Entah Susan lupa, kapan terakhir kali dia haid. Kesibukannya mengurus Kakek dan pekerjaan melupakan tubuhnya sendiri. Biasanya alarm tubuhnya memberi signal jika akan datang haid berupa jerawat atau payudaranya yang sedikit mengeras. Susan memang masih haid dan normal.
Susan merasakan payudaranya sedikit sakit kalau tersenggol tangannya saat mandi. Tapi, Susan menganggap mau haid seperti biasa. Roknya yang mulai sedikit sempit tak menjadi kecurigaannya. Semua masih berjalan normal apa adanya, sampai . . .
Baca juga:
https://misjulie.blogspot.com/2019/07/lelaki-tak-bertuan-17.html?m=1
Susan hanya ingat kali ini makannya lebih gembul dari biasanya. Malas dandan dan sering cepat lelah mulai terasa baginya. Susan hanya tak menyangka jika kemudian sekian bulan mulai tak haid. Susan panik dan lemas . . . Teringat saat bersama Amar, dia sudah copot spiral karena bungsu sudah 16 tahun. Dokter memintanya untuk steril saja, tapi Faisal pernah mengajukan ingin punya anak lagi, dengan alasan untuk mengikat hubungannya dengan Susan yang (memang) sudah terkoyak. Ini jadi alibi Susan untuk mengatasi kegelisahan hatinya soal tidak haid.
Panas dingin Susan memikirkan berhari-hari tentang perutnya yang mulai membusung. Alibi kedua adalah, saat Kakek di rumah, Faisal menggaulinya walau tanpa perlawanan sama sekali. Hati nurani Susan tahu, ini janinnya dengan Amar. Perbuatan terkutuk yang begitu dinikmatinya kini berbuah, sementara Amar entah kemana dan Susan tak berani menghubunginya setelah terakhir kali memintanya untuk melupakannya.
Doanya tak henti agar Faisal tak mencurigai kehamilannya kali ini. Kebaikan dan kesabaran Susan menghadapi Faisal selama ini, menjadi poin bahwa Susan masih istrinya yang setia . . . Aaach. Susan mulai merasa bersalah. Keuntungan lainnya, Faisal mengerti setiap kehamilannya Susan tak pernah tahu dan menyadari, tahu-tahu kehamilannya sudah besar. Susan sempat berswa foto dengan kehamilannya dan memasang DP di status media sosialnya.
Susan tak pernah tahu, ada hati yang terluka melihat kehamilan itu. Amar merasa ada ikatan batin dengan kehamilan Susan itu, namun terakhir kali chat berbuah pelarangan untuk menghubunginya kembali. Musibah juga tengah menimpa Amar dan mengharuskannya merantau bersama temannya di pulau paling ujung Indonesia.
Susan memang jarang melihat bahwa statusnya diintip oleh siapa saja, karana diapun tak pernah sempat mengintip status siapapun nomer yang terhubung dengannya. Terlebih nama Amar sudah dihapus untuk menghilangkan kecurigaan Faisal.
Sesungguhnya Susan merindukan wajah dan hadirnya Amar, setiap mengelus perutnya hatinya seperti tersengat listrik kontak batin mengarah kepadanya. Entah apa alasannya, begitu keringkah hatinya selama ini sehingga kehadiran Amar dalam hidupnya begitu membekas? Tak mau berpaling sedikitpun. Kesibukan memang membuatnya melupakan sejenak, namun seutuhnya? Tak mampu melupakan dari pikirannya. Terlebih kini hadir janin ini dalam rahimnya . . .
12 Komentar
Miss Juli, akutuh baca ini jadi pingin nangis... Hiks, hamilnya bikin bulu kudukq berdiri, luar biasa Susan, bisa menutupi semuanya dan berusaha menjaga janinnya.
BalasHapusSiaaap mbak maafkan menguras emosimu yaaa sungguh tak mampu menghentikan ilusi
HapusHubungan yang complicated. Yah mau bagaimana lagi aku rasa kelak semua akan terbongkar ya Mis.
BalasHapusHihi iya mbaaak sabar yaaaa
HapusDuh, nano-nano aku bacanya, wkwkwk. Susah oh Susan, akhirnya terjadi juga. Trus gimana ini? Haruskah oh haruskah dipertahankan? Haduh, Ms. Juli marahi kepikiran aja.
BalasHapusWkwkwkwk maafkan ya mbak Damar
HapusDuh, melu mumet mikir nasib si jabang bayi, hiks. Ditunggu kelanjutannya miss.
BalasHapusMakasih mbak doakan selamat kelahirannya yaa
HapusSudah ke 18 ya..duh, aku ke skip beberapa, mesti dirunut dulu.
BalasHapusKu ikut bingung Susan mesti gimana
Hmm..kasih tahu Amar enggak ya? Atau Faisal?
Huhuhuhu
Jangan dulu mbaaak
HapusKisah cinta yang rumit, semoga ada jalan keluarnya, sabar ya susan
BalasHapusSabar mbak aku rapopo eeeeh Susan rapopo kok he he
BalasHapus