Jargon asyik bukan? Buat pencinta mudik baik tua maupun muda. Sejak kecil, mudik selalu lekat dalam tradisi keluargaku, karena mamah papa asli Semarang dua-duanya. Setuju nggak?
Mudik is love forever, the best-lah buat silaturahmi di keluarga kami. Mengapa tidak, hampir setiap tahun kami selalu mudik bersama mamah dan papa. Naik kereta atau pesawat terbang sebagai fasilitas karyawan. Ya, papahku adalah seorang teknisi pesawat di sebuah maskapai keren kebanggaan negri ini.
Papa bertanggung jawab untuk laik atau tidaknya sebuah pesawat terbang. Tugas yang berat, tapi papaku suka. Itu mengapa sampai pensiun beliau tidak pernah pindah kerja. Bayangkan, 32 tahun lamanya beliau di sana mengabdi. Jadi ingat papa, hiks. Bagiku, papa adalah pahlawan keluarga.
Hanya lulusan STM Pembangunan di Jawa, beliau sebagai anak bungsu 15 bersaudara, gigih mencari nafkah dan membela keluarga yang lebih banyak perempuannya. Betapa tidak, mamah dan ketiga anak pertama sampai ketiganya perempuan, dan anak ke-4 juga ke-5 adalah anak laki-laki. Papa orangnya pendiam, tapi sangat menyayangi kami dan begitu bertanggung jawab.
Kecintaannya akan mesin sering membuat beliau lupa makan, tapi nggak pernah melupakan rokoknya. Di akhir hidupnya, beliau terkena kanker paru-paru stadium empat. Padahal selama ada mamah, beliau jarang sakit. Kalaupun sakit, paling hanya kerokan ala orang Jawa. Lelaki yang tangguh, tapi aku begitu mencintai dan menghormatinya. Salah satunya, mewujudkan impiannya jago matematika lewat pengabdian sebagai guru. Di akhir hayat beliau telah kuwujudkan.
Kalau mudik, beliau selalu jadi garda terdepan menjaga empat perempuannya. Rela membuang uang banyak demi keselamatan kami semua. Namun bukan berarti yang laki-laki diabaikan. Tidak sama sekali. Intinya ritual pulang kampung atau mudik ke Semarang selalu beliau ajarkan ke kami serepot apapun.
Wasiatnya menjelang berpulang adalah jangan sampai "KEPATEN OBOR". Artinya yaitu, jangan sampai putus silaturahmi. Tahun 2000 setelah papa wafat, aku rela tiga tahun tinggal di Semarang untuk keliling ke seluruh Jawa Tengah dimana kerabat papa mamah tinggal. Demi menyambungkan niatan untuk bersilaturahmi dengan keluarga mamah dan papa. Alhamdulillah walau berat secara keuangan dan mental, akhirnya bisa kutunaikan kewajiban semampuku.
Pentingnya menyambung silaturahmi bagi mamah dan papa berharap menular ke kami 5 anaknya. Walau mbak sulung kakakku sudah berpulang Januari 2019 lalu, namun tak mengurangi niatan, semoga Allah berkenan menerima segala amal ibadah mamah dan papa.aamiin yra.
#Daytwentytwo
#RWC2019
#OneDayOnePost
#RWC2019
#OneDayOnePost
0 Komentar