku, tentu semua punya makanan atau tempat makan kesukaan kalau tidak boleh disebut favorit.
Bukan berarti nggak bisa masak loh ya, . . .terkadang kita butuh variasi makan dan mengolah selera makanan yang masuk ke perut. Cmiwww, kalau dituruti sebenarnya nggak cuma lima loh. Tapi kalau harus disebut lima, baiklah saya coba urai satu persatu ya.
1. Somay Bang Soib
Sejak tinggal di perumahan SKU Kompas tahun 2007, aku dan keluarga amat familiar dengan tukang somay keliling menggunakan motornya setiap Senin sampai Sabtu ini. Minggu? Free beliau tidak mau jualan, alasannya adalah family time, cieeeeee gaya ya uik uik.
Namanya bang Soib.  Orangnya asyiiik, nggak pake buka cabang cukup beliau saja sendiri yang berjualan. Somaynya itu enak pake banget. Ikan tenggirinya terasa dan bumbunya itu beeueeh lezat banget. Dan semua dibuat tanpa MSG dan pengawet.
Somaynya ukurannya kecil tapi rasanya nagih. Dari rumahnya yang di CBL (lumayan jauh loh) ke perumahan SKU Kompas yang kuhuni ini ya sekitar 8 km laaah. Mulai berdagang Maghrib pulang pukul sebelas malam. Sepanci besar yang dibawa Alhamdulillah selalu habis. Uniknya, beliau selalu mewajibkan sholat Maghrib dan Isya berjamaah saat berdagang. Jadi kalau lagi sholat, jangan harap hp-nya akan dibalas pesan dan telponnya.
Harganya sepiring mulai lima ribu rupiah sampai berapapun kuatnya makan. Bahkan anak lesku bisa loh beli diplastik. Murah meriah kan?
2. Mpek-mpek Simpang Lima
Makan di sini dari mulai sendiri sampai ada suami kini menemani, tempat ini jadi kesukaanku.  Walau, nggak setiap Minggu atau sebulan sekalipun. Sebenarnya aku type orang  rumahan. Begitu juga anak-anak, nggak selalu makan itu harus hangout menikmati, tetapi membeli lalu dibawa pulang kerumah paling suka sekali.
Tekstur nya lembut yaah setype lah dengan mpek-mpek Gaby yang di Bulan-bulan Bekasi. Bedanya, harganya terjangkau ala kaki lima, tapi rasanya nggak kalah loh. Cukonya itu, paduan kecap, gula, dan cuka yang lezat bikin nagih terus. Pokoknya suka lah, paket lengkap hanya 18 ribu saja kok murah kan?
Letaknya di persimpangan 5 jalan yang selalu kulalui setiap mau mengajar di SMKku kini.
3. Bubur Ayam Nang
Aku memanggilnya seperti itu. Entah, padahal sudah menjadi langganan mulai 2008 saat pertama menjabat Wakasek kesiswaan, lanjut Kepsek, sampai pindah kemudian di sekolah tempat mengabdi sekarang. Tetap lanjuut buat mencari bubur si Nang ini.
Buburnya nggak mudah mencair. Bahkan cenderung awet karena dimasak lama tanpa pengawet katanya. Paduan pelengkapnya seperti kacang kedelai, bawang goreng, ayam suwir, kerupuk merah dan emping, serta sate tambahan jeroan seakan melengkapi.
Sambelnya? Muantaaab. Tidak ada yang menolak kalau aku ibunya sudah minta dibelikan bubur Nang ini. Tempat mangkalnya, jalur yang dilewatinya sudah hapal semua anakku. Harganya murah, seporsi besar hanya 8 ribu rupiah saja tanpa sate. Sate ampela, telur puyuh, atau hati ayam dijual per tusuk hanya 2000 rupiah saja. Murah kan?
Pedagangnya sudah kaya adikku sendiri. Mulai dari bujangan, berkeluarga, sampai punya anak satu selalu mampir ke rumah bila berdagang. Alhamdulillah ayah Umarku tidak cemburu karena diapun menyukai bubur Nang ini.
4. Gado-gado Cirebon
Berlangganan dengan gado-gado ini, mulai dari keliling sampai mangkal kini di depan Family Mart, aku selalu setia padanya. Racikan bumbunya sedap, padahal laki-laki loh yang jualan. Bumbu kacangnya itu pulen sekali.
Campuran pelengkap sayurnya adalah jagung manis dan nangka sayur kesukaan. Harga seporsi tanpa lontong hanya 9 ribu rupiah saja. Tambah lontong hanya 11 ribu rupiah saja. Berlangganan sejak 2004 sampai kini 2008. Sayang, sejak September 2018 lalu dia pulang kampung dan tak kembali. Sungguh aku sangat kehilangan gado-gado nya yang lezat itu.
5. Sate Kambing.
Sate kambing muda di sini adalah langganan kesayangan. Waktu mau menikahi ku, suami bilang, suka makan sate kambing yang ibu pertama kali ajak makan ayah sebelum kita menikah #ecieeeee. Bumbu kacangnya atau racikan kecapnya hmmm yummy banget.
Aku lebih suka memilih bumbu kecap yang kupadu padankan dengan irisan tomat lebih banyak dari kulkas. Aku menyebutnya rujak tomat. Sayang suami sekarang melarang untuk membeli, khawatir tensiku melonjak tajam lagi. Sejak dokter memvonis tensi dan peminum obat seumur hidup aku harus mengalah. Lebih baik tidak tergoda membeli walau kangen banget, daripada setelahnya harus minum obat tensi.
Sekali-kali adalah aku mencuri untuk melanggar. Habis kangen gimana donk!
Jadi walau yang satu dilarang yang empat lumayanlah pengobat rindu, jika bosan dengan makanan di rumah

Posting Komentar

6 Komentar

  1. Saya juga penggemar kambing. Alhamdulillah, gak perlu curi2 kesempatan untuk bisa makan. Sikat aja, hehhee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa tapiiii karena asa riwayat hipertensi harus jaga diri bener-bener mbak he he

      Hapus
  2. Gado-gado adalah makananku akhir-akhir ini, katanya bisa untuk diet tapi tidak pakai lontong. Entahlah benar atau salah. Yang jelas saya memang suka gado-gado, hihihi

    BalasHapus
  3. Waah... Bu kepala sekolah juga doyan siomay toh... Hehe... Makanan sejuta umat ini mah. Enak banget sayapun sukaak

    BalasHapus
  4. Sama mba Eni pelanggan setianya sayaah

    BalasHapus