Pernah mengajar di sekolah Islam Terpadu? Aku pernah, sekolah yang kental dengan tambahan mata pelajaran agama dan pelengkapnya. Terbayangkah jika setiap waktu ada MABIT yang diadakan setiap satu bulan sekali? Bukan hanya di saat pesantren Ramadhan.
Teringat mulai tahun 2010-2012 mengajar di sekolah Islam Terpadu, di dua sekolah sebagai guru matematika. Walau guru matematika, ternyata semua guru mapel diwajibkan untuk mendukung semua kegiatan sekolah jenis ini. Artinya, tidak melulu hanya guru agama dan mulok tambahan keagamaan yang wajib hadir jika diadakan kegiatan mabit.
Apa sih mabit? MABIT itu adalah kepanjangan malam bina iman dan taqwa. Ditujukan bagi siswa yang akan dipandu dan dibimbing oleh walikelas, guru agama, dan mulok tambahan seperti Tahfiz, hadist, dan lain sebagainya. Merupakan sehari membina siswa untuk menambah keimanan, waktu untuk mempelajari ilmu agama tambahan, ajang muhasabah bagi peserta didik.
Tujuannya jelas, bagi yang sudah baik, maka akan bertambah lebih baik, bagi yang masih labil dan selalu ingin mencoba berbeda, disadarkan untuk segera merubah diri. Mengapa begitu? Sekolah Islam Terpadu diharapkan orangtua seperti pesantren yang mampu memberikan pondasi tambahan ilmu agama yang saat ini sudah sangat kurang di sekolah-sekolah umum.
Dengan alasan orangtua sibuk bekerja, tidak memiliki kompetensi memadai, atau ingin anaknya memiliki ilmu agama lebih baik dari mereka. Itu mengapa kini banyak sekolah Islam Terpadu yang menjamur dimana-mana, di seluruh Indonesia. Bersyukur, artinya eforia positif bahwa agama masih menjadi pondasi utama orangtua menyekolahkan anak.
Pengalaman selama dua tahun mengajar di sana, banyak hal yang aku rasakan. Dari pakaian syar'i guru yang lebih terarah, pergaulan sosial yang lebih islami itu kupelajari. Mengapa hanya dua tahun saja? Karena aku ingin pulang tidak terlalu sore. Keluarga memintaku untuk tidak pulang terlalu sore. Saat itu tiga anak-anakku masih membutuhkan perhatian lebih.
Tapi, kenangan melakukan kegiatan mabit di sekolah Islam Terpadu begitu melekat dalam diri ini. Banyak hal yang bisa kuambil hikmahnya. Terutama dalam peningkatan keimanan dalam diri ini. Memang sih, nggak semua harus melulu sekolah Islam Terpadu. Beberapa sekolah umum yang kemudian kujalani juga mengadakan mabit. Hanya porsinya berbeda, dilakukan oleh guru agama Islam saja dan bagian ROHIS. Jadi walikelas tidak wajib mendampingi dan mengontrol kegiatan perwaliannya.
Intinya sih sama, peningkatan keimanan dan ibadah peserta didik. Hanya,dengan jumlah guru yang berbeda. So, bagaimana dengan pengalaman tentang mabit yang sahabat rasakan? Atau ada keluarga yang melakukan mabit? Kuharap budaya dan tradisi mabit terus berlanjut untuk meningkatkan iman . . .
#Daytwentyone
#RWC2019
#OneDayOnePost
#RWC2019
#OneDayOnePost
0 Komentar