Belajar dari Sendy Hadiat






Perjalanan hidup yang tidak mudah dan penuh godaan itu selalu dihadapi oleh kita manusia. Nah suport terbesar itu tentu kita harapkan dari orang terdekat kita terutama keluarga.


Tapi kalau orang terdekat kita sendiri atau keluarga justru malah tidak suport bagaimana? Justru malah ikut menyudut kan bahkan sibuk dengan urusannya sendiri. Malah terkadang membela orang yang ikut menyudutkan kita. . .

Lalu apa semangat untuk bertahan? Ituuuu curhat seorang sahabat ukhtieku yang tidak bisa kusebut di sini. Tapi kuambil sebagai ibroh. Bagaimana suami yang diharapkan nya justru asyik dengan permasalahannya dengan anak dan istrinya yang entah berapa jumlahnya. Atau tidak perduli ketika teman suaminya justru menambah masalah untuk istrinya, ukhtieku ini.


Mau protes sama siapa? Suami yang justru diharapkan jadi bahunya tidak mampu melindunginya. Siapa yang mau diposisikan seperti itu? Tentu tidak ada yang mau, bahkan akupun kalau posisi seperti dia takkan mampu menanggung beban sedemikian berat. Menyalahkan Allah karena memberinya beban yang berat seperti ini? Ish ga mungkinlah.


Hanya bisa mensuportnya untuk bertahan dan kuat seperti mbak Sendy Hadiat yang keren banget itu, bedanya keluarganya suport (ih bikin iri siapapun ya, justrukan suport keluarga nomer satu). Ukhtieku bersabarlah kelak setelah kesulitan akan ada kemudahan setelah ini. Hujan dan badai tidak akan selamanya, percayalah. 


Matahari akan bersinar dengan pelangi-Nya setelah hujan reda. Baca dulu yuk bukunya mbak Sendy ini #namakusendy. Beliau perempuan yang ditakdirkan ODB (orang dengan bipolar). Bipolar adalah kondisi dimana bisa amat meledak-ledak emosinya atau sebaliknya bisa teramat lebay dan begitu nice. Bagaimana mbak Sendy yang ODB mulai dari harus mengatasi permasalahan emosinya sendiri, masalah yang timbul dan berimbas dengan orang lain, sampai kemudian kesadaran hikmahnya adalah beliau berani mengambil keputusan untuk hijrah total.


Percaya bahwa Allah menempatkan posisi setiap manusia dengan keyakinan Allah. Bahwa kita mampu dan dimampukan untuk melewati permasalah dan ujian yang akan semakin mendewasakan, jika semua manusia menyadari keadaan ini. Setiap orang memiliki permasalahan dan ujian masing-masing sesuai kapasitas dan kemampuan berbeda.


Tujuannya satu, Allah ingin kita naik kelas, level, atau tingkat keimanan. Itulah hidayah Allah yang wajib disyukuri. Karena untuk beberapa manusia lainnya justru Allah istidraj kan (biarkan).


Artinya, kita juga diberi kesempatan untuk pulang ke kampung akhirat dalam keadaan Husnul khatimah. Paham, berat masalah, tapi Allah sebagaimana prasangka hamba-Nya. Bukan juga tak mudah, karena hadiahnya surga. Kalau hadiahnya setrikaan pasti banyak yang nyerah. Justru ketika menyerah, justru sebenarnya kita hampir mendekati akhir ujian. Akhirnya? Gagal kan? Ujiannya.


Belajar dari buku Namaku Sendy, di launchingnya hari ini (pas banget ya tanggal 10 hari Pahlawan, layak kok disebut pahlawan utang dan masalah bagi diri dan keluarganya) bisa memotivasi dan memicu kita untuk bisa meniru perjuangan beliau untuk melewati masalah yang sangat berat untuk ukuran manusia. Amanah utang 7 milyar (waduh saya nggak kebayang neeeh) berat tanggung jawabnya. 


Tapi keyakinan mbak Sendy pada Allah mengalahkan vonis manusia yang selama ini justru menyudutkannya. Semoga kita bisa mengambil banyak hikmahnya.


#namakusendy

Posting Komentar

2 Komentar