Lelaki Tak Bertuan (8)



"Gelap sekali langit mis. . ."Ammar melihat langit begitu gelapnya.
"Nggak apa-apa moga di jalan tidak hujan ya mas" Susan tetap mengajak pulang. 


Akhirnya Ammar melaju juga di jalan. Baru saja sekitar 300 meter melaju, tiba-tiba hujan deras memaksa Ammar untuk menghentikan motornya. Di bawah jembatan mereka berhenti. Sudah banyak orang berteduh. Tidak ada persiapan jas hujan saat itu. Hanya bisa berteduh saja. Susan terpaksa merapat ke Ammar karena hujan sedemikian deras dan tidak ada lagi tempat kosong. Badan Ammar yang tinggi besar agak mampu melindunginya.


Entah siapa yang memulai, tahu-tahu tangan mereka sudah saling berpelukan menahan dinginnya hujan yang semakin deras. Detak jantung Ammar sedemikian kencang menahan wangi Susan dan sintalnya tubuh wanita yang begitu dirindukannya sejak dulu. Demikian pula Susan, susah menahan degup di dada yang menimbulkan pusaran aneh di sekitar perutnya. Seakan membangunkan macan tidur yang sekian belas tahun sejak 2002 dilupakannya.


Satu jam lebih, nampaknya hujan awet sekali. Susan mulai gelisah juga waktu terus berjalan. Sementara hp belum sama sekali dibukanya. Khawatir dua anak lakinya di rumah menghawatirkannya. Keadaan basah saat itu sangat mendukungnya untuk tidak bisa membuka hp. 


"Mas, kalau kita paksakan jalan bagaimana?" Tanya Susan ke Ammar.
"Ya bisa sih, tapi kasihan mis bisa sakit dan buku-buku basah semua nanti" iya juga sih. Buku modul modalnya mengajar di kampus bisa basah kalau dipaksakan. Dicobanya mencari plastik yang biasa disimpannya di tas punggung. Alhamdulillah ada, Susan memohon Ammar untuk tetap nekad berjalan pulang. Ammar terpaksa mengiyakan, walau agak berat.


Apesnya malam itu, ban belakang Ammar juga bocor ternyata. Sementara hari sudah sedemikian larut. Walau buku-buku sudah diplastiki, ternyata dengan ban motor bocor membuat Ammar saat itu mengambil keputusan untuk mencari tempat berteduh sementara. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Mereka menemukan sebuah losmen tempat berteduh satu-satunya yang aman. Menunggu hujan reda. Jarak perjalanan mereka tempuh masih jauh. Ini sudah perbatasan Jakarta- Bekasi.


"Maaf ya mis terpaksa meneduh dulu malam ini. Saya janji, begitu reda saya akan antar mis pulang saat itu juga" Ammar seakan minta persetujuan. Apa boleh buat , Susan tak punya pilihan lain. Dilihatnya Ammar membayar DP losmen tempat berteduh sementara. Setelah itu dia membuka jaketnya yang basah untuk dikeringkan di bangku. Hemnya yang sedikit terbuka terlihat di dadanya yang kekar.


Susan mati-matian menahan perasaan yang tiba-tiba menyergapnya. Jarak Ammar dengan dirinya begitu dekat saat itu mengingat kamar sedemikian kecil. Seperti kamar kost sulungnya di Bandung. Tak sadar Susan meneteskan air matanya. Ammar yang merasa bersalah semakin mendekat


"Kenapa mis? Maafkan saya keadaannya di luar kehendak saya" Susan menggeleng diam tak mampu bicara. Ammar kini sudah duduk di sebelah Susan, begitu dekat. Tangannya meraih bahu Susan untuk dipeluknya.


Susan diam saja seakan mengamini. Tahu-tahu bibirnya sudah berada dalam lumatan bibir Ammar. Setan terus bermain pada keduanya. Keringnya jiwa Susan seakan haus meminta dan menikmati keadaan itu. Dinginnya hujan dan romantisnya suasana sangat mendukung keduanya untuk bergelora, tanpa ada yang mampu menghentikannya. 


Yang jelas, itu malam yang sangat Susan nikmati sebagai wanita yang sudah lama tidak disentuh Faisal. Sejak setahun setelah menikah lagi selalu gagal menjalankan tugasnya sebagai suami di ranjang. Sejak itu pula Susan tak pernah merasakan sawahnya tergarap dan meranggas.
Terkutuk atau justru malam yang membahagiakan saat itu, keduanya baru tersadar saat sudah terengah-engah lelah bertarung di malam itu.


Ammar begitu jantan buat Susan, yang mampu memenangkan pertarungan hingga wanita itu mencapai klimaksnya bagaikan gadis lagi yang baru dinikahi. Sebuah darah merah segar menodai kasur itu.

Postingan ini diikutsertakan dalam One Day One Post bersama Estrilook Community'.

Posting Komentar

16 Komentar

  1. Waduh Mis..cerpennya panasss kwkwk

    Ada kelanjutannya?. Ditunggu dengan rasa penasaran tiada tara

    BalasHapus
  2. Lhah...tau² udah ke-8. Cari ah dr yg pertama. Kali lebih panas lagi...hehe...

    BalasHapus
  3. Hihihi Miss Juli bisa vulgar juga ya wkwkwkwk... yuk lanjuut

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sabar kalem sedang menarik napas panjang ini

      Hapus
  4. Habis syaratnya maksimal sebulan lalu sedangkan yang pertama sudah berjarak 2-3 bulan

    BalasHapus
  5. Miss Juli....seram juga nih bacanya....

    BalasHapus
  6. Aihh, ada adegan panas, wkwkwk... Udahvyangvke delapan aja nih, yangvoertama nyari ah .. Hihi

    BalasHapus
  7. Astaghfirullah... maaf, saya takut mau komentar... *lah, hihi...

    BalasHapus
  8. Jangan deg-degan bunda menguji nyali ini saya

    BalasHapus
  9. Saya kok jadi merinding Bacanya miss . Hihihiiii

    BalasHapus